Permaisuri 17

3.1K 353 6
                                    

Ketuk tanda bintang 🌟 oke





***





"Tuan, tolong berikan aku sedikit makanan"


"Tuan tolong berikan aku sedikit makanan tuan"


"Tuan, tolong tuan" suara anak itu semakin terdengar saat Jimin sudah semakin dekat dengan tubuh kecil yang nampak sangat kurus itu


"Tuan" tak ada lagi suara yang terdengar dari anak itu, dia mendongak ketika melihat sepasang kaki berdiri tepat di depannya


Wajah kecil anak itu mengernyit lucu, ia sama sekali tidak mengenal siapa orang-orang yang sedang berdiri di depannya kini


"Annyeong adeul" Jimin menyapa, mencoba menampakkan sikap seramah mungkin agar anak itu tidak merasa takut dengan kedatangannya yang notabene orang asing


"An..... Annyeong"

"Bolehkah aku duduk di samping mu?"


"Jimin-a" yeonji mencoba mencegah namun terlambat, pemuda yang berstatus sebagai permaisuri itu sudah duduk lesehan di samping anak itu tampa harus repot-repot memikirkan hanbook mewahnya yang akan kotor terkena debu nantinya


"Jimin-a" yeonji nampak gelisah, bagaimana jika ada yang mengenali mereka. Pasti ini akan menjadi berita besar nantinya

Seorang permaisuri kerajaan jeon duduk di tanah bersama seorang pengemis kecil. Jika itu benar-benar terjadi dan terdengar oleh rajanya maka habislah ia


"Jimin-a"


"Tak apa yeonji, tidak akan ada yang mengenali kita di sini, asal kau bertindak sewajarnya. apa kau mengerti?" Wanita itu mengangguk, walau masih nampak kekhawatiran di wajahnya tapi ia lebih memilih untuk mengikuti sang ratu, duduk lesehan di pojokan kios itu


"Kau sudah makan?" Tanya Jimin pada anak itu yang hanya di jawabnya dengan gelengan


"Anak ku akan kemari sebentar lagi, dia akan membawa beberapa makanan, kita bisa makan bersama nanti" mendengar pernyataan Jimin, anak yang awalnya masih nampak takut-takut itu menoleh dengan wajah berbinar


"Benarkah tuan?" Jimin mengangguk


"Terimakasih tuan, terimakasih" anak itu spontan memeluk tubuh Jimin. Yeonji membelalakkan matanya terkejut, habislah ia. Ia sangat yakin jika ini tidak akan baik-baik saja setelah ini

Namun lagi-lagi pemikirannya tentang pemuda itu salah besar. Ia mengira Jimin akan meledak dan berakhir mencaci maki anak itu karena sudah berani menyentuhnya, akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Jimin menerima pelukan anak itu dengan suka rela, bahkan si pemuda mengelus surai anak itu dengan lembut seakan itu adalah Jeongwan

"Jimin-a"

"Eomeoni" Ucapan yeonji terpotong oleh teriakan anak kecil yang sedang berlari ke arah mereka


"Jeongwan" Jimin tersenyum ke arah putranya, lalu melepaskan pelukannya dari anak itu


"Ayo, anak ku sudah datang. Kita harus mencari tempat untuk makan, tidak mungkin kan kita makan di sini" Jimin berdiri di ikuti yeonji


Namun tidak ada pergerakan dari anak itu, Jimin kembali menunduk "ada apa?" Tanyanya ketika melihat anak itu malah menunduk dalam sambil memilin-milin ujung pakaian yang ia kenakan


"Aku tidak bisa" cicitnya. Jimin mengernyit "apa yang kau maksud, tidak bisa? Tidak bisa kenapa?"


"Me...mereka, mereka semua tidak ada yang mau menerimaku. Aku sudah berhari-hari di sini, tapi kau adalah orang pertama yang sudi menyapa ku"

"Kenapa?"

"Me...mereka bilang aku adalah anak pencuri" tubuh kecil itu nampak bergetar. Dia menangis? Jimin tidak bisa memastikan sebab anak itu sedang menunduk

"Pencuri?" Anak itu mengangguk, tubuhnya semakin bergetar


"A...apa tuan juga membenciku sekarang?"


Jimin kembali berjongkok menyamakan tingginya dengan anak itu "tentu saja tidak, ayo kita pergi. Jika di sini tidak ada yang menerima mu, maka ikutlah dengan ku" anak itu mendongak, terlihat jelas jejak air mata di pipinya bahkan beberapa masih terlihat menggenang di sana

Anak itu nampak ragu "kau tidak mau?" Anak itu menggeleng cepat "tentu saja aku mau, ta... Tapi.." anak itu melihat kearah Jimin lalu beralih pada orang-orang di belakang pemuda itu


Jimin tersenyum, ia tau apa yang membuat anak itu ragu, para pengawalnya dan juga yeonji, mungkin anak itu mengira mereka tidak akan senang jika anak itu ikut dengannya


"Tak apa" ujar Jimin pelan "tidak akan ada yang berani menganggu mu setelah ini"


"Benarkah?" Jimin mengangguk "lagi pula, sepertinya Jeongwan membutuhkan seseorang untuk menjadi temannya di rumah kami nanti. Bukankah begitu putraku?" Jeongwan yang sedari tadi hanya memperhatikan interaksi sang ibu dengan anak itu mengangguk semangat


"Tentu eomeoni" Jeongwan mendekat lalu berjongkok mengikuti ibunya "ayo ikut kami, ada banyak makanan di sana. Apa kau mau?" Ujar Jeongwan pada anak yang lebih kecil


"Benarkah?" Lagi-lagi anak itu nampak berbinar senang ketika mendengar kata makanan


"Tentu" itu bukan Jeongwan melainkan Jimin "kau bisa memakan apapun saat sudah berada di sana. Jadi, apa kau mau ikut?"


Anak itu kembali mengangguk semangat "tentu tuan saya mau"


"Baiklah, ayo berdiri. Kita harus pulang sekarang" anak itu kembali mengangguk "oh ya, siapa namamu?"


"Seonghan tuan, namaku Choi Seonghan"

"Baiklah Seonghan. Ayo kita pulang"



***

TBC

Dikit dulu ya upnya. Jangan lupa vote ya. Terimakasih

Permaisuri [KOOKMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang