Note author : Scene di chapter ini adalah kejadian sebelum chapter 13, sebelum william mengakui pada viona di dapur
****
The person you might suspect but it turns out you guessed wrong
watch away, maybe you missed something
****
Raut wajah mereka tampak sangat serius, otak mereka pun ikut berpikir keras. Duduk membentuk lingkaran di sebuah kamar yang pintunya sengaja tidak mereka kunci, agar tidak mencurigakan. Pada masing-masing tangan memegang beberapa lembar kartu UNO untuk mengelabui, sedang otaknya berpikir bak detektif yang tengah memecahkan sebuah kasus.
"Lo udah dapet jawaban dari admin base kampus?" tanya William pada seseorang yang duduk di hadapannya dengan tatapan serius.
Jose mengangguk mantap. "Udah," tangannya membuka kunci ponsel dan menunjukkan sebuah percakapan via chat.
"Dia pake akun anonim, tapi udah gue selidikin," ucap Jose.
Sedang kedua temannya menatap penasaran menunggu jawaban.
"Email dan nomor hp nya, bener punya dia," lanjut Jose lagi.
"Lo yakin?" tanya Dewa.
Bisa saja kan si pelaku menyamarkan nama email ataupun nomor ponsel tersebut memang hampir sama, hanya berbeda beberapa nomor.
Jose mengangguk mantap. "Walaupun ada yang kesensor ... tapi gue yakin banget,"
"Terus kalo ternyata salah?" tanya Dewa lagi.
"Lo tau kan kalo mau log in twitter, dibagian bawah kiri ada fitur lupa kata sandi" Jose membalik pertanyaan.
Dewa mengangguk.
"Dari situ kita bisa buktiin, langsung pake handphone si pelaku," jelas Jose.
"Yaudah, tinggal bongkar aja kelakuannya," usul William.
Dewa menggelengkan kepalanya. "Ngga bisa gitu Will, kita liat dulu seberapa jauh dia mau bertindak,"
"Sama yang kemaren, berarti udah dua kali?" tanya Dewa kemudian.
Yang dimaksud dewa adalah sang pelaku sudah dua kali mengusik Viona, entah apa motifnya, dan mengapa harus Viona yang ia usik. Yang jelas, sedari awal Dewa sudah mengawasi gerak-geriknya yang mencurigakan, ditambah ada satu saksi yang mengaku kalau dia diperalat oleh pelaku.
"Tiga kali, bukan dua," sanggah Jose membenarkan.
"Kalian ngga inget waktu pertemuan pertama kita di McD?" tanya Jose menatap kedua temannya.
William dan dewa mencoba mengingat saat pertemuan pertama mereka. Rasanya tidak ada yang mencurigakan di hari itu, entahlah. Rasanya sulit ditebak karena dihari itu mereka tidak terlalu memperhatikan tiap anggota, dihari itu mereka baru pertama kali bertemu, sulit untuk mengetahui watak seseorang.
"Dipertemuan pertama, dia buat seolah-olah Viona bodoh dan ceroboh. Dipertemuan kedua, dia buat Viona telat. Dan kemaren, dia buat Viona seolah-olah jadi pelaku yang kirim menfess," Jose menjelaskan dengan singkat.
Dewa mengangguk. "Gue inget, tanpa kita sadari ternyata dari awal dia udah nunjukin kalo ngga suka sama Viona,"
William hanya ikut menganggukkan kepalanya saja, sebenarnya dia tidak terlalu mengingat kejadian di hari itu, dia bahkan berpikir kalau di hari itu Viona memang ceroboh karena menumpahkan Cola ke laptob Sam, untung airnya tidak masuk karena terlindungi case.
"Terus mau sampe berapa kali? Nggak kasian sama Viona? dia bakal diusik terus, kita ngga tau dia ngerencanain apa lagi buat viona," ucap William.
"Gue ngga tega, bahkan kemaren gue udah nuduh dia," lanjut Wiliam menyesal.
"Kan udah gue bilang bukan Viona," cecar jose kesal.
William berdecak mengusap wajahnya dengan kesal. "Gue bener-bener kalut waktu itu, sorry,"
"Minta maafnya ke Viona," Dewa menepuk-nepuk bahu William.
William mengangguk dengan kaku.
"Sam sama Bimas perlu kita kasih tau?" tanya Jose, tangannya meletakkan kartu UNO ke atas kasur.
"Bimas—" ucapan Dewa menggantung, otaknya memutar karena sedang berpikir. "Gue rasa ngga perlu, kalian tau kan dia bucin banget, kalo tau sekarang mungkin rencana kita bisa ancur" lanjut Dewa.
William mengangguk setuju. "Ditambah dia emosian, apalagi kalo Bimas tau tentang lo," 2illiam melirik Jose.
Jose menghela napas. Benar kata William, Bimas tidak dapat mengontrol emosinya dan kalau sampai bimas tau tentangnya, pasti masalah akan semakin panjang.
"Kalo sam ... mungkin dia perlu tau garis besarnya aja, karena cuma kita yang terlibat dari awal," jelas Dewa.
"Jadi mau kapan?" tanya William meminta kepastian.
Dalam menyusun sebuah rencana, semuanya harus diikirkan matang-matang, tidak sembrono langsung bertindak. Yang paling penting adalah memikirkan sebab dan akibat dari rencana yang akan dijalankan. Rencana dibuat untuk mencapai suatu tujuan, kalau ada yang melenceng, tentu saja kemungkinan besar akan gagal.
Jari telunjuk jose mengacung ke atas. "Satu kali lagi, dan ini yang terakhir,"
"Setelah itu?" tanya Dewa.
Dengan wajah serius Jose menatap yang lainnya. "Cari situasi dimana kita lagi kumpul lengkap, kita ikutin sebentar permainannya," menghentikan ucapannya sebentar, Jose mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring.
"Dan BOOM!! kita bongkar di depan mereka," lanjut Jose menjelaskan.
William dan Dwa mengangguk pertanda setuju.
"Terus cara cari situasi yang tepat kaya—?
Brak!
Jose memejamkan mata kesal. 'sial! belom selesai diskusinya, ada aja gangguannya,' umpatnya dalam hati.
Buru-buru mereka memfokuskan pantangan ke kartu yang berada dalam genggaman masing-masing, seolah-olah sedang konsentrasi.
"Lo ngga bisa ya buka pintu biasa aja?" William memekik kesal, dan ya, william beneran terkejut bukan pura-pura.
Bimas hanya nyengir.
"Gaasik lo bertiga, kubu-kubu an, main uno ngga ajak-ajak," protes Bimas yang badannya perlahan ikut duduk di atas kasur.
"Lo kan ngebucin, najis," cecar William dengan tatapan sinis.
Bimas menoel pipi William gemas. "Jadi ada yang cemburu nih?"
William melotot dan mengusap pipinya jijik. "Najis! mentang-mentang ditolak, sekarang jadi maho?"
"Gue ngga ditolak ya!" jawab Bimas ngegas.
"Terus diterima?" tanya Jose mengejek.
"Mending maen UNO ramean di ruang teras posko, daripada di kamar gini, sumpek amat," usul Bimas kemudian mengalihkan pembicaraan.
Jose menahan tawanya. "Boleh deh, panggil yang lain Bim,"
Bimas langsung berdiri dan keluar dari kamar untuk mengajak yang lain bermain uno di teras posko. Jose mengode pada dewa melalui tatapan.
"Nanti lo diem-diem bilang ke sam, kasih tau garis besarnya aja," bisik Jose pada Dewa.
Dewa mengangguk mengerti.
****
Silahkan di jawab + alasan
1 orang tercepat dan jawabannya bener aku gift 10k (dana/spay)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bibbidi bobbidi BOO! [END]
FantasySeperti sebuah mantra yang diucapkan ibu peri "Bibbidi bobbidi BOO", sebuah tragedi yang membawa seorang gadis berusia 25 tahun melintasi ruang dan waktu. tepat 3 tahun setelah dirinya lulus kuliah, tiba-tiba terlempar ke tahun 2017 akibat sebuah ke...