Bab 8

8.7K 945 28
                                    


Senin pagi diawali dengan weekly meeting Divisi Legal. Meskipun belum satu minggu dari meeting terakhir mereka, karena pekan lalu sang manager baru saja masuk, Reno memutuskan untuk tetap menjadikan hari senin sebagai jadwal meeting mereka. Selain untuk menyemangati semua orang di hari pertama masuk kerja setelah libur, weekly meeting di hari senin juga memudahkan mereka mengecek tunggakan pekerjaan minggu lalu yang tertunda karena libur.

"Wih, siapa nih yang beliin aku kopi pagi-pagi?"

Kalya yang baru saja masuk ruangan setelah meeting tersenyum lebar melihat ada kopi di mejanya. Apalagi setelah didekati, cup kopi itu bertuliskan caffe latte kesukaannya dengan inisial K.R yang cukup besar disana. Tanpa ragu, Kalya menganggap kopi itu memang untuknya.

"Kayaknya kamu punya penggemar,nih, Kal." goda Ryan.

"Apa dari si Radit? Tapi masa dia cuma traktir kopi? Jangan mau Kal!"

Pandangan mereka kontan menuju ke arah Divisi HC dimana Radit berada. Kebetulannya, Radit yang diduga si pengirim kopi, sedang berdiri menghadap divisi mereka sambil memeriksa berkas di dekat kubukel staffnya. Tidak lama, entah mungkin merasa dipandangi, Radit mendongakkan kepala sehingga pandangan mereka bertemu dengan Radit yang bergantian menatap mereka bertiga yang masih berdiri berdampingan.

Kalya sontak mengangkat gelas kopi di tangannya, bermaksud mengkonfirmasi dugaan mereka. Meski sempat nampak bingung, akhirnya Radit mengangkat jempol sambil tersenyum yang dipahami mereka bertiga bahwa memang Radit yang mengirim kopi tersebut untuk Kalya.

"Kampret banget! Nanti gue paksa dia traktir yang lain, Kal. Lo tenang aja," gerutu Meira yang memang sudah berjanji memastikan traktiran mahal untuk Kalya yang sudah menampungnya saat mabuk.

Kalya yang masih berdiri di depan mejanya segera mencicipi kopinya yang sudah hangat dengan senyuman lebar. Pagi dan kopi memang kombinasi yang pas.

Bersamaan dengan itu, Reno yang memang keluar belakangan dari ruang meeting, baru saja masuk ke ruangan mereka. Sembari melangkah ke ruangannya sendiri, pandangan Reno yang semula mengitar, berhenti di gelas kopi Kalya dengan tulisan K.R yang bisa dengan jelas dilihatnya. Kerutan kecil tercetak di antara alisnya. Setelahnya dia segera mengecek mejanya sendiri, namun yang dicarinya tidak ada. Menuruti rasa penasarannya, Reno kembali keluar dari ruangannya menuju kubikel Kalya.

"Kalya, kamu pesan kopi dari café bawah juga?"

Suara Reno nyaris berbisik saat bertanya, karna khawatir dugaannya benar. Kalya yang seketika menjauhkan gelas kopi yang masih menempel di bibirnya.

"Hah, gimana, Mas?" Kalya ikut bersuara pelan.

"Kamu pesan kopi dari café bawah juga?" ulang Reno masih dengan suara pelan namun masih bisa didengar oleh kubikel-kubikel sebelah Kalya.

"Oh, ini? Kayaknya ini dipesenin Radit sih. Asmen sebelah, Mas." Kalya menunjuk divisi sebelah untuk memperjelas maksudnya.

"Ah, gitu ya. Soalnya saya juga pesan caffe latte atas nama K.R."

"Hah?" pekikkan Kalya membuat satu ruangan itu menoleh ke arah Reno yang sedang berdiri di sebelahnya, menghasilkan cengiran canggung Reno. "Serius, Mas? Bentar, bentar."

Kalya segera membuka ponselnya dan mendial nomor Radit. Tidak butuh waktu lama, dia langsung bertanya perihal kopi yang sayangnya dijawab dengan kebingungan Radit. Kalya langsung mengakhiri panggilan sambil memejamkan mata.

"Mas, sorry banget. Kayaknya ini punya Mas Reno sih. Sumpah, aku kira ini dari Radit. Soalnya dia ada utang dan kopinya ada di mejaku. Namanya K.R pula, Kalyana Raisa, kan cocok. Sama sekali nggak kepikiran Kalandra Reno." Kalya menunjukkan wajah paling melasnya dan tentunya suara lirih karena merasa malu.

COMFY-VersationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang