BAGIAN 14. WÜTEND

317 84 81
                                    

"Teletubies! berpelukan!" William berseru girang sambil membawa tubuh lainnya untuk ikut melompat-lompat, sungguh kekanak-kanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teletubies! berpelukan!" William berseru girang sambil membawa tubuh lainnya untuk ikut melompat-lompat, sungguh kekanak-kanakan.

William, manusia dengan sifat roller coaster yang luarnya tampak telihat baik-baik saja, ternyata dia juga punya luka yang berusaha disembunyikan. William pasti menderita selama ini harus hidup bersembunyi dari rasa sakit itu. Tidak ingin orang lain tahu, William tidak menginginkan tatapan kasihan dari orang lain yang dilontarkan padanya, lebih baik William di caci dibanding dikasihani.

Tapi Viona berbeda, William tidak melihat tatapan kasihan dari mata gadis itu.

Viona diam-diam tersenyum dalam rengkuhan Jose, Dewa, dan William. Dadanya terasa menghangat mengetahui ada yang mempercayainya sekarang.

Tapi kapan kegiatan ini akan berhenti?.

"Udwahannn!" Viona mencoba melepaskan diri, jujur Viona sesak dikukung oleh tiga orang, tapi gadis itu tidak menampik kalau dirinya senang.

William yang berada di posisi paling luar menggeleng. "Ngga mau! mau gini sampe besok," William cengengesan makin mengeratkan rangkulannya di bahu Dewa dan Jose.

"Gue juga ngga mau," imbuh Dewa.

"Ck ... lo berdua sih ikut-ikutan," sungut Jose.

Viona menjadi kesal karena tidak ada yang melepaskan dirinya. "Lepasin ... atau-"

"Atau apa?" tanya William masih dengan cengengesan.

Otak Viona tidak bisa diajak bekerja sama di saat-saat seperti ini, dirinya tidak dapat berpikir, viona mati-matian menahan kegugupannya. Rasanya Viona akan gila bila terus-terusan berada di posisi seperti ini.

"A-atau," suara Viona tergagap. "Atau gue aduin ke Park Jaehyung!" lanjut Viona asal.

"Pak Jehyung, bapaknya siapa Vi? bokap lo?"

Jose berdecak "Korea bego, oppa oppa,"

Viona mendorong dengan sekuat tenaga tubuh Jose hingga pelukan melonggar dan terlepas, Viona memutar tubuhnya dan mendorong William serta Dewa menjauh, Viona menatap nyalang ke arah mereka bertiga.

"Gue juga bisa jadi oppa oppa buat lo," suara gumaman yang hanya terdengar di telinga orang yang berbicara.

Viona berjalan membuka kotak susu jahe dan menyobek dua sachet lalu memasukkannya ke dalam gelas.

"Dasar gila! Jantung gue hampir copot," gumam Vio sambil menuangkan air panas ke dalam gelas.

"Brother Jo, mau bikin kopi juga?" tawar William pada Jose, lelaki itu ikut menuangkan air panas saat Viona sudah selesai.

"Mau Dew?" Tawar William pada Dewa.

"Gue ngga dipanggil brother Will?" tanya Dewa.

William menoleh, sebelah tangannya memegang sendok. "lo harus jadi sodara gue dulu-ralat-lo harus jadi anak rektor dulu," William cengengesan.

Bibbidi bobbidi BOO! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang