— 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 —
"Kenapa kamu disini?" Irene datang dari arah lantai empat, berdiri di belakang pria yang masih terdiam memandangi Jeno. Dengan pelan, Irene mendekati mereka dan Jeno kemudian menyadari bahwa suara sepatu hak tinggi Irene lah yang ia dengar sebelumnya.
"Itu.." Jeno menelan ludah kasar, tidak mengira akan bertemu Irene dan tamunya di sana. "Temen saya Mark tadi pagi bantuin cek listrik disini. Cincinnya hilang, kemungkinan jatoh di lantai empat."
Irene tersenyum kecil kemudian. "Baiklah. Nanti saya carikan. Di sini terlalu kotor. Nanti kalau ada saya kabari."
Jeno mengangguk lemah sebagai jawaban. Ia melirik pria di samping Irene sekilas, kemudian terpaksa berbalik badan. Beragam pertanyaan mulai memenuhi kepala Jeno. Apa yang Irene lakukan di lantai empat yang tidak ada apa-apa itu? Bersama pria?? Sebagai sesama laki-laki, adalah normal sepertinya jika Jeno berpikir yang macam-macam.
Turun ke lantai satu, Jeno menemukan Haechan dan Renjun yang tengah menyantap jatah makanan mereka. Jeno paham mengapa Renjun telat makan siang, tetapi Haechan, tidak biasanya Mark membiarkan Haechan baru makan di jam sekarang.
"Winter gimana?" Renjun melempar pertanyaan begitu Jeno menghampiri mereka.
"Udah membaik. Dia semalem cuma syok karna gelap dan katanya sesak nafas." Jeno setengah berbohong, demi menuruti kemauan Winter karena gadis itu mengatakan bahwa ia menceritakan apa yang dialaminya, hanya kepada Jeno.
"Sekarang dia di mana?"
"Di kamarnya." Jeno meraih air mineral di hadapan Haehan, meminumnya tergesa kemudian bangkit saat melihat Chenle yang mengobrol bersama Jaemin dan Karina.
"Loh?? Ga ketemu Giselle sama Ningning? Lo harus siap-siap. Sebentar lagi take." Karina menyerahkan kertas naskah pada Jeno begitu lelaki itu duduk di sampingnya.
Jeno menggeleng. Memang habis dari kamarnya, ia langsung menuju lantai empat. Tidak sempat bertemu teman-temannya yang lain.
"Scene ini lumayan susah. Gue harap lo udah ga mabuk," tegur Chenle sedikit ketus, tetapi kemudian tertawa bersama Jaemin dan Karina.
Sial. Sepertinya Jeno akan terus diejek oleh teman-temannya mengenai dirinya yang tidak tahan terhadap minuman beralkohol.
"Btw Jisung kemana ya?" Jaemin celingak-celinguk mencari keberadaan Jisung, ia ingat bahwa harus memberitahukan Jisung agar mengatur ambience sound atau suara alami nantinya, karena mereka akan mengajak para pasien untuk berjalan-jalan di sekitar persawahan.
Jeno mengangkat wajahnya. Ia teringat akan Jisung yang saat ia hendak memasuki kamar bersiap untuk mandi, Jeno sempat mendengar suara lantang Jisung mengusir seseorang dari dalam kamar sebelah yang pintunya sedikit terbuka. Tetapi Jeno tidak menghiraukannya karena ini Park Jisung, anak yang selalu ingin sendirian.
— 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 —
"Di mana deh??"
"Apanya?" Ningning memasukkan peralatan make up yang sudah ia siapkan untuk dibawa ke bawah, dan sudah sangat siap untuk merias Jeno.
Tetapi berbeda dengan Giselle yang sedari tadi mondar-mandir, menyibak selimut, membuka lemari dan menyingkap pakaian yang tergantung di set gantungan khusus miliknya.
"Tali sepatu Jeno," jawab Giselle panik.
Winter yang berdiri di ambang pintu menunggu mereka sedari tadi pun ikut melongo. Bagaimana bisa tali sepatu dilepas dari sepatunya, kemudian hilang?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Documentary || NCT Dream X Aespa
FanfictionMereka hanya sebelas orang remaja yang berniat menyelesaikan tugas akhir dari sebuah Akademi Film, tempat mereka menuntut ilmu perfilman. Sayangnya, tugas ini sungguhan akan menjadi akhir dari segalanya. NCT Dream X Aespa Misteri ; Sedikit Horror