Kalya dan Meira sudah berada di depan lift ruangan mereka untuk turun dan menuju parkiran. Kalya yang pagi dijemput Radit, berencana pulang bersama Meira karena Radit sepertinya masih meeting. Tadi dia meninggalkan pesan saat sedang bersiap pulang bersama Meira. Namun mereka sempat tertahan karena Vita, salah satu staff Kalya, menunjukan barang belanjaannya yang juga menyita perhatian Meira.
Akhirnya mereka baru membubarkan diri setengah jam setelah jam kantor berakhir dengan invoice masuk di email mereka masing-masing. Saat lift terbuka, Radit dan seorang yang merupakan stafnya keluar dari sana. Kalya mengernyit karena merasa Radit terlihat pucat.
"Dit, lo sakit?" Meira lebih dulu menyuarakan yang ada di pikirannya.
Mereka berdua memutuskan menunda naik ke lift dan bergeser dari sana untuk memastikan keadaan Radit. Telapak tangan Meira sudah menyentuh kening Radit kemudian memekik pelan karena merasakan panas di sana.
"Lo habis ini mau balik kan? Kita temenin aja, Kal." Ujar Meira yang diangguki Kalya.
"Biar aku yang bawa mobil kamu, Dit. Ketemu di apartemen Radit aja ya, Mei?"
"Oke, gue ke kosan dulu ya ambil baju ganti. Siapa tau ini anak nggak bisa ditinggal."
Mereka akhirnya berpisah, Meira yang duluan pergi sedang Kalya membantu Radit membereskan barangnya sebelum pulang. Di sana juga dia mengetahui dari staf Radit kalau siang tadi Radit terlambat makan siang karena jadwal meeting yang cukup padat. Namun Kalya tidak banyak bicara, hanya memastikan tidak ada barang Radit yang tertinggal sebelum segera pulang karena sepertinya Radit sudah sangat tidak nyaman.
"Kamu mau ke dokter dulu aja nggak, Dit?" tanya Kalya setelah duduk di belakang kemudi mobil Radit, sedang Radit di sebelahnya.
"Coba istirahat dulu deh, Kal. Tadi pagi juga masih oke kan, kayaknya telat makan aja."
Kalya mengangguk sepakat, karena memang tadi pagi Radit nampak baik-baik saja. Sepertinya karena terlambat makan siang, lambungnya yang memang bermasalah menjadi kambuh. Mungkin juga ditambah kelelahan karena beberapa waktu belakangan, Radit memang sering lembur.
"Tidur aja dulu, Dit. Nanti aku bangunin kalo udah sampe."
"Sorry jadi ngerepotin kalian."
"Nggak usah dipikirin. That's what friends are for."
"Yeah, soon to be a girlfriend, hopefully." Gumam Radit namun masih terdengar Kalya dan membuatnya terbahak.
"Masih bisa ya, Dit, di saat kayak gini. Tidur deh sana!"
Hubungan mereka memang belum berubah dari pertemanan. Pertanyaan Radit di resto pekan lalu masih ditanggapi dengan permintaan waktu dari Kalya. Meski sejauh ini merasa nyaman berada di dekat Radit, namun Kalya masih perlu waktu untuk mempertimbangkan.
Saat mobil Radit sudah melewati jalan layang, Kalya menengok ke kursi sebelahnya dan mendapati Radit masih tertidur. Sehingga dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah Simpang menuju kosannya terlebih dulu alih-alih berbelok ke Taman Sari. Seperti kata Meira, mereka butuh membawa baju ganti untuk berjaga-jaga siapa tahu Radit membutuhkan teman.
Bukan pertama kali mereka ikut merawat teman mereka yang sakit. Biasanya mereka menemani bahkan sampai menginap jika diperlukan. Bara dan Ryan yang tadi sedang tugas luar pun sudah dikabari dan akan menyusul nantinya.
Saat kembali ke mobil dengan tas berisi perlengkapan pribadinya, Radit masih juga tertidur. Sepertinya dia memang benar-benar butuh istirahat. Kalya tidak tahu sesibuk apa dia sebenarnya kemarin-kemarin. Yang Kalya tahu, Radit belakangan ini pulang kantor sekitar jam delapan malam kemudian melanjutkan pekerjaan yang belum selesai di apartemennya. Tentunya Kalya tahu karena Radit sering mengabarinya tanpa diminta.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFY-Versation
RomanceTiga tahun ini Kalya mengenal Radit lebih dari sekedar teman kantor. Bersama tiga orang lainnya, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Di luar 'kelakuan' Radit yang menyebalkan jika berurusan dengan wanita, Kalya juga ketiga temannya sepakat kal...