Permaisuri 23

3.1K 348 35
                                    

Gua up. ada yang masih mau baca? Sorry kalo up nya agak lama. Nenek gua baru aja meninggal dunia jadi harus bener-bener cari waktu buat ngetik, eh kok malah curhat. Sorry 🤣🤣🤣🤣


Dah skip, happy reading reader-nim. Jangan lupa vote and komen ya


****

Senyum Jimin semakin lebar, apa lagi saat mengingat Jungkook dan yeonji yang akhir-akhir ini terlihat semakin dekat "eomeoni, apa benar kau baik-baik saja?" Jimin tersadar dari lamunannya, dia melihat ke arah Jeongwan yang menatap aneh padanya dan jangan lupakan Seonghan yang memiringkan kepalanya dengan mimik wajah yang juga ikut penasaran dengan pertanyaan yang di lontarkan sang kakak barusan

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Jeongwan menggeleng "tidak. Hanya saja jaewo merasa senyuman eomeoni itu nampak aneh" jujurnya

Jimin mengernyit "aneh? Aneh kenapa???"

"Eomeoni tersenyum dengan raut wajah sedih. Bukankah itu terlihat sangat aneh, benar kan Seowo" Jeongwan meminta pendapat sang adik, dan di jawab oleh anggukan cepat si bungsu

Jimin kembali termenung. Begitukah raut wajahnya selama ini?

Tiba-tiba dadanya terasa sesak tanpa sebab, ternyata ia sama sekali tidak bisa berbohong. Siapa yang sedang ia kibuli sebenarnya? Perasaannya? Hatinya? Atau pikirannya?

Jimin benar-benar tidak bisa membohongi dirinya sendiri, jujur ia memang senang melihat Jungkook dan yeonji mulai dekat, namun di sisi lain hatinya, ia tidak ingin semua ini terjadi. Ia hanya ingin memiliki Jungkook seutuhnya untuk dirinya sendiri, bolehkah? Bisakah? Apa dirinya terlihat egois sekarang?

"Eom..."

"Jeongwan"- Jimin

"Ne?"

"Apa kau bisa menjaga Seowo?" Jeongwan mengangguk semangat, Jimin tersenyum sambil mengusap surai putranya itu "eomeoni harus pergi, ada urusan yang harus eomeoni kerjakan. Apa tak apa?" Jeongwan kembali mengangguk "baiklah" Jimin beranjak dari tempat duduknya "jika ada apa-apa panggil saja bibi han, apa kalian mengerti?"

"Ne~~" jawab kedua anak itu kompak. Jimin kembali tersenyum lalu pergi, ada sesuatu yang harus ia buktikan dengan hatinya?

Jimin terus berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang istana, tujuannya hanya satu. Ruangan sang raja. Entahlah, ia juga bingung kenapa ia harus ke ruangan itu. Tapi Jimin merasa ada dorongan kuat dari hatinya untuk pergi ke ruangan itu

"Kenapa di sini sepi sekali" gumam Jimin ketika melihat lorong menuju ruangan suaminya terlihat lenggang tanpa seorangpun penjaga di sana. Ini aneh? Tentu saja. Ruangan raja merupakan ruangan yang harus di jaga ketat dan ruangan yang memiliki penjagaan paling banyak diantara ruangan-ruangan lain di istana. Melihat lorong itu kosong pasti menimbulkan tanda tanya besar di hati Jimin


Jimin mempercepat langkahnya, entah mengapa semakin dekat Jimin dengan ruangan itu dadanya terasa semakin sesak

Sratttt

Langkahnya terhenti. Kali ini apa yang ada di depannya sukses membuat tubuh mungil itu mematung. Dia tersenyum pahit melihat pemandangan di depannya



 Dia tersenyum pahit melihat pemandangan di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Permaisuri [KOOKMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang