Bab 3

11.3K 1K 10
                                    


"Gue kemaren nemu bubur enak di DU. Mau pada nyoba nggak?"

Jumat siang itu, mereka bertiga menghabiskan waktu makan siang di kantin kantor, tanpa Ryan dan Radit tentunya karena mereka berdua harus sholat jumat. Dan Bara baru saja memberi info yang membuat teman-temannya penasaran karena mereka semua memang pecinta bubur ayam.

Dan akhirnya, Sabtu pagi ini mereka janjian untuk lari pagi di lapangan Gasibu. Agak random sebetulnya karena mereka memang jarang sekali, bahkan sepertinya belum pernah, janjian untuk lari pagi. Selain karena Meira yang tidak suka olahraga yang terlalu membuat keringat, Radit juga bukan orang yang mudah bangun pagi. Namun karena Bara memberi iming-iming ada tukang bubur baru yang katanya punya cita rasa super enak di seberang UNPAD Dipati Ukur, mereka yang memang sama-sama suka makan bubur jadi penasaran. Daripada hanya makan saja, Ryan yang sedang menyukai olahraga lari berinisiatif mengajak mereka lari pagi dulu sebelum makan bubur. Tapi kenyataannya yang nampak semangat hanya Bara dan Ryan, ditambah Kalya yang memang selalu menepati janjinya. Sehingga hanya mereka yang sudah sampai dengan menumpang angkot juga ojek online, karena malas mencari tempat parkir.

"Kebiasaan deh, kalo janjian pagi pasti susah banget tepat waktu." gerutu Bara.

"Ya udah lah, mulai jalan aja duluan. Nanti paling ketemu juga kalo mereka dateng." usul Ryan yang disetujui semuanya sehingga mereka memulai langkah mereka.

"Fira nggak ikut, Yan?" Kalya menanyakan kekasih Ryan disela perjalanan mereka. Karena masih pemula, Kalya dan Bara meminta Ryan untuk pemanasan dulu dengan jalan kaki.

"Lagi balik Jakarta, Kal. Dia nggak begitu suka lari juga sih."

Kalya mengangguk mendengar jawaban Ryan. Dan setelah berjalan satu putaran, Meira dan Radit datang dengan muka bantalnya seperti biasa. Mereka langsung bergabung dan mulai berjalan. Meskipun nampak mudah, nyatanya olahraga lari sebenarnya terasa cukup berat bagi yang tidak terbiasa. Seperti yang nampak pada mereka, kecuali Ryan tentunya, yang sudah terlihat begitu kepayahan padahal baru berlari dua kali putaran lapangan setelah sebelumnya hanya berjalan. Dan akhirnya selain Ryan, mereka memutuskan berjalan saja. Sampai akhirnya satu persatu menyerah dan menunggu Ryan dengan duduk di pinggiran sambil meluruskan kaki.

"Lo baru datang udah duduk duluan aja, Mei, Mei." Bara menggelengkan kepala saat akhirnya memutuskan berhenti berjalan dan duduk di pinggir lapangan yang di sana sudah ada Meira, Kalya, dan Radit.

"Berisik, lo! Gue kan cuma penasaran sama bubur yang lo bilang. Lari mah bonus." kilah Meira tanpa melirik Bara di sebelahnya karena sedang melihat ponselnya. "Ryan masih lama nggak sih, laper gue."

"Sabar kali, Mei. Baru jam tujuh juga." Kalya segera menimpali untuk menghindari perdebatan panjang antara Bara dan Meira.

Sayangnya tidak ada pengaruhnya, karena Bara tetap menimpali dan Meira pun terpancing untuk menjawab kecerewetan Bara. Sehingga, Kalya dan Radit harus tahan-tahan emosi mendengarkan mereka. Untungnya tidak lama kemudian Ryan akhirnya menyelesaikan larinya dan membuat semuanya berdiri untuk menuju tempat bubur. Karena tempatnya tidak terlalu jauh, mereka cukup berjalan kaki menuju ke sana.

Tukang bubur yang dimaksud Bara ada di salah satu ruko yang berjejer di sebelah Monumen. Di dalamnya terdiri dari meja-meja panjang untuk makan banyak orang bersamaan. Dan karena memang jam sarapan, meja-meja itu banyak yang sudah terisi dan hanya menyisakan satu meja panjang kosong di pojok dekat pintu belakang. Mereka pun mendudukkan diri di sana. Bara yang sudah pernah makan di sana, berinisiatif memesankan bubur untuk mereka semua. Kebetulan mereka tidak memiliki request aneh jika makan bubur, sehingga Bara cukup memesan bubur ayam komplit lima porsi kemudian kembali duduk.

COMFY-VersationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang