Doyoung, Junghwan dan Yuna tersentak kaget mendengar suara tembakan yg begitu nyaring dan saling bersahutan.
"Suaranya dari mana tuh?" Ucap Yuna, matanya ikut berkeliaran mencari sumber suara.
"Lo bisa hubungin anak dua itu gak?" Tanya Doyoung pada Junghwan yg ikut melangkah mencari sumber suara yg di hasilkan senjata api.
"Kalo bisa udah dari tadi gue telpon! Tiba tiba sinyal ilang gitu aja pas mati lampu" ujar Junghwan.
"Sama kalo gitu"
"Eh bentar deh!" Seru Yuna menghentikan langkahnya.
"Gimana kalo suara tembakan tadi bukan berasal dari mereka berdua?" Yuna mulai ragu untuk melanjutkan pencarian.
"Iya juga yah.. Gimana kalo kita fokus cari kamar kita aja" ajak Doyoung.
"Bener sih, yg penting kunci mobil kan! Biar kita semua bisa pulang secepatnya" Junghwan mengangguk setuju.
"Mereka berdua emang gak ada akhlaknya, tapi tetep temen kita" seru Yuna.
"Kita juga bukan mau ninggalin koq Yun, kalo kita udah pegang kunci kan lebih gampang.. Lagian gue laper mau seduh popi mie bentar" ujar Junghwan dan berhasil mendapatkan pukulan di kepala bagian belakangnya dari Yuna.
"Lo tuh isi otaknya cuma makanan aja" geram Yuna.
"Kalian mau ninggalin kita?" Suara deep yg begitu memekakan telinga terdengar tepat di depan wajah Yuna.
"Aaaaaaaaaa!!!" teriak Yuna kaget melihat wajah Haruto dan Jeongwoo berlumuran darah, ditambah petir menyambar menambah kesan horornya.
"Gila kuping gue budek seketika" ujar Haruto mengusap kedua telinganya.
"Lo manusia kan?" Tanya Doyoung menyentuh pipi Jeongwoo dengan jari telunjuknya perlahan lahan.
"Uuuaaaaaa!!" Seru Jeongwoo menakuti Doyoung hingga terjatuh.
"Sialan lo Woo!!" Bentak Doyoung yg masih lesehan di lantai.
"Lo berdua abis mandi darah?" Ujar Junghwan penasaran dengan apa yg terjadi kepada kedua temannya.
Bukan sekedar bertanya, Junghwan juga sedikit khawatir pada kedua temannya yg sudah mereka kenal sebagai penakut, bahkan untuk sekedar ke kamar mandi saja mereka pasti pergi berdua.
Melihat semua pakaian dan tubuhnya penuh darah di tambah mereka berdua menggenggam masing masing senjata api.
"Mending kita cari tempat aman dulu, ada yg mau kita omongin juga" ajak Jeongwoo.
"Kita balik keruangan tadi! Ada yg mau gue tunjukin juga sama kalian" timpal Junghwan.
Mereka semua sepakat untuk kembali ke ruangan dimana Junghwan menemukan tempat pembuatan para monster.
Junghwan menyeret semua temannya untuk mengikutinya turun kesebuah ruangan bawah tanah.
"Kalian harus liat ini sih" ujar Junghwan sebelum akhirnya mereka sampai di tempat tujuannya.
"Stop!!" Junghwan menghentikan langkahnya dan menyuruh teman temannya untuk menutup rapat mulut mereka agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.
"Apaan sih Wan?!" Dengus Yuna sebelum akhirnya terbelalak melihat kerumunan makhluk menyeramkan yg serupa baru saja terlahir.
"Kita mundur pelan pelan" perintah Doyoung.
Mereka pun akhirnya berjalan kembali menaiki tangga, namun kaki Yuna tak sengaja menginjak anak tangga terbuat dari kayu yg sudah rapuh dan patah.
Membuat sebelah kaki Yuna terperosot kedalamnya hingga menimbulkan suara yg cukup keras, para makhluk yg peka akan suara segera berbondong bondong mendatangi mereka.
"Aargh! Kaki gue" rintih Yuna.
"Tahan Yun! Angkat buruan" ujar Doyoung segera menolongnya.
"Buruan! Buruan!!" seru Haruto melihat para makhluk itu tengah mendekat kearah mereka dengan cepat.
Sialnya kaki Yuna tersangkut sebuah patahan kayunya yg bila mana jika di paksa mereka keluarkan akan merobek kulitnya cukup dalam.
"Gapapa!! Gue bakal tahan koq" ujar Yuna meyakinkan teman temannya yg mulai bingung sekaligus panik.
"Sorry Yun" ujar Junghwan dan langsung menarik Yuna dengan brutal.
"Aarrgghh!!" Erang Yuna menahan sakit yg luar biasa.
Doyoung dengan cepat menggendong Yuna di punggungnya, mereka semua berhasil keluar dari ruangan tersebut berhamburan entah kemana.
Tapi satu hal yg mereka lupakan, mereka tanpa sadar membiarkan pintu ruangan tersebut tetap terbuka dan membuat para monster buatan itu ikut keluar mencari mangsanya.
Mereka masuk kesembarang kamar untuk bersembunyi, Doyoung mendudukan Yuna pada sebuah meja kayu yg berada dalam kamar itu.
Doyoung segera memeriksa keadaan kaki Yuna dengan kulit dan dagingnya yg sobek penuh darah, ia juga melihat sebuah paku berkarat menancap dengan indah disana.
Doyoung segera melepas kaos yg ia gunakan juga mencabut paku berkarat tersebut tanpa aba aba terlebih dahulu, karna takut membuat kakinya terinfeksi.
Ia tekan luka Yuna dengan kaosnya agar dapat menghentikan pendarahannya, Doyoung cukup ahli dalam ilmu pengobatan. Kedua orang tuanya seorang dokter di rumah sakit besar, tidak menutup kemungkinan kalau Doyoung juga akan mendapatkan ilmu tentang medis dari rumah.
"Ada yg punya air gak?" Tanya Doyoung dengan suara sedikit naik karna panik.
"Kita mana ada yg bawa air!" Tukas Junghwan.
"Cari!! Gue butuh air" bentak Doyoung.
Yuna sudah meringis kesakitan, rasa perihnya datang setelah beberapa saat.
"Luka Yuna harus segera di sterilkan" panik Doyoung bertambah seusai mencari air di sekitarnya, namun kamar tersebut sangat kosong, ia tak dapat menemukan air di sana barang setetes saja.
"Lo mau kemana?" Tanya Jeongwoo melihat Doyoung membawa kakinya kearah pintu.
"Gue harus ambil air, sukur sukur ketemu obat buat Yuna" ujar Doyoung.
"Gila lo! Di luar belum tentu aman Doy, siapa tau mereka ada di balik pintu nunggu kita keluar" sahut Haruto.
"Tapi gue harus keluar! Gue gak bisa liat Yuna kesakitan kaya gitu!" Sungut Doyoung.
"Kalian jaga Yuna selama gue pergi" tambah Doyoung sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut dengan berbekal pisau daging yg Junghwan dapatkan saat di dapur.
Btw pada mau next gak nih??
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Nenek
HorreurBerawal Doyoung mengajak teman-temannya pergi untuk mengunjungi rumah sang nenek yg terdapat di sebuah pergunungan yg indah, juga bermaksud untuk mengajak mereka semua berlibur terutama rencananya yg akan menyatakan cinta kepada sang pujaan hati yg...