Bab 4

10.7K 1K 31
                                    


"Sorry."

Suara Radit terdengar begitu pintu mobil tertutup. Sepertinya dia cukup merasa bersalah setelah tanpa sengaja membahas keluarga Kalya di depan Ryan. Selama dia mengenal Kalya, Radit memang tidak pernah mendengar Kalya membahas tentang keluarganya di depan teman-temannya yang lain. Entah kenapa. Tapi beberapa kali, meskipun sepertinya tanpa sengaja, Kalya menceritakan keluarganya dengan Radit.

Jika Bara dengan kebawelannya sudah pasti membuat Kalya tidak nyaman, maka ekspresi khawatir Ryan adalah hal yang tidak ingin didapat Kalya jika bercerita padanya. Selama ini, meskipun tidak menampakkan kepeduliannya, Ryan adalah satu-satunya yang paling perhatian pada hal kecil teman-temannya.

Satu waktu, saat Bara mempunyai masalah dengan keluarganya, Ryan lah yang pertama kali menyadari kalau ada yang berbeda dari Bara. Bara tidak murung sama sekali, dia tetap menjawab panjang lebar jika ditanya dan meladeni jika diajak berdebat. Namun dia tidak banyak tanya dan bercerita seperti biasanya. Juga saat Radit

"It's okay. Aku cuma males aja kalo yang lain jadi banyak tanya."

Radit menanggapi dengan mengangguk. Reaksi yang cukup membuat Kalya nyaman. Yang kadang membuatnya tanpa sadar malah terus bercerita, bahkan menceritakan hal yang paling malas dia bicarakan. Salah satunya adalah soal keluarganya. Entah sejak kapan dan awalnya bagaimana, yang pasti Radit menjadi satu-satunya teman kantor Kalya yang tahu soal keluarganya.

Sehingga saat pria bernama Juna tadi membahas salah satu keluarganya, Radit tahu bahwa pria tadi adalah salah satu pria yang dikenalkan oleh Bude Kalya. Kalya memang pernah menceritakan kalau keluarga besarnya, khususnya Budenya yang bernama Ajeng, beberapa kali mengenalkannya dengan lelaki agar Kalya segera memiliki pendamping. Ya, siapa yang tidak khawatir, di usia yang hampir 28 tahun, Kalya masih betah sendiri.

Bukannya Kalya menutup diri, dia bahkan pernah mencoba menjalin hubungan dengan salah satu pria yang dikenalkan Budenya. Namun berakhir karena ketidakcocokan.

"Lagian kenalan Bude lo tipenya emang ambis semua gitu ya?" Radit mulai menjalankan mobilnya ke arah Simpang Dago sambil sesekali melirik Kalya. "No offense, terakhir kali lo putus juga gara-gara didesak S2 kan sama mantan lo?" lanjut Radit saat mendapati Kalya belum menanggapi.

Kalya mengangguk dengan pandangan yang masih menuju ke kemacetan di depannya. Meskipun masih pagi, sepertinya orang-orang sangat bersemangat keluar rumah sehingga jalanan tetap saja padat. Salah satu alasan dia putus dari mantannya, yang juga dikenalkan oleh Budenya, adalah karena dia merasa selalu ditekan untuk mengejar prestasi atau sebuah pencapaian. Karena kebetulan mantannya ini adalah dosen di salah satu universitas, jadi Kalya cukup tidak nyaman karena dia berulang kali meminta Kalya mengambil S2.

Tuntutan itu terdengar familiar bagi Kalya saay itu. Seketika juga kepalanya jadi mengulang kata 'ambis' yang disebutkan Radit tadi. Kata yang tepat menggambarkan keluarga besarnya.

"Kamu suka ngerasa aneh nggak sih, Dit, sama orang yang maunya santai?" Kalya akhirnya menatap Radit saat mobil mereka berhenti karena lampu merah.

"Dalam konteks apa dulu nih?"

Kalya menghela nafas panjang sebelum mencoba menjawab pertanyaan Radit, yang artinya dia kembali mengeluarkan apa yang ada di pikirannya tentang keluarganya. Kalya menyamankan duduknya sebelum menjawab.

"Aku tuh selalu dianggap take everything slowly. Karierku lambat, aku terlalu lama jadi staff. Padahal kalau aku segera sekolah lagi atau cari perusahaan yang lebih besar, mungkin aku udah dapat posisi yang bagus sekarang. Aku terlalu pemilih, jadi sampai sekarang belum punya pasangan." Nafas Kalya sedikit tercekat setelah mengatakan itu, karenanya dia berhenti dan menunggu respon Radit.

COMFY-VersationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang