Autumn 33

72 7 4
                                    


Autumn 33

Jika boleh meminta, maka sebaiknya Ariana tidak ingin mengetahui apapun malam itu. Mengetahui Lee Maya adalah mantan istri Jo Min gi sontak membuatnya kembali rapuh. Jelas cemburu, benci, ingin memaki, ingin berteriak sekencang-kencangnya malam itu. Ia pun menangis, meneteskan semua air mata yang tergenang selama ini. Melimpahkan segala rasa kecewa ketika bayangan masa lalu kembali berputar di ingatannya.

Dulu ketika bersama, Ariana memang sangat bahagia, mendengar kata "Marry me" dari mulut Jo Min gi selalu membuatnya bergetar. Memang semua itu adalah kesalahannya yang terlalu lama mengulur waktu, sampai Jo Min gi berpaling ke lain hati dan lebih memilih wanita lain yang ternyata adalah Lee Maya.

Ketika waktu perlahan dapat menyembuhkan lukanya, pria yang sama juga datang untuk menawarkan hal yang sama seperti dulu. Begitu manis megitu menggiurkan, layaknya madu, ibarat penawar dari pernikahan yang memang telah hancur.

Langkahnya semakin rapuh serapuh-rapuhnya, Ariana masih mencoba menapaki kaki tanpa arah tujuan, Jo Min gi tempatnya mengadu kini sudah bukan lagi tujuannya sepert beberapa waktu yang lalu. Hatinya hancur, bahkan keyakinannya hilang sudah. Bagi Ariana, Jo Min gi tidak lebih dari seseorang yang memang ingin menghancurkan hidupnya. Ariana tidak dapat menahan kecewa, dalam dua waktu yang berbeda, Jo Min gi sudah mampu menghancurkan segalanya, hubungannya yang dulu serta hubungan pernikahan yang sedang Ariana jalani sekarang.

Jo Min gi ingin mengejar Ariana, namun Lee Maya mencegahnya.

"Lepaskan aku!" Min gi pun membentaknya.

"Untuk apa kau mengejarnya? Nona Go sedang marah padamu, percuma saja kau mendekatinya malam ini!" ujarnya.

Jo Min gi tidak peduli, ia kembali menepisnya dan segera pergi dari hadapannya.

Ariana sedang duduk termenung di dekat pagar pembatas, membiarkan air matanya kering oleh angin malam yang membelainya.

Malam sudah semakin larut, jika ia terus berdiam diri di tempat itu, maka orang-orang akan mencarinya. Ia pun beranjak dari duduknya, kembali menyeka wajahnya lalu turun ke leher memnyentuh syalnya. Ia ingat bahwa itu adalah syal dari Hyung Jun.

Setelah beberapa langkah, Ariana pun menghentikan langkahnya tepat di area taman di dekat lembah, terlihat sosok Hyung Jun di sana yang sedang berdiri di dekat pagar pembatas, sedang memandangi langit malam.

Ariana juga ingat bahwa suaminya pernah mengatakan akan menunggunya malam itu. Ariana hanya terpaku memandanginya, tidak menegur ataupun ingin menyapanya.

"Aku tahu, kau akan datang padaku." Seru Hyung Jun tanpa menoleh padanya, seolah sudah mengetahui bahwa yang datang adalah istrinya.

Ariana menoleh ke sana ke mari, dan hanya ada meraka berdua di sana. Hyung Jun mendekat dan mengulurkan salah satu tangannya. Ariana masih memandanginya, melihat wajah tampan itu tersenyum dengan penuh ketulusan. Sesaat ia pun menatap tangan besarnya, entah itu nyata atau hanya ilusi, Ariana pun mendekat dan meraih uluran tangannya.

Eugh— Hyung Jun merangkul lengannya, mendekatkan tubuh Ariana ke hadapannya.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Ariana menatapnya, maniknya saling bertautan, saling memandang penuh dengan kelembutan.

"Bukankah aku sudah bilang bahwa aku akan menunggumu, di sini?" Hyung Jun mentautkan jemarinya dan jemari Ariana, menggenggamnya dengan erat, terasa begitu hangat di tengah suasana malam yang dingin.

"Seharusnya kau diam di dalam kamarmu, bukankah ini sangat dingin." Ariana melepaskan genggaman tangannya, lalu melepaskan syal yang melingkar di lehernya dan mengenakannya pada leher Hyung Jun.

Autumn√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang