Bab 7

8.5K 1K 12
                                    


"Kal, lo di kosan nggak?"

"Hah?"

Kalya mencoba menggali kesadarannya kemudian melihat jam di ponsel yang sedang terhubung ke Meira. 00.17. Pukul dua belas malam, dan Meira bertanya posisinya saat ini lewat telepon. Kalya mengernyit bingung.

"Kal, please sadar dulu. Lo sekarang ada di kosan nggak?"

"Ada, Mei." Kalya bersuara setelah berdehem untuk menjernihkan suara bangun tidurnya. "Gimana?"

"Thanks God! Kal, keluar dulu dong. Gue ada di depan kosan lo nih."

"Hah? Ngapain?" Kalya langsung terduduk di ranjangnya.

"Nanti gue jelasin. Buruan, gue tunggu."

Sambungan telepon di tangannya sudah terputus. Mau tidak mau, Kalya segera merapikan diri untuk keluar dari kamarnya sesuai permintaan Meira. Ini memang jumat malam. Ralat, sudah masuk sabtu pagi. Dan bukan hal yang baru mendapati Meira masih berkeliaran di luar semalam ini. cukup sering Meira menghabiskan jumat malamnya di café-bar. Beberapa kali Meira memang mengajak mereka berlima untuk menghabiskan waktu di sana, namun seringnya hanya Meira dan Radit yang menjadi pengunjung tetap.

Kalya mengeratkan jaketnya saat keluar dari kamarnya. Meskipun sudah lama di Bandung, tentunya udara semalam ini tetap saja terasa menusuk tulangnya. Kalya menapaki satu persatu tangga kosannya dengan hati-hati. Mengingat dirinya baru saja tertidur kurang dari dua jam lalu setelah menyerah dengan kantuk saat membaca novel.

Kalya mendapati mobil Meira di depan pagar kosannya yang sudah tertutup dengan si pemilik yang bersandar di pintu penumpang belakang. Saat menyadari kehadiran Kalya, Meira menegakkan tubuhnya dengan senyum lebar.

"Kalya, penyelamat gue!" Suara Meira memecah keheningan malam itu saat Kalya sudah berada di dekat pagar dan mulai membuka kuncinya.

"Ada apa sih Mei?"

"Sini, sini."

Meira menarik tangan Kalya mendekati mobilnya kemudian membuka pintu penumpang di belakang pengemudi. Di sana sudah ada Radit yang sepertinya nyaris tidak sadar. Kalya yang melihat ada penumpang lain di kursi penumpang depan, mulai menyadari maksud Meira.

"Kenapa kamu bawa ke sini?" Biasanya, Radit akan langsung diantar ke apartemennya jika mabuk.

"Duh, besok deh gue ceritain yang gue lihat. Gue udah coba telfon Bara sama Ryan, nggak ada yang angkat. Nggak biasanya juga dia teler begini, pengen banget deh gue omelin, cuma kayaknya dia lagi ada masalah. Please banget, Kal, gue mesti cepet cabut nih." Benar, Radit memang biasanya paling tahan saat minum. Karena itu agak mengherankan kalau dia sampai teler begini.

"Aku nggak bisa kalo bawa dia sendiri ke atas."

"Tenang, lo tau beres aja."

Kemudian Meira meminta orang yang duduk di kursi penumpang depan untuk membantunya membawa Radit ke kamar Kalya. Radit memang tidak sepenuhnya tidak sadar, dia masih bisa diajak berjalan meskipun sempoyongan. Meskipun sering mendapati Radit minum alkohol, namun Kalya belum pernah melihat Radit yang teler begini. Kalya bahkan pernah diminta menjemput Radit di Bar, tapi itu pun Radit masih sadar, hanya tidak kuat menyetir. Dan Kalya yang kebetulan belum tidur, akhirnya bersedia menjemputnya.

Kalya meminta agar Radit dibaringkan di ranjangnya. Mau bagaimana lagi. Kosan Kalya tidak seperti apartemen Radit yang memiliki sofa, apalagi ranjang lain. Di kamar Kalya hanya ada ranjang berukuran single juga karpet dengan beanbag dan meja di atasnya.

"I owe you, Kal. Ini tas Radit, tadi gue sempet ambilin dari mobilnya. Handphone sama dompet dia gue taro situ. Ada baju ganti dia juga di situ. Janji gue bakal pastiin Radit traktir yang mahal buat lo." Kata Meira sebelum akhirnya meninggalkan kamar kos Kalya.

COMFY-VersationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang