Kalya merasa lega setelah akhirnya bisa sampai di kamarnya setelah beberapa jam menahan rasa tidak nyaman akibat bekas siraman jus. Meskipun dia sudah mengganti bajunya yang terkena jus, namun langsung memakai baju baru yang dibelinya asal tanpa dicuci dulu tentu membuat dirinya tidak nyaman. Apalagi rambutnya juga sempat terkena. Karenanya saat sampai di kosan, dia langsung segera mandi dan keramas untuk menghilangkan jejak kekacauan siang tadi.
Kalya sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer saat terdengar ketukan samar dari pintu kamarnya. Kalya mematikan hairdryer untuk memastikan pendengarannya, dan saat itu juga ketukannya terdengar lagi. Sambil merapikan rambutnya yang setengah kering, Kalya bergerak menuju pintu kamar untuk membukanya.
Keningnya mengerut mendapati kalau yang ada di depan kamarnya adalah Radit. Dan semakin kaget saat sebuah pelukan melingkari tubuhnya setelah dia melebarkan pintu. Kalya bergeming sesaat sebelum menepuk pelan punggung Radit.
"Are you okay?" tanya Kalya bingung dan semakin bingung saat Radit tidak menjawab tapi malah menghembuskan nafas kasar sembari mengusap kepalanya lembut.
Ini memang bukan pelukan pertama mereka. Mereka beberapa kali berpelukan kasual seperti saat mengucapkan ulang tahun atau memberi selamat atas perayaan lainnya. Namun sama sekali belum pernah sedekat dan selama ini. Apalagi saat kemudian Kalya merasakan Radit mengecup pelipisnya. Kalya reflek mendorong bahu Radit hingga pelukan mereka merenggang.
Kalya segera menarik tangan Radit agar masuk ke dalam dan menutup pintu di belakangnya karena tadi mereka masih berada di depan dan bisa dilihat siapa saja yang lewat.
"Dit?"
"Gue minta maaf, Kal, soal Eva. Gue baru tau tadi setelah sampe kantor dan baca pesan Meira. Gue nggak nyangka dia bisa kelewatan gitu." Kalya mengangkat sebelah tangannya, membuat Radit berhenti bicara.
"Yang itu bukan salah kamu. Tapi yang mau aku tanya, did you just kiss me?"
Radit nampak gelagapan saat mendapat pertanyaan dari Kalya. Dirinya memang sangat kalut sejak di perjalanan menuju ke sini. Radit marah atas perlakuan Eva juga khawatir pada Kalya. Sehingga dia reflek memeluk Kalya saat melihatnya. Dan Radit tidak habis pikir saat Kalya malah justru mengkhawatirkannya. Radit merasa semakin merasa bersalah pada Kalya sampai tidak sadar meluapkan perasaannya lewat kecupan.
"Dit?" Kalya masih bersedekap di hadapannya dengan pandangan tidak lepas, menunggu jawaban Radit.
"Sorry, Kal." Hanya itu yang mampu Radit jawab.
"Bisa jelasin maksudnya apa? Karena aku nggak terbiasa dengan hal kayak gitu."
Radit masih memikirkan penjelasan yang tepat, namun tidak juga mendapatkannya. Sampai dia mendengar Kalya menghela nafas panjang kemudian beranjak dari hadapannya dan duduk di meja riasnya. Kembali mengeringkan rambutnya dan menghiraukan Radit.
Radit yang masih kebingungan, mengikutinya masuk dan duduk di beanbag yang ada. Beberapa saat mereka terdiam dengan pikiran masing-masing disela suara hairdryer yang masih berbunyi. Sampai akhirnya Kalya selesai dengan rambutnya dan berbalik menghadap Radit.
"Maaf ya, Dit, kalo menurut kamu tadi berlebihan. Tapi aku beneran nggak biasa." Kalya memang membuat batasan untuk dirinya sendiri. Dan sebagai teman, Kalya merasa Radit melewati batas yang dibuatnya.
"Gue yang harusnya minta maaf, Kal. Boleh gue coba jelasin dulu?"
Kalya mengangguk, kemudian berpindah dari kursi riasnya menuju karpet dan bersandar pada ranjangnya, tidak jauh dari Radit.
"Gue lagi bingung, Kal." Radit menjeda kalimatnya sejenak.
"Karena.." Kalya mencoba memancing karena Radit masih nampak berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFY-Versation
RomanceTiga tahun ini Kalya mengenal Radit lebih dari sekedar teman kantor. Bersama tiga orang lainnya, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Di luar 'kelakuan' Radit yang menyebalkan jika berurusan dengan wanita, Kalya juga ketiga temannya sepakat kal...