Permaisuri 05

4.7K 447 11
                                    

Jangan lupa untuk memberikan vote sebelum membaca






...

..

.






Jeongwan menatap aneh kepada sosok yang ada di depannya. Ia ingin bertanya akan tetapi ia tidak mau membuat ibunya itu marah dan kembali ke sifatnya yang semula. Jadi Jeongwan hanya bisa diam sambil menikmati suapan demi suapan yang ibunya berikan padanya



"Ada apa Jeongwan? Kau seperti ingin mengatakan sesuatu pada ku"





"Tidak ada ibu, aku hanya senang karena bisa di suapi olehmu"






"Kau senang?" Anak itu mengangguk lucu "maka aku akan selalu menyuapi mu mulai saat ini"



"Benarkah?" Tanya Jeongwan antusias




"Tentu. Apa kau tidak suka?" Jeongwan menggeleng cepat "tidak ibunda, Jeongwan suka" Jimin tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya itu, sungguh menggemaskan. Namun sayang, dia sudah terlihat sangat dewasa di usianya yang masih sangat muda

//*(Maksud dewasa di sini dari segi tutur kata dan juga tingkah laku Jeongwan)




Bukannya Jimin tidak bangga dengan Jeongwan. Ia bangga, sangat malah. Akan tetapi jika mengingat apa yang terjadi kepada anak itu sebelumnya selalu sukses membawa rasa pedih di hati Jimin. Itu terasa seperti goresan pedih dan dalam di hatinya




Bahkan Jimin masih bisa melihat beberapa bekas lebam di tubuh kurus Jeongwan. Itu pasti Karna ulahnya "kau pasti sangat tersiksa selama ini" ujar Jimin sambil mengelus kening Jeongwan yang terdapat bekas luka di sana




Jimin bisa merasakan jika tubuh Jeongwan menegang ketika ia menyentuh wajah anak itu. Walau terlihat senang dan nampak baik-baik saja, rupanya anak itu masih tetap saja merasa ketakutan jika berada di sekitar Jimin




"Segitu besarkah rasa trauma yang kau rasakan" batin Jimin. Ia merasa benar-benar prihatin dengan anak ini. Jimin bertekad mulai saat ini dia akan memperbaiki hubungannya dengan Jeongwan hingga anak itu benar-benar merasa nyaman berada di sekitarnya




"Jeongwan. Hari ini sangat cerah, biasanya apa yang akan kau lakukan di hari seperti ini?" Jimin sedikit membetulkan letak Hanfu yang ia kenakan setelah selesai menyuapi anak semata wayangnya itu




"Tidak ada eomeoni, aku hanya akan berada di kamar seharian. Terkadang jika aku bosan aku akan meminta beberapa pelayan untuk menceritakan dunia luar pada ku"



"Apa kau tidak pernah keluar dari tempat itu sebelumnya?" Jeongwan terlihat menunduk sedih, setelah itu ia menggeleng "kenapa?"




"Eomeoni" Jeongwan menghentikan kata-katanya "kau selalu membenci ku. Dan melarang ku keluar dari kamar. Kalau aku sampai melanggarnya, kau akan marah dan menghukum ku" setelah mengatakan itu mata Jeongwan terbelalak kaget. Ia seperti baru sadar dengan apa yang baru saja ia katakan



Jimin tersentak kaget ketika tiba-tiba saja Jeongwan bersujud takut di depan kakinya dengan tubuh yang bergetar "ampun Wangbi, maafkan hamba. Jangan hukum hamba Wangbi, hamba tau hamba sudah lancang, tapi hamba tidak akan mengulanginya lagi Wangbi. Hamba berjanji"




Bulir-bulir air mata mulai mengalir membasahi pipi mulus Jimin. Apakah ini yang selalu Jeongwan lakukan ketika bersama sang ratu dahulu? Apakah sang ratu selalu menghukum anak ini sampai ia sangat takut padanya? Ya, tanpa bertanya pun Jimin sudah tau jawabannya




"Bangunlah Jeongwan" Jimin menarik bahu Jeongwan agar kembali berdiri lalu memeluk tubuh ringkih itu. Memeluknya dengan sangat erat. Isakan-isakan kecil mulai menghiasi langit-langit kamar itu



"Mian, maafkan ibu Jeongwan. Ibu sudah sangat jahat padamu" tangan Jeongwan terulur membalas pelukan ibunya




"Ti...tidak apa eomeoni, a.... Aku tidak apa-apa"





"Ibu berjanji. Mulai saat ini aku akan berusaha memperbaiki segalanya. Jadi tolong bantu aku Jeongwan"




"Ne eomeoni. Aku akan selalu ada di belakang mu"





"Buin*" mereka berdua kompak menoleh

//* Buin ini sama seperti anae hanya saja kata buin ini di pakai untuk situasi non formal



"Jeongha/ayah" ujar mereka bersamaan



"Jeongwan"




"Ne abeoji"




"Pergilah ke bibi han. Dia sudah menunggu mu di luar"




"Neee" Jeongwan melepaskan pelukan Jimin





"Eomeoni, aku akan pergi dulu. Enggggg, apa boleh aku kembali lagi nanti?" Jeongwan menunduk sambil memilin-milin ujung Hanfu yang ia kenakan. Menunggu jawaban dari ibunya




Jimin tersenyum melihat tingkah anaknya itu. Dengan gemas merusak rambut Jeongwan "tentu saja. Kau bisa datang kapan pun"




Jeongwan mengangguk gemas "terimakasih eomeoni" anak itu membungkuk memberi hormat lalu pergi dari ruangan itu meninggalkan ibu dan juga ayahnya





"Buin" tubuh Jimin menegang ketika tiba-tiba saja Jungkook mendekat lalu memeluknya erat. tidak hanya itu, Jungkook juga menenggelamkan wajahnya pada tengkuk leher jimin. Bahkan Jimin bisa merasakan hembusan nafas pemuda itu di lehernya




Itu terlalu tiba-tiba hingga Jimin tidak bisa memprediksi pergerakan pemuda tersebut "terimakasih buin" bisiknya tepat di telinga Jimin



"U.... untuk apa?" Ia merasa sangat gugup, Sungguh. Jika itu Jeongwan, Jimin masih bisa menerimanya. Tapi ini Jungkook, yang bahkan Jimin saja terasa masih sangat gugup jika berada di sekitar pemuda itu




"Untuk segalanya. Aku tidak tau apa sebenarnya yang merasuki mu hingga kau berubah drastis seperti ini. Akan tetapi aku merasa sangat senang, apa lagi kau mulai membuka diri pada Jeongwan. Terimakasih, terimakasih banyak"





Jimin melepaskan pelukan pemuda itu kasar "kau pikir aku kesurupan seperti itu?" Pemuda itu menggembungkan pipinya kesal




Jungkook menggeleng cepat "tentu saja tidak buin. Aku tidak bermaksud seperti itu"





"Tapi kau mengatakannya"




Bukannya merasa bersalah Jungkook malah tersenyum melihat tingkah menggemaskan istrinya itu "lihat kau malah tersenyum bukannya minta maaf. Cih dasar" Jimin melipat kedua tangannya lalu membuang mukanya. Dia kesal, sungguh




"Maafkan aku buin" Jungkook kembali menarik tubuh mungil Jimin kedalam pelukannya. Bahkan tubuh kecil Jimin terlihat tenggelam dalam pelukan suaminya itu




"Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu" Jimin terdiam, bau yang menguar dari tubuh pemuda itu sungguh membuat Jimin merasa tenang




"Biarlah seperti ini" batin Jimin. Ya, biarlah seperti ini sebelum ia benar-benar melepaskan pemuda itu untuk selamanya



Jimin sudah tau apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Dia harus mencari wanita itu. Wanita yang akan menjadi selir jeon dalam buku itu. Mereka harus segera bersama agar Jimin bisa keluar dari dunia ini




"Aku harus menemukannya" gumam Jimin tanpa suara "secepatnya"





.
.
.




TBC


Jangan lupa vote dan komen. Terimakasih

Permaisuri [KOOKMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang