"Duh To! Gue laper.. " keluh Junghwan mengusap-usap perutnya.
"Gue juga sama anying! Lo mah enak tadi sempet makan banyak, lah gue?!" Gerutu Haruto.
"Keluar yuk! Ni kamar deket ruang makan kan, cacing-cacing di perut gue udah pada demo" ujar Junghwang memasang wajah melas.
"Gara-gara lo ngomongin makan, perut gue ikutan laper di tambah lemes" ujar Haruto memelas dan mulai lesehan di lantai.
Tubuh dua pemuda itu kotor akibat tanah yg mereka gali dan kumpulkan.
"Ayoo To!!" Rengek Junghwan menarik-narik lengan Haruto.
"Ayo kemana?"
"Keluar To cari makan"
"Elah.. Capek bet gue! Tenaga gue belum kumpul semua"
"Gimana mau kumpul? Makan aja belom" ketus Junghwan.
"Bagi coklat lo napa! Yg lo kantongin" Haruto mengadahkan tangannya pada Junghwan.
"Tau dari mana lo?" Junghwan membulatkan matanya menatap Haruto.
"Waktu lo ngasih Yuna coklat, lo pasti ngantongin semua coklat lo yg lo taro di kulkas" ujar Haruto santai.
"Woahh!! Lo emang beneran temen gue" seru Junghwan bicara sambil menutup mulutnya yg terbuka akibat kagum.
Junghwan mengeluarkan sebungkus coklat yg tersisa dari dalam saku celananya.
"Yah! Cuma ada satu To" ujar Junghwan kecewa.
"Lah! Lo kan cuma ngasih Yuna, sisanya kemana?"
Junghwan teringat akan beberapa coklatnya yg sudah ludes ia makan sendiri tanpa sadar hingga menyisakan satu bungkus lagi.
"Udah gue makan ternyata! Hehe" Junghwan tertawa hambar.
"Dihh! Yaudah itu bagi dua"
"Makan coklat doang gak akan kenyang"
"Setidaknya tuh coklat bisa membangkitkan semangat gue buat keluar dari sini!"
"Hemm.. Bener juga sih!" Angguk Junghwan setuju.
Kemudian Haru dan Junghwan bersiap mendekati kembali pintu di depannya, ia buka perlahan knop pintu tersebut dan--
Rraawwwrrr
"Anjiing!!" Teriak Haruto kaget menutup kembali pintunya.
Salah satu monster melewati pintu kamar mereka, untung saja Haruto segera masuk kembali dan menutup pintunya rapat-rapat sebelum monster itu menyadarinya.
"Sungguh jumpscare yg luar biasa" ujar Junghwan bertepuk tangan.
"Sialan! Malah tepuk tangan" gerutu Haruto mengatur irama jantungnya.
Sosok misterius itu memegang sebuah balok di tangannya berjalan mendekati ketiga remaja di depannya yg masih sibuk mencari petunjuk.
Dengan senyum menyeringai ia mulai mengangkat balok tersebut sedikit lebih tinggi.
Bruk!!
Sosok itu berhasil membuat Yuna jatuh pingsan dengan sekali pukulan di bagian punggung atas.
Doyoung dan Jeongwoo yg berada sedikit jauh posisinya karena mereka berpencar mencari petunjuk masing-masing tidak menyadari akan hal yg terjadi pada Yuna.
Sosok misterius itu menyeret tubuh Yuna yg tak sadarkan diri kesebuah ruangan lain yg berada di dalam ruang bawah tanah tersebut.
Setelah menyimpan korbannya ketempat aman, sosok misterius itu kembali mendekati Jeongwoo yg tak bersenjata dan terlalu fokus dengan pencariannya.
Kembali ia layangkan sebuah pukulan yg sama yg ia lakukan terhadap Yuna kepada Jeongwoo dengan kerasnya.
Jeongwoo dengan cepat langsung tidak sadarkan diri tanpa di sadari oleh Doyoung, sosok itu menyeret tubuh Jeongwoo ketempat aman.
"Guys! Guys! Liat ini deh--" Doyoung memanggil kedua temannya, namun saat ia menoleh, kedua temannya sudah tidak ada di belakangnya.
"Loh! Yuna! Jeongwoo!" Panggil Doyoung dengan suara pelan.
"Asemm!! Mereka pasti ngerjain gue, gue di biarin nyari sendirian sementara mereka leha-leha di atas" ujar Doyoung kesal.
"Awas aja lo berdua!" Dumel Doyoung kemudian berlari kembali meninggalkan tempat menyeramkan itu.
Doyoung melangkah pergi dengan cepat karena biarpun ruangan itu kosong itu tetaplah menakutkan baginya, karena disanalah para monster itu lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nenek
TerrorBerawal Doyoung mengajak teman-temannya pergi untuk mengunjungi rumah sang nenek yg terdapat di sebuah pergunungan yg indah, juga bermaksud untuk mengajak mereka semua berlibur terutama rencananya yg akan menyatakan cinta kepada sang pujaan hati yg...