Saat ini gue dan Tasya tengah berada di dapur, membuat minuman untuk mereka semua. Karena hari lumayan panas, jadi kami menyajikan es teh manis, dalam sebuah teko, lalu Tasya mengambil sejumlah gelas plastik.Yang namanya tamu ya harus di jamu. Seadanya yang ada di posko, gue juga mengambil beberapa camilan yang berada di atas meja makan.
Gue berjalan dengan membawa nampan berisi camilan dan gelas plastik, sedangkan Tasya membawa teko berisi es teh manis.
"Jadi, kita cuma sokongan untuk konsum?" Tanya Dewa.
Bang Jordi mengangguk. "Iya, koordinasi dari DPL gitu, nanti kalo ada info tambahan pasti gue share ke grup,"
Gue menuangkan es teh ke masing-masing gelas lalu menaruhnya di tengah-tengah, tak lupa mempersilahkan mereka untuk minum.
Tiba-tiba Bimas bertepuk tangan. "Wah ... cinta bener gue sama Unila,"
"Giliran gini lo bilang cinta, nanti tau-tau ikutan ngedemo kampus," balas William.
Gue menggelengkan kepala mendengar perdebatan mereka. Gue juga cinta sama kampus ini, selain karena suasana hijaunya, gue juga suka sama sistem yang kampus ini buat. Contohnya, sistem pembayaran UKT yang didalamnya sudah meliputi uang praktikum, dan print serta fotokopi gratis yang disediakan di tiap gedung Jurusan, jadi lebih meringankan beban orang tua.
"Kan gue cinta sistem kampusnya, bukan orang-orang di dalemnya," balas Bimas.
"Yain ajadeh,"
"Jadi, rencana yang udah kalian bikin apa Jor?" Tanya Sam.
Bang Jordi berdeham. "Kesimpulan hasil rapat kemaren ada tiga. Bazar hasil prokja, pentas seni, terus buat penutup sih rencananya kita nyanyi bareng-bareng sambil pegang lilin or flash hp or something like that,"
Seperti biasa, di sini gue hanya sebagai penyimak, Dewa juga sebenernya juga gitu tapi kadang ikut berargumen. Kalau Tasya, dia sedang mencatat hal penting pada pertemuan kali ini.
"Sam ... tapi, prokja kita kayaknya ngga bisa buat bazar deh," ucap Dewa.
'Lah iya juga, masa iya mau bawa-bawa mading, dari kayu jati pula, ngga mungkin banget' batin gue.
"Nah Jor, tadi gue udah kasih tau kan prokja utama kelompok gue? Gimana tuh menurut lo?" Tanya Sam.
"Kelompok gue juga sebenernya prokja utamanya ngga bisa diikutin ke bazar, jadi gue muter otak dan akhirnya kita sepakat untuk buat masker organik kopi," jawab bang Jordi.
"Lampung Utara kan penghasil kopi tuh, coba kalian diskusi lagi baiknya buat apa," lanjut bang Jordi lagi.
"Dodol kopi?"
Gue menoleh ke orang yang batu saja memberikan ide tersebut, sedikit terkejut, karena memang dodol kopi lah yang akan kami ikutkan ke bazar prokja. Orang itu adalah Jose.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bibbidi bobbidi BOO! [END]
FantasiSeperti sebuah mantra yang diucapkan ibu peri "Bibbidi bobbidi BOO", sebuah tragedi yang membawa seorang gadis berusia 25 tahun melintasi ruang dan waktu. tepat 3 tahun setelah dirinya lulus kuliah, tiba-tiba terlempar ke tahun 2017 akibat sebuah ke...