Akhirnya, hari dimana kami melakukan kegiatan resmi pertama kami yaitu kunjungan ke sekolah dasar untuk diskusi kepada guru mengenai les anak-anak SD. Sam sudah menghubungi kepala sekolah, mendapat nomornya tentu saja dari pak kades, dan kami disuruh beliau untuk datang ke sekolah hari ini.
"Yakin vi mau ikut kegiatan hari ini?" Sam menatap ke arah gue yang sedang bercermin merapihkan almamater dan nametag.
Gue menatap sam dari cermin, "Iya sam, gue ngga papa, udah sehat banget,"
Sebenarnya gue malas, tapi daripada gue ditinggal sendirian di posko, lebih baik gue ikut. Bukan karena masalah kesehatan, lebih ke arah malas. Kalau bisa, gue sih maunya tidak ada kegiatan sama sekali.
"Mau minum vitamin? Gue ada yang buat imun tubuh," tanya Sam yang masih setia menatap gue dari balik cermin. "Gue ambilin ya?" lanjutnya kemudian.
Buru-buru gue langsung membalikkan badan sebelum sam berjalan menuju kamarnya.
"Sam, ngga usah, serius ... ngga ... seribu rius gue udah sehat," gue menatap Sam dengan tatapan meyakinkan bahwa gue baik-baik aja.
"ululu ... perhatian banget sama Vio, gue anak tiri nggak diperhatiin," ucap Bimas dengan suara mengejeknya. "Sya, mau gitu juga," rengek Bimas dengan manja. Najis Bim, muka lo kayak preman tapi jadi hello kitty kalo sama Tasya.
"Lo ngga jijik Sya sama Bimas? Geli banget gue dengernya," tanya Jose dengan julid dari dalam kamarnya. Jadi posisi pintu kamar depan langsung berhadapan dengan sofa ruang tamu.
Tasya hanya terkekeh menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gue kasih semua deh nih buat se-posko biar adil, biar nggak ada yang merasa dianak tirikan," Sam meletakkan botol berisi vitamin di atas meja ruang tamu.
Bimas, lo bener-bener deh.
Gue kembali menatap penampilan diri di cermin, almamater sudah rapih, nametag sudah dipakai. Wajah? Gue hanya menggunakan tinted sunscreen untuk wajah dan tinted balm untuk bibir, simple. Menatap rambut gue yang masih tergerai, sebenarnya gue sedikit bimbang ingin dikuncir atau digerai, sungguh pilihan yang sulit.
"Gantian dong," Ayu datang menggeser posisi gue. "Lama banget ngaca doang," lanjutnya lagi dengan suara ketus.
Ya maap Yu.
"Sorry," gue mengucapkannya pelan dan pergi dari posisi dan bergerak ke arah sofa untuk duduk di samping Tasya, untungnya gue tidak menjadi nyamuk antara Tasya dan Bimas karena ada Sam juga di sofa.
Bim, semangat ya mengejar Tasya cause she's fell in love with another guy.
Gue mengeluarkan ikat rambut dari saku almamater, menyatukan rambut dan mengikatnya dengan gaya pony tail. Poni yang panjangnya sangat nanggung, ingin diikat dengan rambut lainnya tapi tidak bisa, akhirnya gue biarkan di depan walaupun kadang menutupi mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bibbidi bobbidi BOO! [END]
FantasiaSeperti sebuah mantra yang diucapkan ibu peri "Bibbidi bobbidi BOO", sebuah tragedi yang membawa seorang gadis berusia 25 tahun melintasi ruang dan waktu. tepat 3 tahun setelah dirinya lulus kuliah, tiba-tiba terlempar ke tahun 2017 akibat sebuah ke...