5. E

117 16 0
                                    

Beomgyu keciduk lagi telponan sambil ketawa-ketawa. Jeno yang curigaan langsung menggerebeknya.

"Apaan sih kepo amat," cebik Beomgyu yang langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Hmmm bau-bau nya mencurigakan."

Jeno mendekat ke arah sang adik lalu mengendus tubuhnya. Beomgyu yang risih langsung mendorong paksa tubuh Jeno hingga terjungkal.

"Jauh-jauh kakak bau dosa!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rasanya sudah sangat lama Beomgyu dan Soobin tak bertemu, padahal baru beberapa hari lalu keduanya liburan bersama. Tapi kencan itu sangat tidak terasa karena kesibukan setelahnya.

Kini Beomgyu menyempatkan diri berkunjung ke tempat kerja kekasihnya. Memandangi sang terkasih dari jarak yang tidak terlalu jauh tetapi tidak dekat juga.

Melambaikan tangan setiap kali melihat Soobin yang tersenyum kearahnya setelah mencatat pesanan. Sangat tampan.

"Permisi, boleh gabung?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba menghampiri meja Beomgyu. Si manis yang awalnya memperhatikan kekasihnya dengan terpaksa mengalihkan pandangan.

"Maaf kak, meja di sini banyak yang kosong," balas Beomgyu dengan wajah datar. Terlihat lelaki yang mengajaknya bicara jadi salah tingkah—terlihat jelas metode PDKTnya gagal.

"Ummm... Saya lihat kamu sendirian, jadi saya ingin menemani."

"Maaf, saya lagi menunggu pacar saya. Tuh orangnya," Beomgyu menunjuk pemuda yang berdiri di depan kasir dengan dagunya.

Mengetahui tatapan tajam dari pria di seberang sana membuat pemuda itu ketakutan. Dengan cepat meminta maaf dan langsung meninggalkan cafe.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Pacar aku harusnya di karungin aja," cicit Soobin sembari mendusel manja di ceruk leher Beomgyu. Dua pasang kekasih ini sedang duduk di halte—seperti biasa Beomgyu minta diantarkan ke tempat itu.

"Kenapa sih kak, manja bener," Beomgyu terkekeh gemas, dengan telaten mengelus surai sang kekasih.

Malam ini udara terasa dingin sehingga Soobin mengeratkan dekapannya pada si manis, beberapa kali menghembuskan nafas hangat pada leher pria kesayangannya.

"Kamu kenapa sih gak bolehin kakak main ke rumah? Sekali aja bam, kakak cuma pengen—"

Cup

Beomgyu langsung mengecup bibir si dominan. Soobin membeku di tempat.

"Kan aku bilang belum waktunya kak. Kakak yang sabar ya, nanti aku pasti kenalin kakak ke keluargaku," timpal Beomgyu dengan suara lembut. Mencoba menenangkan Soobin dengan mengelus punggung tangan pria tersebut.

"Tapi kapan? Kakak takut bamie di culik orang lain."

"Emangnya bamie bocah sampai di culik?" Beomgyu terkekeh kembali.

"Buktinya tadi.."

"Tadi kan bamie bisa jaga diri. Kakak liat sendiri kan?"

Terdengar hembusan nafas berat di telinga si manis, dengan perlahan berpindah tempat dan langsung menangkup pipi Soobin yang hampir terjatuh karena pergerakan yang tiba-tiba.

Beomgyu menatap lamat ke arah si dominan, kemudian meloloskan senyuman manis.

"Kakak jangan mikir yang aneh-aneh ya. Bamie sayang banget sama kakak," tutur lembut Beomgyu, kedua tangannya masih setia menangkup pipi yang lebih tua. Sesekali menariknya untuk memberikan kecupan ringan pada seluruh wajah itu.

Soobin tersenyum, meloloskan tangannya untuk mengacak surai si manis.

Keduanya menghabiskan malam indah di halte sambil menunggu bus yang akan mengantarkan Beomgyu pulang ke rumah.

Setelah bus itu datang, drama tak mau berpisah kembali terulang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini rasanya sangat melelahkan. Kegiatannya sangat penuh dari pagi hingga sore. Tak ada yang bisa Beomgyu tinggalkan.

Pemuda manis ini membalut tubuhnya dengan selimut. Malam ini ia terkena demam, tubuhnya sangat panas.

Taeyong datang menghampiri sang anak, berkacak pinggang karena mengetahui alasan anaknya sakit karena rutinitasnya mengkonsumsi es krim. Padahal satu keluarga sudah mewanti-wanti pria manis itu untuk mengurangi makan es krim.

Dokter telah pulang dan meresepkan beberapa obat, sehingga Taeyong bisa lebih leluasa untuk memarahi sang anak.

"Hueeee bamie pusing, jangan ribut," Beomgyu merengek, mencebik lucu. Wajahnya total memerah. Mengabaikan celotehan satu keluarga yang ditujukan padanya. Telinganya berdenging karena suara ribut tersebut.

"Makanya—"

"Hueeeee dieeeem."

Taeyong menghentikan kalimatnya, mencoba bersabar mengurus bayi beruang yang menyebalkan jika sedang sakit.

Jaehyun selaku ayah yang sangat menyayangi si satu-satunya putra submissive langsung mendekat, menyuruh semua orang untuk keluar dari kamar Beomgyu. Setelahnya ikut membaringkan tubuh di samping anaknya sembari membawa tubuh sang anak ke dalam dekapannya.

"Sekarang bamie tidur aja ya, nanti kalau sudah bangun harus makan dan minum obat," tutur lembut Jaehyun sembari mengelus surai anaknya.

Beberapa saat kemudian terdengar dengkuran teratur. Beomgyu sepenuhnya terlelap.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah dua hari Beomgyu tak bisa dihubungi, sambungan itu selalu diterima oleh suara operator.

Soobin kini tak bisa fokus, terlalu kepikiran dengan keadaan si manis. Ingin sekali menjenguk kesayangannya namun ia sama sekali tak mengetahui tempat tinggal si manis.

Saat itu, di ujung rasa frustasinya tiba-tiba seseorang memasuki kafe. Berjalan mendekat ke arah si kasir. Mendongakkan kepala dan terkejut.

"Loh, kak Soobin?"

Pria yang berdiri di hadap Soobin saat ini adalah Lee Heeseung, adik kelasnya dulu saat masih di SHS sekaligus teman baik kekasihnya.

Alih-alih merasa terkesan akan pertemuan itu, Soobin justru langsung menghujami si adik kelas dengan sebuah pertanyaan.

"Tau rumah Beomgyu?"









_________________
TBC
_________________
Series : SooGyu

Chapter Code : E

Soobin X Beomgyu
__________________








Salam kecup cinta manjah

Bie

L.O.V.E Series ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang