epilog

431 86 22
                                    

"Woo!" Seru Haruto mendekati adik kembarnya tengah mendapatkan pertolongan medis.

Haruto ikut duduk di dalam mobil ambulance menemani Jeongwoo yg masih terlihat lemas.

Kelima remaja itu di bawa pulang menggunakan mobil medis, karena semuanya terluka tentu saja. Hanya saja mereka tidak sadar dengan lukanya sendiri karena memikirkan luka teman-temannya yg lebih membutuhkan pertolongan.

"Pasien kehilangan banyak darah! Dan kita masih jauh untuk sampai di rumah sakit terdekat!" Ujar perawat dengan nada panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pasien kehilangan banyak darah! Dan kita masih jauh untuk sampai di rumah sakit terdekat!" Ujar perawat dengan nada panik.

"Ambil darah saya!" Timpal Haruto menyodorkan lengannya.

"Tapi anda juga sedang tidak baik-baik saja" perawat itu cukup ragu melihat banyaknya luka dan darah yg bercucuran di sekujur tubuhnya tanpa Haruto sadari.

"Saya gak papa! Asalkan saudara saya dapat selamat"

Perawat itu kemudian menuruti perintahnya, Jeongwoo pada akhirnya bisa sedikit terselamatkan dan bertahan hingga rumah sakit.

"Haruto ternyata sayang banget yah- sama Jeongwoo" bisik Junghwan di telinga Doyoung yg masih dapat di dengar Haruto.

"Item-item begitu dia tetep adik gue" seru Haruto.

"Dasar anak setan!" Pekik Jeongwoo dengan lirih di sampingnya.

"Lu denger Woo!" Tanya Haruto polos.

"Yang ketusuk perut gua! Bukan kuping gua njir!" Geram Jeongwoo.

Yuna dan yg lainnya pun segera mendapatkan perawatan, kaki Yuna tampak begitu ngeri ketika kain kasanya di buka.

Kakinya langsung mendapatkan beberapa jahitan yg cukup panjang, selama proses penjaitan lukanya tak jarang Yuna merasa kesakitan karena memang tidak mendapatkan anastesi.

"Aduh!! Sakit Yun" keluh Doyoung yg baru saja selesai di obati dan langsung menemani Yuna di sebelahnya mendapatkan beberapa kali pukulan kasih sayang menahan sakit.

"Kaki gue lebih sakit Doy" gemas Yuna kembali mencengkram lengan Doyoung.

Doyoung pun melakukan inisiatif yg pernah Yuna lakukan terhadapnya untuk memberikan semangat, akan tetapi ranjang dan postur tubuh Yuna yg lebih tinggi membuatnya harus sedikit berjinjit untuk mencapai pipi manis Yuna.

Rasa sakit Yuna seketika menghilang, bukan hanya karena Doyoung mencium pipinya. Tapi juga karena tingkah Doyoung yg berjinjit barusan mengundang tawa Yuna dan para tenaga medis lainnya yg juga menyaksikan tingkah manis Doyoung.

Doyoung yg malu pun menunduk menyembunyikan rona di pipinya dari orang-orang yg samar-samar menertawakannya.

"Makanya Doy! Tumbuh tuh ke atas bukan ke pipi" kekeh Yuna.

"Gini nih kalo jadi nyamuk" gerutu Junghwan.

"Lo ngomong apa Wan?" Tanya Doyoung samar-samar mendengar suara Junghwan yg tidak jelas.

"Kaga! Noh tadi ada kucing lewat sambil gigit ayam" tukas Junghwan.

"Kaga jelas banget sih loh! Mana ada kucing sama ayam di rumah sakit" mata Doyoung memicing.

"Dan lo percaya?" Tanya Junghwan dengan nada mengejek.

"Tau ah! Emang dasar bangke lo" kesal Doyoung meninggalkan Yuna dan Junghwan yg masih menertawakannya gemas.

Mereka berlima selamat dari petaka yg tanpa di duga berada di rumah sang nenek, liburan mereka kini di habiskan di rumah sakit selama beberapa hari karena masih membutuhkan perawatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berlima selamat dari petaka yg tanpa di duga berada di rumah sang nenek, liburan mereka kini di habiskan di rumah sakit selama beberapa hari karena masih membutuhkan perawatan.

Jeongwoo yg terluka sangat parah bisa terselamatkan berkat Haruto yg tak lain adalah saudara kembarnya, walaupun sering kali bertengkar mereka tetap saling menyayangi dan takut kehilangan.

Doyoung juga berhasil menyatakan cintanya pada Yuna walaupun dalam keadaan yg tidak romantis seperti rencana awal.

Serta Junghwan yg mengkhawatirkan segunung camilannya di rumah, bisa kembali bernafas lega setelah ia berhasil bertahan hidup dan juga menjaga keempat temannya yg berharga.

Monster itu telah musnah di lahap api, tak hanya monster tapi juga rumah nenek lenyap tak bersisa.

Doyoung kini tinggal memikirkan bagaimana cara menjelaskan perihal neneknya yg sudah mati di bunuh oleh Rohman, mobil sang ayah yg juga rusak parah serta rumah sang nenek yg ia bakar.

-End-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-End-

Rumah NenekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang