2. L

397 32 2
                                    

Ponsel Beomgyu berdering, tertera nomor asing pada layarnya. Sedikit takut, namun akhirnya diangkat pula. Siapa tahu pengumuman hadiah dari jajanan kering yang kemarin ia beli.

"Apakah saya berbicara dengan Jung Beomgyu?" tanya seseorang pada sambungan telpon tersebut.

"Iya saya sendiri."

"Saya tau kok kamu sendirian. Dari kemarin juga sendirian mulu. Kapan gak sendirinya?"

Beomgyu terkekeh, agaknya ia tahu siapa sang penelepon.

"Om gabut ya?" tanya Beomgyu diiringi tawa mengejek. Di sebrang sana tak kalah kencang tawanya.

"Kok om lagi sih, ngambek nih."

"Ehehe. Kenapa kak?"

"Simpen dulu nomer saya ya."

"Siap."

Ada jeda beberapa menit.

"Kamu kosong ga?"

Beomgyu melihat jam pada dinding. Aslinya ia ingin pergi ke kafe, tapi nampaknya jalan bareng Yeonjun asyik juga. Eh tapi kan belum tentu mau diajak jalan. Pastiin aja dulu.

"Eummm.. kosong kok. Kenapa kak? Mau ngajak jalan?"

"Ahahaha.. kok tau aja kamu. Mau gak?"

"Ya mau dong."

"Oke saya jemput ke rumah ya? Minta alamat."

"Eh? Jangan di rumah, aku tunggu di halte deket rumah aja."

"Loh kenapa?"

"Eung... Gapapa kak, cuma saudaraku lagi di rumah semua, mereka pada brengsek. Takutnya gangguin kakak nanti. Kita ketemuan di halte aja ya."

"Hmm yasudah deh. Saya siap-siap ya."

"Oke."

Dengan segera Beomgyu mempersiapkan diri. Mengganti pakaiannya dengan yang lebih nyaman. Sedikit memberikan sentuhan pada bibirnya dengan lipbalm tipis. Dirinya sudah merasa cantik tanpa merias diri, jadinya ya gitu.

Beomgyu keluar dari kamar, menuruni tangga dan bertemu sang bubu.

"Mau kemana ini perawan bubu?" tanya taeyong yang sedang asyik merajut.

"Ih kok perawan sih?" Beomgyu ngambek selalu dibilang perawan, harusnya kan perjaka. Ia melipat tangan didepan dada sembari cemberut bersenti-senti.

"Tuh kan mirip anak gadisnya teman bubu," lanjut Taeyong masih dengan menggoda si manis.

"Ih bubu!"

"Mau kemana nih adik kakak yang paling cantik?" tanya Mark yang baru saja keluar dari kamarnya juga. Berjalan menghampiri si manis kemudian memberikan kecupan singkat di kening sang adik.

"Main sama temen hehe."

"Tuh kan, kalau dipanggil cantik sama si Mark baru dia gak mencak-mencak. Pilih kasih memang," cibir Jeno yang juga baru keluar dari kamar. Dengan gemas menoyor kepala sang adik. Beomgyu memberikan tatapan membunuh.

"Kalian berdua ini kalau bangun siang-siang mulu, harusnya sebagai pemimpin kasih contoh yang baik buat bawahannya. Gimana mau maju perusahaan kalian?" Akhirnya Taeyong beralih pada anak pertama dan keduanya. Yang dinasehati hanya cengengesan dan berjalan menuju meja makan. Tinggal mark dan Jeno saja yang belum makan. Tadi Beomgyu sudah makan bersama Daddy, bubu, dan Sungchan sebelum anak itu berangkat ke sekolah.

"Dan bamie mainnya jangan lama-lama ya. Inget jam sebelas kamu ada kelas," lanjut taeyong kepada si anak ketiga.

"Siap bubu sayang."

Setelah mencium pipi taeyong, Beomgyu pergi menuju halte.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Beomgyu mengirimkan lokasinya tepat saat dirinya sudah duduk di halte. Menunggu penjemputnya datang dengan senyum yang tak pernah sirna.

Beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti didepannya. Kaca disamping kemudi diturunkan dan menampilkan sosok yang langsung Beomgyu kenali meskipun baru bertemu sekali. Itupun karena bentuk bibir sang pria yang terlihat lucu dan lain dari yang lain.

Beomgyu menghampiri mobil tersebut, membuka pintu dan duduk di samping si pengemudi.

"Lama ya?"

"Engga kok kak, aku juga baru nyampe."

Setelah memasang sabuk pengaman, mobil pun melaju membelah jalanan.

Beomgyu sibuk melihat jalanan dari kaca disebelahnya. Kemudian ia menanyakan kemana keduanya akan pergi.

"Kemana aja asal bersamamu."

"Ihh kakak seriusin!"

"Serius kok. Ke pelaminan juga boleh."

"Kak!"

Bodoh amat pipi Beomgyu mengeluarkan rona merah. Sialan memang. Cuma digombalin gitu aja dia auto sesak napas. Vrengshake emang.

Beomgyu membuang muka, kembali memilih melihat jalanan. Pipinya masih sama merahnya seperti tadi.

"Tapi nanti aku ada kelas jam sebelas kak, kita pergi jangan lama-lama ya," ujar Beomgyu yang masih tak ingin melihat sang lawan bicara. Nampaknya pemandangan diluar sana lebih menarik perhatiannya.

"Apapun yang baby bom minta," lirih Yeonjun dengan deep voice sialannya. Lebih parahnya lagi karena salah satu tangannya meraih jemari si manis dan mengelusnya lembut.

Tolong siapa saja bantu Beomgyu untuk bernafas.

"Kak?" Beomgyu menoleh ke arah Yeonjun dengan wajah yang masih bersemu.

"Kenapa?"

"Tangan aku."

"Belum ada yang punya kan?"

Tidak ada jawaban. Beomgyu hanya menatap lekat pada si pria di sampingnya. Yeonjun pun menghentikan laju mobilnya, ia menepi untuk sesaat.

Setelah mobil itu seutuhnya berhenti, Yeonjun meraih kedua tangan si manis. Membawanya ke depan wajahnya sendiri. Mengecup punggung tangan itu berkali-kali.

"Bolehkah saya jadi pemilik jari manis ini?"






_________________
TBC
_________________
Series : YeonGyu

Chapter Code : L

Yeonjun X Beomgyu
__________________







Salam kecup cinta manjah

Bie

L.O.V.E Series ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang