9.

353 83 0
                                    

Sesampainya Doyoung bersama Junghwan di tempat persembunyian awal mereka namun tak lagi mendapati ketiga temannya berada disana.

"Mereka pergi kemana?" Ucap Doyoung kebingungan.

"Jangan tanya gue yg udah pasti gak tau!" Tukas Junghwan cepat.

"Pasti mereka nyari kita karna kelamaan" ujar Doyoung di angguki Junghwan.

"Kita cari mereka, mungkin mereka gak akan balik kesini" ajak Junghwan dengan santai membuka pintu.

Dan langsung di sambut oleh beberapa makhluk yg sedang berlalu lalang di sana.

Junghwan reflex mengayunkan pentungannya dan mendarat tepat pada bagian kepala, walaupun kepalanya sedikit hancur makhluk itu masih hidup dan kembali menyerangnya.

"Iuuuuhh lembek ternyata" ujar Junghwan jijik ketika senjatanya menyentuh monster yg ternyata memiliki tubuh yg sangat lunak.

"Kaya slime punya lo di rumah" ujar Doyoung menambahkan.

Junghwan tambah jijik kala membayangkan koleksi slime di rumahnya, percayalah setelah ini mungkin Junghwan akan membuang semua mainan slimenya.

Junghwan kembali memukul monster itu hingga jatuh tersungkur beberapa kali, wujudnya saja sudah sangat menyeramkan dengan tangan bengkok dan wajah hancurnya akibat pukulan keras Junghwan.

Tapi mereka tidak berhenti menyerang, Doyoung yg sejak tadi diam memperhatikan dan bersembunyi di balik tubuh kekar Junghwan langsung maju dan menebas kepala mereka satu persatu dengan santai.

"Kalopun mereka hidup lagi dan berubah menjadi besar, setidaknya sekarang kita bisa lari" ujar Doyoung   yg kemudian berlari.

Junghwan mengerjapkan matanya heran. "Kenapa gak dari tadi aja!" Ujar Junghwan kini menyusul Doyoung sambil menendang beberapa tubuh monster-monster itu yg menghalangi langkahnya.

"Mereka pasti lagi sembunyi" ujar Junghwan ketika kakinya menginjak sebuah pistol.

"Mereka pasti ada di salah satu ruangan sekitar sini"

"Berarti yg membuat monster besar tadi putar arah ulah mereka?"

"Kayaknya! Kita cari pelan-pelan setiap ruangan disini" pinta Doyoung.

"Karna monster itu pasti ada di dekat sini" tambah Doyoung di angguki Junghwan.

Mereka pun mengetuk pelan setiap pintunya tak lupa memanggil nama ketiga temannya dengan hati-hati.

"Haruto! Jeongwoo! Yuna!" Panggil Doyoung pelan.

Tuk! Tuk! Tuk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuk! Tuk! Tuk!

"Eh ada orang!" Ujar Haruto kaget ketika pintu mereka di ketuk.

Haruto berusaha melihat siapa yg mengetuk pintunya dari lubang kunci, ia takut kalau saja bukan manusia yg mengetuk pintunya sebelum mereka menjawab panggilannya.

"Haruto! Jeongwoo! Yuna!" Panggil Doyoung lagi.

"Bang Doyoung! Kita disini" jawab Haruto dengan pelan dan hati-hati. Ketika ia benar-benar melihat kedua temannya berada di balik pintu.

Haruto langsung membuka pintunya dan menyeret kedua temannya agar segera masuk, karena Haruto melihat bayangan besar monster itu yg kembali.

"Kalian kemana aja sih?!" Haruto mendengus kesal.

"Kita kejebak! Ada monster yg bermutasi jadi lebih besar" ujar Junghwan menjelaskan.

"Untungnya kalian mancing monster itu, jadi kita bisa langsung pergi" timpal Doyoung.

"Untung apaan! Hampir mati kita di telen tuh monster" seru Jeongwoo.

"Yuna kenapa?" Tanya Doyoung yg langsung mendekati Yuna dalam keadaan pingsan dengan wajah sangat pucat.

"Yuna pingsan, dia ngerang kesakitan. Kalian terlalu lama pergi karna kita kasian akhirnya mutusin buat nyusul" jelas Haruto.

Doyoung segera dengan telaten mengobati kaki Yuna yg robek dengan obat-obatan yg dia dapatkan bersama Junghwan.

Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di kamar itu sambil menunggu Yuna sadar, keempat pemuda itu benar-benar lelah hingga membuat mereka memejamkan mata karna malam juga sudah sangat larut.

Doyoung tertidur juga dengan posisi duduk bersandar pada dinding dan membiarkan pahanya menjadi tumpuan kepala Yuna yg masih tak sadar sambil menggenggam tangannya.

Ketika Yuna tersadar matanya langsung di sambut oleh wajah Doyoung yg sedang tertidur merunduk. Yuna juga melihat kakinya yg sudah terbalut perban dengan rapih dan bersih.

"Makasih yah Doy" ucap Yuna pelan mengulas senyum di wajahnya.

Rumah NenekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang