Jeongwoo dan Yuna terikat dengan posisi berdiri, kedua tangan mereka di ikat menggantung ke atas.
"Argh!" Lenguh Yuna tersadar setelah beberapa saat pingsan.
Ia melihat cahaya cukup terang menusuk matanya dan beberapa benda tajam mengerikan yg menggantung di dindingnya.
"Koq gue di sini?" Yuna bingung dan melihat Jeongwoo yg juga terikat masih belum sadarkan diri.
"Woo!" Panggil Yuna.
"Jeongwoo!!" Yuna menendang tulang kering Jeongwoo agar ia segera sadar.
"Argh!!" Rintih Jeongwoo.
"Anjing! Sakit ege!" Pekik Jeongwoo.
"Lo tidur yah?! Gua panggil kaga nyaut" kesal Yuna.
"Dikit lagi padahal bisa cium aura kasih" keluh Jeongwoo.
"Dihh! ITEM!! Bisa-bisanya lo mimpi indah begitu, liat kita sekarang" bentak Yuna.
"Apaan nih?" Ketika Jeongwoo sadar dengan posisi mereka berdua.
"Kalian sudah bangun rupanya" ujar sosok misterius itu tak jauh dari posisi mereka berdua.
"Siapa lo?!" Sentak Yuna.
"Lo yg iket kita berdua?" Timpal Jeongwoo.
"Itu gak penting" -
"Penting lah ege! Setidaknya lo ngiket kita dengan posisi yg enak dikit kek, keram nih kaki gue" tukas Jeongwoo.
"Woo! Lo kalo nawar tuh jangan tanggung-tanggung blok! Kan bisa lo minta gausah di iket" ujar Yuna.
"Oh iya juga ya" cengir Jeongwoo.
"Udah ngobrolnya?" -
"Belom! Sediain kopi sama cemilannya kek, ntar kita bertiga ngopi bareng sambil lesehan sekalian ngeghibah" ujar Jeongwoo santai.
Sosok berjubah hitam itu menarik sebuah belati yg ada di atas meja, kemudian ia berjalan mendekati Jeongwoo dan Yuna.
"Eeeehhh... Bisa kita bicarakan baik-baik deh kalo gak mau" ujar Jeongwoo setelah sosok itu mulai menempelkan ujung belatinya pada perut Jeongwoo.
"Tolong jangan apa-apain temen gue! Jelek-jelek gitu dia tetep temen gue" lirih Yuna memandang takut sosok itu.
"Nistain aja gua terus" celetuk Jeongwo.
"Kalo gitu gimana kalau lo aja" ujar sosok itu memindahkan belatinya yg kini menempel di bagian pipi mulus Yuna.
"J-jangan! Bentukan kek preman gitu tetep temen gua" ujar Jeongwoo memandang ngeri pisau belati yg mulai menggores pipi Yuna.
"J-Jeongwoo..." Yuna mulai menangis merasakan perih.
Sosok itu tidak bisa di hentikan ketika Jeongwoo memohon, dengan cerobohnya Jeongwoo menggunakan kekuatan kakinya untuk menendang sosok miaterius itu agar menjauhkannya dari Yuna.
Brak!
Tendangan Jeongwoo lumayan keras hingga membuat sosok berjubah hitam itu tersungkur.
"Hehe!" Kekeh sosok itu kemudian bangkit berdiri secara perlahan.
Ia kembali mendekati Jeongwoo dengan menyodorkan pisau belatinya ke arah Jeongwoo.
Ia ingin menikam Jeongwoo sejak awal, sebelum belatinya berhasil merobek perut Jeongwoo. Jeongwoo lebih dulu menendang tangan sosok itu hingga belatinya terlempar jauh memecahkan kaca.
"Lo berani juga, gue suka tipe yg melawan seperti ini"
Walaupun wajahnya tertutup jubah hitam, Jeongwoo dan Yuna bisa tahu bahwa sosok itu sedang tersenyum menyeringai.
"Mau lo apa anjing!!" Bentak Yuna.
"Perempuan gak boleh ngomong kasar" tukas sosok itu menekan luka pada kaki Yuna dengan keras.
"Arrgghh!!" Rintih Yuna dengan keras.
"Lo gak pantes buat di sopanin bangsat!!" Pekik Jeongwoo.
"Kenapa?! KENAPA!! Kenapa gua gak pantes di perlakukan selayaknya manusia?" Bentak sosok itu.
"Apa dunia ini hanya pantas untuk orang-orang yg berparas sempurna?"
"Lalu untuk apa Tuhan menciptakan wajah buruk rupa hanya untuk mendapatkan ketidakadilan?"
Sosok itu perlahan membuka jubah hitam yg menutupi wajahnya selama ini.
Sontak Yuna dan Jeongwoo menutup matanya ngeri ketika melihat wajah asli sosok itu yg begitu mengerikan layaknya monster.
"Kenapa? Apa kalian takut melihatnya? Reaksi kalian sama seperti warga desa sini ketika melihat wajah jelek ini yg tak kalah mengerikan dari seorang monster!"
Siapakah si buruk rupa itu?
Komen jawabannya ok!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nenek
HorrorBerawal Doyoung mengajak teman-temannya pergi untuk mengunjungi rumah sang nenek yg terdapat di sebuah pergunungan yg indah, juga bermaksud untuk mengajak mereka semua berlibur terutama rencananya yg akan menyatakan cinta kepada sang pujaan hati yg...