Permaisuri 04

4.8K 462 11
                                    

Sorry kalau cerita ini tidak sesuai dengan ekspektasi kalian



Banyak mengandung typo





Jangan lupa untuk memberikan vote sebelum membaca






Happy reading semua





.
.
.






"Aku sedang ingin sendiri, jadi kalian pergilah" para pelayan yang sedari tadi mengekori sang ratu mengangguk patuh lalu pergi setelah memberi hormat pada pemuda itu




Jimin kembali menghela nafasnya dengan sangat berat. Entahlah hal itu seperti sudah menjadi rutinitasnya akhir-akhir ini. Jimin benar-benar merasa gamang, ia bingung dengan semua yang terjadi pada dirinya. Bahkan Paman yang datang padanya beberapa hari yang lalu tak pernah datang kembali. Jika seperti ini Jimin tak tau harus melakukan apa



Pyarrrrr..



Suara benda jatuh membuyarkan lamunan pemuda manis itu, dengan langkah cepat Jimin mendekat ke asal suara




"Tuan muda. Mohon pengertian anda, Wangbi tidak akan pernah menerima kehadiran anda tuan muda"  langkah Jimin terhenti di depan sebuah pintu besar. Pemuda itu melarang penjaga yang ada di sana untuk memberi kabar mengenai kedatangannya





Terdengar suara gaduh dari dalam sana "siapa yang ada di dalam ruangan ini?" Tanya Jimin polos yang bukannya mendapatkan  jawaban, para penjaga itu malah menatapnya dengan tatapan yang, entahlah itu sulit untuk di jelaskan



"Tapi dia ibu ku. Aku juga berhak menemuinya. Kudengar ibunda sedang sakit, aku ingin menemaninya" Jimin sontak terdiam mendengar teriakan itu


Betapa bodohnya ia selama ini. Jimin selalu saja merutuki nasib sialnya hingga ia lupa jalan cerita dalam buku itu, pantas saja para penjaga itu menatapnya dengan tatapan aneh. Ternyata yang ada di dalam ruangan itu adalah putra mahkota. Anaknya sendiri




"Buka pintunya. Aku akan masuk" perintah Jimin



Kedua penjaga di depan pintu mengangguk patuh lalu membukakan pintu besar itu untuk Jimin. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu terlihat kaku ketika melihat siapa yang datang di balik pintu itu





"Wa...wangbi" dua orang pelayan bersujud takut di depannya. Jimin bisa melihat jika ruangan itu porak poranda dengan bekas makanan tercecer di lantai




"Mohon ampuni pangeran Wangbi, dia masih anak kecil dan tidak tau dengan apa yang ia perbuat" seorang perempuan paruh baya mengangkat wajahnya. Jimin tetap terdiam sambil menatap lurus ke arah anak laki-laki berumur sekita tujuh tahun yang sedang menunduk dengan tubuh bergetar Karna takut




Jimin melewati kedua pelayan itu begitu saja "kalian" atmosfer di ruangan itu tiba-tiba berubah semakin mencengkram ketika sang ratu membuka suaranya "Cepat ambilkan makanan yang baru dan bawa kesini secepatnya. Panggilkan tabib kerajaan juga" perintah Jimin yang langsung di sanggupi oleh para pelayan itu




Suara pintu tertutup, Jimin kembali melanjutkan langkahnya "Wang....Wangbi a..... Aku" anak itu bersikut mundur dengan tubuh yang semakin bergetar ketakutan "Wang... wangbi ampun aku...." Mata anak itu terpejam erat ketika melihat Jimin mengangkat tangannya




"Kau tidak apa?" Di luar ekspektasi, bukannya memukul seperti biasa, pemuda yang berstatus sebagai sang Ratu itu malah mengusap pelan wajah mungil anak itu




Permaisuri [KOOKMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang