Bab 27

7.9K 839 11
                                    


Akhir tahun sepertinya hampir selalu menjadi pekan tersibuk di setiap perusahaan termasuk divisi di dalamnya. Selain evaluasi rutin, kali ini Divisi HC dan Legal disibukkan dengan persiapan perbaruan sistem kepegawaian yang merupakan hasil evaluasi selama satu tahun ini. Kadang tidak banyak memang, namun untuk tahun depan, Prama Medika menginginkan perubahan yang cukup signifikan dalam pengaturan pegawainya.

Akibat kesibukan ini juga, Kalya dan Radit masih belum memiliki waktu luang untuk menyelesaikan masalah mereka dengan Ryan. Ya, literally yang masih keberatan dengan hubungan mereka memang hanya Ryan. Sedangkan Meira ataupun Bara sudah pasrah saja walaupun masih tidak habis pikir.

Karena tidak terlalu suka lembur, Kalya lebih memilih untuk membawa pekerjaannya pulang. Sehingga, jika biasanya pagi hari dihabiskannya dengan memasak sarapan, maka berbeda dengan pagi ini. Kalya masih fokus dengan laptop di depannya dan sesekali mencatat di notesnya untuk mempelajari alur input data sistem legal yang baru saja disosialisasikan oleh Divisi IT. Siang nanti, Kalya yang memang mendapatkan tugas untuk bagian ini akan kembali meeting bersama mereka. Karenanya, dia harus selesai mempelajari sistem baru ini dan mengoreksinya jika ada kesalahan sebelum benar-benar launching.

"Yang, laper.."

Kalya memutar bola mata mendengar rengekan Radit. Tadi pagi-pagi sekali Radit mengabari akan ke kosannya dengan dalih ingin mempelajari perbaruan sistem bersama Kalya. Kebetulan mereka memang akan meeting bersama siang ini. Namun alih-alih berdiskusi, Radit sepertinya hanya pindah tempat merebah saja. Karena sejak datang setengah jam yang lalu, yang dilakukan Radit hanya berbaring tengkurap di sebelah Kalya yang memang sedang memandangi laptop di atas ranjangnya. Dan sekarang, dia malah merengek minta makan.

"Kamu mandi deh kalo gitu, kita beli sarapan sekalian berangkat aja." jawab Kalya tanpa melepaskan pandangan pada laptopnya.

"Kamu nggak masak, Ya?" merasa tidak mendapat respon yang diinginkan karena Kalya hanya menggeleng, Radit menggeser badannya mendekati Kalya kemudian melingkarkan lengan di perutnya dan menyerukkan wajah di pinggangnya yang akhirnya membuat Kalya berjengit dan menoleh ke arahnya.

"Dit, geli ih!" Kalya menggeser tubuhnya meski gagal karena terhalang lengan Radit.

"Abisnya aku daritadi dicuekin."

"Lah, tadi siapa coba yang bilang mau ke sini buat diskusi? Malah tiduran!" Radit seketika mendongak dengan wajah tercengang.

"Kamu tuh nggak ngerti ya kalo pacarnya kangen?" Kalya malah terbahak mendengarnya, namun dia bergerak menggeser laptop di hadapannya ke nakas sebelah tempat tidurnya sedang Radit bangkit duduk meski tidak melepaskan tangannya dari Kalya. Dia menghela nafas di pundak Kalya. "Kayaknya aku kena karma sih. Mantanku dulu suka marah-marah kalo aku cuekin."

Kalya masih terkekeh geli sembari mengusap kepala Radit ketika menjawab, "Siapa yang cuekin kamu sih? Nggak ada! Buruan mandi gih, habis itu sarapan di jalan atau bungkus aja makan di kantor. Aku lagi nggak niat masak, kan katanya tadi mau bahas sistem baru."

"Nggak ngerti basa-basi ya kamu tuh! Ngapain juga bahas kerjaan pas lagi berdua gini!" Radit yang kadung gemas dengan kekasihnya berakhir mengelitiki pinggang Kalya sekaligus menggigit gemas bahunya, membuat Kalya memekik geli dan berusaha melepaskan diri.

Hingga dering telepon menghentikan tawa mereka berdua. Saat melongok ke ponselnya, Kalya mendapati nama ibunya muncul di sana. Tanpa menunda, Kalya segera mengangkat sambungannya dan mendengar suara ibunya bercampur dengan keriuhan di sekitarnya.

"Ibu lagi dimana? Ribut banget kayaknya." tanya Kalya setelah menyapa.

"Oh? Kok mendadak, Bu? Acara kampus?"

COMFY-VersationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang