Prolog

1.1K 63 1
                                    

- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -


SM FILM ACADEMY

Sore hari ini cuaca sangat cerah, teriknya matahari cukup menyengat kulit. Namun jauh dari arah timur, tampak segumpalan awan gelap. Biasanya, hujan yang datang setelah cuaca panas ini akan datang bersamaan dengan petir yang menyambar.

Hal itu rupanya yang membuat seorang laki-laki tampak cemas di atas motor kesayangannya. Sudah dua puluh menit ia berdiam diri di tempat parkir bagian belakang gedung utama SM Film Academy.

"Haechan?!"

Sebuah suara cukup melengking memanggil namanya. Haechan yang tadinya sibuk dengan ponsel menoleh ke arah sumber suara perempuan tersebut.

"Kok masih disini? Belum pulang?"

Haechan menggeleng. "Nunggu Mark jemput, ban motor gue bocor. Tapi dari tadi ga dateng-dateng anaknya." Haechan menyimpan ponselnya ke saku celana. "Lo sendiri?"

"Sebenernya gue nyariin lo, hehe." Perempuan dengan rambut pirang itu duduk di salah satu sepeda motor, entah milik siapa yang tidak jauh dari kendaraan milik Haechan terparkir. "Gue sama Karina masih belum dapet kelompok nih. Grup Dernier Travail¹ kalian masih ada slot ga?"

Haechan menggaruk tengkuknya, bingung. Ia tidak tahu menahu tentang kelompoknya, semua diurus oleh Chenle dan Mark, dua teman sekelasnya.

Dernier Travail adalah kegiatan lapangan terakhir mereka untuk mempraktikkan secara nyata, apa yang telah mereka pelajari di tempat itu. Anak-anak dengan bakat seni dan kebahasaan akan membentuk satu crew untuk mengerjakan sebuah proyek film.

Tahun ini, angkatan Haechan diberi keringanan dengan hanya membuat film dokumenter, dan syuting ke luar pulau Jawa. Tidak seperti para senior terdahulu mereka yang bisa mengerjakan film berbulan-bulan, bahkan sampai syuting ke luar negeri.

Alasannya karena minimnya praktik lapangan dan pengalaman perjalanan jauh untuk keperluan akademika, karena angkatan mereka masuk tepat di tahun datangnya Covid-19. Keterbatasan akibat lockdown mempengaruhi kapabilitas para Étudiant ².

"Nah! Itu Mark!! Lo tanya sama dia aja, dia sutradara kelompok kami soalnya."

Haechan melihat Mark, sahabat sekaligus sepupunya yang menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Haechan memang menghubunginya setelah mengetahui sepeda motornya bermasalah. Syukurlah Mark bersedia datang meskipun sebenarnya ia sudah sampai di rumah.

"Haechan, Ningning," sapa Mark saat ia telah berada di parkiran.

"Mark, Ningning bilang dia sama Karina mau gabung kelompok DerTrav, boleh ga?"

Mark menoleh ke arah Ningning yang memasang wajah memohonnya. "Karina acting majeur³ itu kan? Boleh sih, tim kita kurang aktor, cuma ada Jeno."

Majeur adalah istilah untuk bidang pekerjaan mana yang lebih difokuskan. Entah itu cinematography, producting, audio, scriptwriting, editing seperti Haechan, directing seperti Mark, atau acting hingga fashion & make up.

"Terus, kurang apa lagi? MUA kosong ga? Gue ya??" Ningning turun dari motor yang semula ia duduki. Menatap antusias ke arah Mark yang tampak berpikir.

"Honestly, we have Giselle, dia bisa jadi MUA sekaligus stylist sih, tapi kalo lo mau join, ambil aja. Nanti gue kasih tau Chenle. Dia produsernya."

Ekspresi gadis cantik itu menjadi secerah cuaca sore ini. Dia memekik senang, tidak merasa sia-sia sudah berkeliling menanyai teman-temannya tentang keberadaan Haechan. Karena ia tahu pasti Haechan akan satu kelompok dengan Mark Lee. Hampir semua orang tahu, bahwa dua kelemahan Mark Lee adalah sepupunya dan sifat sungkannya, yang kadang tidak tegaan terhadap siapa saja.

"Jadi, udah ketemu konsep dokumenter apa?"

"Belum, nanti kita mau diskusi hari Sabtu, ajak Karina kumpul di kelas gue sama Haechan."

Ningning mengangkat tangan cepat, memberikan tanda hormat. Kemudian berpamitan dengan wajahnya yang masih terlihat sangat gembira. Mark dan Haechan hanya menggeleng melihat tingkah teman seangkatan mereka itu.

"C'mon, Haechan. Temenin gue beli keperluan minggu depan. Motor lo tinggal sini aja, nanti ada orang bengkel yang ambil." Mark pun meraih ransel Haechan dan berjalan lebih dulu menuju mobil yang ia parkir asal di depan gedung.

Haechan bergegas menyusul sang sepupu. "Beneran gapapa Mark, Ningning sama Karina gabung? Giselle ga bakal marah kan?"

Mark membuka pintu mobilnya. "Chill, maksimal satu kelompok 15 orang kan? Tambah dua, kita cuma 11. Lagian kan bagus ada Ningning, si Giselle ga double kerjaannya. Udah gitu kita punya dua kameramen, dan produsernya Chenle. Tim kita paling perfect udah. Pasti bakal sukses DerTrav kita."

Haechan tersenyum lega mendengarnya. Ia sudah tidak sabar. Bekerja bersama teman-teman seangkatannya seolah mereka sudah menjadi kru film sungguhan. Ditambah perjalanan jauh ke luar pulau Jawa.

Seruan Mark yang mengatakan ia harus masuk cepat karena rintik hujan mulai turun, melenyapkan lamunan Haechan mengenai akan semenyenangkan apa nantinya Dernier Travail mereka.

- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -

FOOTNOTE!

¹Dernier Travail ➨ (bahasa Prancis : Pengerjaan Terakhir), yakni program tugas akhir untuk menghasilkan portofolia berupa film sebagai syarat kelulusan mahasiswa di akademi. Mirip seperti KKN atau magang.

²Étudiant ➨ (bahasa Prancis : Mahasiswa), orang-orang yang menuntut ilmu di Akademi Film tersebut.

³Majeur ➨ (bahasa Prancis : Jurusan). Seperti yang disebutkan, ada jurusan Producting (Produser), Directing (Sutradara), Cinematography (Kameramen), Script Writing (Penulis Naskah), Audio (Penata Suara), Acting (Aktor), Editing (Editor), Fashion & Make Up (Penata Busana & Make Up Artist)

The Documentary || NCT Dream X AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang