verdad

164 16 0
                                    

Si mungil itu sedang belajar memasak menggunakan ponselnya. Setiap tangannya berusaha mengaduk adonan yang ia buat berdasarkan tutorial, berusaha membuatnya sama persis.

Bersenandung beberapa kali agar suasana tak begitu sepi. Dengan suaranya yang merdu mampu membuat suasana dapur menjadi lebih menyenangkan. Walaupun tak sempurna, adonan itu tetap terbentuk. Sang pencipta tersenyum penciptanya, membayangkan akan memberikan hasilnya untuk Chanyeol nantinya.

Senyumnya memudar kala ada suara dari ponselnya menandakan ada pesan yang masuk. Tangannya melepaskan sarung tangan yang ia pakai saat memasak tadi kemudian menghampiri ponselnya. Saat ia telisik lagi, bukan pesan dari Chanyeol rupanya. Nomor tak dikenal? Siapa batinnya. Changkyun? Tak mungkin. Orang tuanya? Ah bisa jadi.

Saat ia membuka pesan itu, ternyata pesan dari orang asing yang menyuruhnya untuk pulang dan mengambil flashdisk yang ada diruangan tempat ia dan Changkyun bermain dulu. Tunggu, tempat mereka bermain dulu? Kenapa orang ini bisa tau? Apakah ia penguntit? Namun bagaimana bisa ia tau? Apa ada yang terjadi dengan Changkyun? Kenapa Changkyun tak mengiriminya pesan langsung? Apa yang terjadi? Semua pertanyaan itu tiba tiba muncul di kepalanya. Kalut, memikirkan jika terjadi apa apa dengan Changkyun.

Ah terdapat file terlampir di pesan itu. Baekhyun membukanya dan sontak saja membuat matanya membola. File itu berisi foto dirinya saat berada di bus. Jangan lupa tertera tanggal foto itu diambil. Ia ingat betul saat itu ia belum mempunyai kenalan sama sekali. Tangannya gemetar, terbayangkan lagi sosok Taeyong yang dulu sempat menerornya. Ponselnya terjatuh matanya kosong. Saat ini semua kepercayaannya runtuh bahkan untuk Chanyeol sekalipun.

Seharusnya sedari awal ia mendengarkan Changkyun. Kenapa ia tak menyadari bahwa ia harus menjauhi Chanyeol. Ah ternyata ini alasannya.

Tak lama ia melamun dan memikirkan hal hal aneh dikepanya, pintu itu mengeluarkan suara yang artinya seseorang masuk. Siapa lagi kalau bukan Chanyeol?

"Baekhyun, dimana kau?"

Suara lantang itu membuat Baekhyun melirik. Tak berniat menjawab seperti biasanga, namun ia mencoba untuk tenang. Jika saja ia ketauan mengetahui sesuatu dan juga sedang panik, entahlah... bisa saja Chanyeol akan mengurungnya layaknya ibu kepada rapunzel.

Perlahan lahan Baekhyun menarik nafas dan membuangnya pelan pelan, berusaha untuk tetap relax. Wajahnya tersenyum perlahan agar tak terlihat tertekan. Menoleh dan melihat sosok Chanyeol yang sudah ada di ujung dapur menatapnya dengan senyuman.

Walaupun takut, Baekhyun merespon nya dengan senyuman juga. Namun matanya sudah berbeda, ia menatap dengan sorot mata kebohongan. Otaknya terus berpikir bahwa pria didepannya itu adalah iblis bukan lagi kekasih barunya, bukan lagi Chanyeol.

Chanyeol terus mendekat dan tanpa sadar Baekhyun memundurkan badannya. Senyuman Chanyeol memudar, menatap Baekhyun dengan agak serius. Tangannya masih ada di udara menunggu balasan dari Baekhyun, meminta sebuah pelukan.

"Kenapa menghindariku?"

Menyadari tingkahnya itu, Baekhyun cepat cepat tersenyum dan tertawa.
"Aku baru saja memasak, kurasa tubuhmu bau saat ini"

Senyum itu kembali lagi ke wajah Chanyeol. Namun ia tak menyadari jika Baekhyun baru saja menelan ludahnya karena gugup dan takut jika terjadi apa apa.

Hening seketika. Chanyeol yang terus menatap baekhyun dengan senyuman nya dan Baekhyun yang menatap balik Chanyeol dengan senyuman palsunya, berusaha untuk menyembunyikan getaran dalam tubuhnya. Tiba tiba saja ia terpikirkan untuk memenuhi permintaan Changkyun yaitu mengambil flash disk yang ada di rumah.

"Apa aku boleh pulang sebentar?"

"Kenapa kau harus pulang?"

"Aku akan mengambil barang"

"Akan aku belikan"

"Aku ingin bertemu Changkyun"

"Kenapa?"

"Hanya untuk mengucapkan perpisahan. Setelah itu aku tidak akan kesana lagi"

"Kirimkan saja lewat ponsel. Tidak perlu bertemu langsung"

"Sialan!" Batin Baekhyun. Ia merasa dikekang sekarang. Bagaimana caranya ia bisa keluar? Ia semakin yakin tak ada yang beres dengan Chanyeol. Namun apapun itu ia harus tetap pergi. Baekhyun memutar otaknya kembali.

Ia mendekatkan wajahnya kemudian mencium pipi Chanyeol dengan senyuman lembutnya.
"Kumohon..."

Siapa yang tidak tergoda? Siapa yang bisa menolak si imut ini? Tidak ada. Artinya begitu pula dengan Chanyeol. Ia luluh untuk sesaat. Untuk sesaat....
Chanyeol teringat bahwa Changkyun sudah tidak ada. Walaupun Sehun berhasil memereskannya tetap saja jika Baekhyun tau Changkyun sudah mati, itu akan menjadi masalah untuknya.

"Tak ada gunanya kau kesana Baekhyun. Cukup kirim saja pesan untuk perpisahan. Okay?"

"Tapi aku ingin pulang sebentar"

"Tidak!"

_______

Acosador (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang