•28 - panci

664 114 21
                                    

"kenapa diem aja di sini?"

Maudy, menolehkan kepala pada sumber suara. Mendapati anak kelas sebelah yang sempat satu kelas dengannya saat kelas 11, namun tidak pernah dekat. Bahkan mengobrol pun jarang.

Hanya tersenyum canggung menanggapinya.

"semoga cepet sembuh ya, buat Dipta." Anak itu kembali berucap.

"iya makasih... harusnya bilang ke Dipta sendiri dong, bukan ke gua," balas Maudy dengan terkekeh kecil.

"kan lu temen baiknya, dia ga kenal gua."

Diantara banyaknya cacian dan makian yang diberikan oleh murid-murid sekolah, bersyukur Maudy bertemu dengan salah satu orang berhati mulia.

"maaf, nama lu siapa?" Tanya Maudy, sangat canggung terlebih dia lupa nama si anak ini.

"Nindy." Si anak, —Nindy, menjawab sembari tersenyum. "mostly anak kelas gua pada simpati kok ke Dipta." Seakan mengetahui isi hati Maudy.

"oh... thank you?"

Nindy mengangguk, "okee. gua pergi dulu ya, semoga hubungan lu sama temen-temen lu cepet membaik."

Sebenarnya pula, Maudy tidak tuli untuk mendengar gosip tentang hubungan pertemanan dirinya dengan Dipta dan Claudio. Orang-orang mengecapnya sebagai teman musiman, padahal kebenaran tidak seperti itu.

"gua yakin lu bukan orang kaya yang diomongin mereka. so... gua doain yang terbaik aja buat lu, hehe. lu masih punya utang buat sampein salam gua ke Dipta."




























alter



































"CIEEE KEMAREN JALAN BARENG CIEE!!"

"dih diem! KAGA JELAS LU SEMUA!"

Seorang Baro dikenal dengan kepribadian lumayan tenang diantara teman-temannya. Namun sudah dua minggu ini kesabarannya seperti dipermainkan oleh mereka.

"katanya Dio semalem ke rumah lu ya ngapain tuh ngapain ngapain???!" Celetuk Justin, menoel punggung sohibnya yang sedang salah tingkah tidak jelas.

"cuma pinjem buku kok!!"

"cuma pinjem buku mah santai aja kali ah," sahut Jonathan, geli melihat wajah merah Baro.

Sementara si korban mendengus malas. Agaknya percuma saja menanggapi godaan dari teman-temannya karena percuma. Saat ini dia hanya beruntung jika Claudio tidak ada di sini.

"Rei lama-lama mata lu mines lihat hp mulu." Kali ini perhatian mereka kepada Reihan usai mendengar Rian menegur lelaki itu.

Dan yang ditegur hanya meringis, "ini bales chat Dio nanya katanya ada Baro gak?" Sontak membuat orang-orang di tempat kembali menertawai Baro.

"kenapa? kalo ada dia ga mau kesini ya?" Tanya Baro kemudian.

"bukann! ini mau dibawain susu kotak, lu suka kan?" Jonathan membacakan chat dari ponsel Reihan di sampingnya.

"iya, makasih..."

"bilang sendiri!" Seru Reihan, kembali menarik ponselnya dari tangan Jonathan. "tuh denger ga? Baro salting."

Baro mendelik mengetahui dengan siapa Reihan berbicara melalui telepon —yang entah sejak kapan tersambung. "DIH GA SALTING TAU!!" Kesal, menekuk wajah seketika.

"ih lucu, mau lihat Baro salting," ucap Dipta dari seberang, ikut tertawa.

"buset sejak kapan nyambung? Dipta daritadi telepon?" Tanya Rian heran.

alter • harubby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang