"Kenapa lo malah curhat dah!" Ujar Junghwan memicingkan matanya.
"Jujur yah! Gua sempet iba sama lo- tapi lo jadiin nenek gua salah satu korban, sedangkan dia udah berbaik hati kasih lo kerjaan" ujar Doyoung.
"Gua bilangin bpk gua lo!!" Tambahnya menujuk wajah Rohman yg sudah sangat hancur di buat Haruto.
"Enaknya kita apain nih orang?!" Tanya Junghwan pada keempat temannya.
"Biarpun gua mati sekarang, para monster itu akan tetap beregenerasi menjadi monster yg tidak dapat kalian tandingi" kekeh Rohman dengan tawa menyebalkan.
"Kalian akan tetap terjebak di dalam rumah ini, kemudian mati di telan secara perlahan saat kalian kehabisan energi" tawanya kini semakin menggelegar memekakan telinga.
"DIEM LO BACOT!!!" bentak Doyoung memenggal kepala Rohman hingga putus.
Wajah Junghwan kini terciprat darahnya sedikit shock dengan tindakan tiba-tiba yg Doyoung lakukan.
"Dapet darimana itu parang? Tiba-tiba udah di tangan aja" ujar Jeongwoo dengan lemas.
"Malah makin serem lah njir! Tuh badan kaga ada kepalanya" timpal Haruto.
Junghwan melempar tubuh Rohman yg semula ia cengkram dengan kasar ke lantai. Mengelap kedua tangannya yg kotor pada bajunya.
"Woo, ayo!!" Haruto memapah saudara kembarnya.
Doyoung segera memapah Yuna keluar dari ruangan itu, sebelumnya Yuna menendang kepala Rohman yg terpisah dengan kasar.
"Mampus lo!!"
"Definisi muka jelek hatinya juga jelek" tambah Doyoung.
"Gua mimpin jalan!" Ujar Junghwan menggendong segumpal tanah di dalam kaos Haruto, tidak lupa dengan membawa samurai milik Rohman yg berada di dalam ruang rahasianya.
Kini mereka berani keluar dengan segala persiapan yg ada, karena Jeongwoo juga membutuhkan pertolongan medis segera karena wajahnya sudah sangat pucat bahkan darahnya tidak bisa berhenti mengalir.
Namun perjalanan mereka untuk dapat keluar begitu sulit seperti perkataan Rohman, dia menciptakan monster yg sebegitu menyeramkan dan sulit untuk mati.
Kali ini mereka tidak lagi peduli dengan para monster itu, tujuan akhir mereka adalah meninggalkan tempat berbahaya itu.
"Hati-hati Wa!" Dorong Doyoung.
Junghwan berdehem sebagai jawabannya.
"Hati-hati Wan.." Dorong Doyoung lagi.
"Anjirr! Diem ege, ini gua udah hati-hati" sentak Junghwan geram.
"To.. Gua udah gak kuat" lirih Jeongwoo.
"Ngomong apa lo? Lo harus pulang dengan selamat sama gua" bentak Haruto.
"Gua cuma akan jadi beban buat lo dan semuanya"
"Sial!! Diem semuanya" seru Junghwan mendadak panik.
"Rombongan monster berkumpul di depan pintu utama" tunjuk Junghwan.
"Gua pancing mereka ke arah belakang! Abis itu kalian bawa Jeongwoo dan Yuna keluar" ujar Junghwan memutuskan rencananya untuk menyelamatkan keempat temannya.
Haruto diam sejenak, disisi lain dia tidak tega membiarkan Junghwan mengorbankan dirinya sendirian.
Disisi lain Jeongwoo terluka cukup parah dan membutuhkan bantuannya untuk keluar dari rumah itu.
"Doy! Gua butuh bantuan lo" ujar Haruto memberikan Jeongwoo agar ia dapat memapahnya.
Doyoung yg kurang persiapan terhuyung dan hampir jatuh, namun tetap menerimanya dengan wajah terlihat kesulitan juga memapah dua orang yg jauh lebih besar darinya.
"Lo yakin nyerahin dua beban keluarga sama paper doll?" Ujar Yuna.
"Gua yakin Doyoung bisa gua andelin, gua juga gak bisa biarin Junghwan sendirian"
Dengan cepat kedua remaja itu segera berlari ke arah belakang rumah, mereka menyalakan musik dangdut goyang dumang dengan keras sengaja untuk mengalihkan atensi para monster.
Perlahan kerumunan monter itu berjalan dengan kaki yg menyerok, langkahnya memang sangat lambat seperti siput, tetapi rencana Junghwan berhasil dan membuat pintu depan rumah nenek lenggang.
Doyoung dengan susah payahnya memapah kedua temannya yg memiliki bobot lebih berat darinya.
"Woo- lo berat banget anjir! Banyak dosa yah lo" ujar Doyoung yg terlihat begitu kesusahan memapah mereka berdua.
"Doy! Jangan banyak bacotnya.. Kita keluar aja, pintunya udah deket" timpal Yuna.
"T-tapi ini berat banget! Gak sanggup gua" keluh Doyoung yg hampir kehabisan tenaga.
Yuna berinisiatif memberinya kecupan singkat di pipi gembilnya hingga membuat Doyoung tersipu, kepalanya terasa panas dan matanya tak kalah membelalak kaget.
"Lo bisa!"
"OK!!" Seru Doyoung seketika menjadi sedikit lebih kuat membawa kedua temannya yg sudah tidak berdaya ke ambang pintu depan rumah.
Bisa aja nih neng Yuna 🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nenek
HorrorBerawal Doyoung mengajak teman-temannya pergi untuk mengunjungi rumah sang nenek yg terdapat di sebuah pergunungan yg indah, juga bermaksud untuk mengajak mereka semua berlibur terutama rencananya yg akan menyatakan cinta kepada sang pujaan hati yg...