3.

535 116 8
                                    

"Kayaknya ada yg gak beres deh" bisik Yuna mencengkram paha Doyoung di sebelahnya.

"Gue boleh jujur gak?" Suara Doyoung sedikit tertahan dan berbisik.

"Apaan?" Tanya Yuna.

"Paha gue sakit anying" ujar Doyoung sedikit meringis.

"Oh sorry Doy" Yuna seketika melepaskan cengkramannya yg sekuat pria berotot.

Doyoung meringis, namun menahan suaranya dengan memasukan kepalan tangan kedalam mulutnya.

"Ssttt... Guys!! Kalian bisa liat tangan gue?" Bisik Junghwan.

"Dasar guoblok!! Pake di tanya.. Lo bisa liat gue gak?" Seru Jeongwoo.

"Ya gak bisa lah! Gelap banget ini.."

"Itu lo tau dasar hordeng warteg!!"

Tiba tiba saja kilatan cahaya yg berasal dari sebuah petir menyambar dari luar, memperlihatkan sedetik penerangan.

Duarr!!

Sudah pasti mereka berlima kaget bukan main, tetapi Yuna dan Junghwan sempat menoleh kearah kursi tempat nenek semula duduk.

Mereka berdua tidak melihat nenek disana melainkan sesuatu yg lain dan terlihat menyeramkan, walaupun hanya sekilas Junghwan begitu jelas melihat makhluk yg kini sedang bersama mereka tampak sangat menyeramkan.

Makhluk tersebut begitu kurus dan sangat tinggi melebihi tinggi Haruto.

"Wah!! Gak bener nih" seru Junghwan.

"Kenapa wan?" Seru Jeongwoo sedikit berteriak.

"Sstt... Jangan berisik anjir, mending sekarang kita lari. Sebelum dia sadar keberadaan kita" ujar Junghwan memerintahkan teman temannya untuk segera bergegas.

Haruto langsung berdiri dan menimbulkan suara gesekan kursi yg cukup keras membuat mereka semua sontak menoleh kearah sesuatu yg dimaksud Junghwan.

"Woo? Lo liat kan?" Tanya Haruto.

"I-iya gue liat"

"Tenang.. Jangan panik anak ganteng" Haruto menenangkan dirinya sendiri.

"SETAN WOI!! LARIIIIII" seru Doyoung dengan suara yg begitu melengking ketika melihat dua pasang mata berwarna merah menyala di dalam kegelapan.

Seketika mereka semua berhamburan setelah mendengar suara nyaring Doyoung, mereka tidak peduli lagi kearah mana mereka berlari, mereka terpisah saking paniknya.

Yg terdengar kini hanya suara kegaduhan setiap benda yg mereka tabrak selama berlari dan suara makhluk menyeramkan tersebut yg menyerupai binatang buas.

"Akhh!!" Rintih Jeongwoo yg tersandung sesuatu.

"Kenapa woo!" Tanya Haruto panik.

"Perih banget kaki gue kesandung"

Haruto segera memapah saudara kembarnya untuk segera masuk kedalam sebuah ruangan di dekat mereka, mereka memasuki sebuah kamar kosong tanpa ada satupun perabotan di dalamnya.

Untung saja ruangan tersebut terkena sedikit cahaya bulan purnama, Haruto segera menyalakan senter handpone nya agar dapat melihat luka di kaki Jeongwoo.

Karna mereka semua hanya menggunakan sendal jepit, kemungkinan kaki mereka terluka cukup besar. Kuku jempol kaki Jeongwoo terlepas akibat tersandung sesuatu yg cukup tajam dan keras.

Berdarah sudah pasti, Jeongwoo meringis kesakitan. Haruto berusaha mencari sesuatu yg bisa di jadikan pembalut luka, karna ruangan itu benar benar kosong.

Haruto baru teringat sesuatu, ia segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah sapu tangan bermotif sinchan.

Haruto langsung menggulung sapu tangannya dan mengikatkannya pada luka Jeongwoo agar pendarahannya berhenti sampai mereka menemukan obat.

"Jangan to!! Itu kan sapu tangan kesukaan lo" seru Jeongwoo seraya menolaknya.

"Gue kan bisa beli lagi, jangan kaya orang susah aja lo" tukas Haruto.

Junghwan yg berlari sendirian menuju ke arah dapur sesekali menoleh kebelakang, guna memastikan makhluk mengerikan tersebut tidak mengikutinya.

Sebisa mungkin berlari tanpa menimbulkan kegaduhan, karna gelap Junghwan menggunakan tangannya untuk meraba dinding rumah sebagai pengganti matanya.

Di rasa dapur tempat yg aman, Junghwan menyalakan senter handphone nya untuk mencari sesuatu yg dapat di gunakan ketika kembali bertemu dengan sosok menyeramkan itu.

Junghwan mendapatkan sebuah pisau daging dan sebuah pentungan yg biasa di gunakan untuk memukul es balok.

Sebelum Junghwan beranjak meninggalkan dapur ia teringat akan sesuatu dan menoleh kearah kulkas besar di sampingnya.

"Gue inget tadi sore gue sempet nyimpen coklat di dalem freezer" Junghwan tanpa ragu membuka freezer tersebut dan mengantongi beberapa bungkus coklat yg ia simpan sebelumnya.

Doyoung dan Yuna masuk kedalam sebuah lemari besar yg entah berada di dalam kamar milik siapa, makhluk itu ternyata mengikuti kemana mereka pergi sampai ikut masuk kedalam kamar yg mereka berdua masuki.

Doyoung dan Yuna bisa melihat betapa menyeramkannya makhluk itu dari celah2 lemari yg terbuka, mereka berdua tidak tahu harus melakukan apa dan hanya membekap mulut masing2 agar tak menimbulkan suara.

Mereka melihat makhluk itu mengendap endap berusaha mencari keberadaan mereka berdua, tak sengaja Doyoung kehilangan keseimbangannya dan membuat lemari tempat mereka bersembunyi bergoyang.

Membuat atensi sosok tersebut mengarah pada tempat persembunyian mereka. Mata merahnya menatap tajam kearah mereka, dan perlahan mendekati lemari itu.

"Doyoung goblok!" Sentak Yuna berbisik sambil menggeplak bahu milik Doyoung.

"Lo percaya gue gak?" Ujar Doyoung bertanya.

Yuna baru saja menoleh karahnya tanpa sempat menjawab.

"1... 2... 3!!" Seru Doyoung menendang pintu lemari hingga terbuka, ketika wajah sosok itu sudah berada di depan mereka dan tersungkur akibat tendangan keras Doyoung.

Doyoung segera menarik lengan Yuna dan berlari meninggalkan kamar tersebut dengan sekuat tenaga.

"Gila lo!! Bikin gue senam jantung" bentak Yuna sambil terus berlari entah kemana, karna dia hanya mengikuti kemana Doyoung membawanya.





Ada gila gilanya emang sih, jangan kapok buat ikutin terus cerita mereka gengs..

Jangan lupa vote dan komen, karna vote itu gratis okayy!!

Next?.

Rumah NenekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang