Chapter 11

326 46 0
                                    

— 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 —

"Pelan-pelan," ucap Chenle saat menyerahkan segelas air putih kepada Winter, yang sudah siuman sepuluh menit yang lalu. Dengan sabar, teman-temannya hanya diam dan menenangkan gadis itu yang sepertinya masih ketakutan entah pada apa. Belum ada yang berani bertanya.

"Lo bisa istirahat disini dulu." Mark mendekati Winter, ia sudah mandi dan berganti pakaian bersih. Sesaat menoleh sebentar ke arah Jeno. "Schedule shooting bakal gue atur lagi sama Chenle. Lo bisa istirahat disini ditemenin Jeno, Jeno juga masih migrain katanya."

Winter memandangi satu per satu teman-temannya. Terutama teman-teman perempuannya. Ketiga perempuan itu tampak cemas, dan prihatin padanya. Terlebih Giselle matanya sembab, ia bahkan langsung memeluk Winter saat baru saja sadarkan diri. Karenanya Winter pun menepis pikiran buruk bahwa kemungkinan teman-temannya menjahilinya semalam.

Tetapi itu semakin membuat Winter merasa takut. Jika bukan teman-temannya, maka tangan siapa yang ia sentuh, siapa yang mematikan keempat lilin di atas nakas secara bersamaan? Apabila benar bahwa yang mendatanginya tadi malam adalah jin penunggu tempat ini, Winter berniat untuk menemui Irene dan mencari solusi, apakah ia melakukan kesalahan yang menyebabkan penunggu di sini tidak menyukainya?

"Gapapa kan kita tinggal sebentar?" Suara Giselle menyadarkannya. "Lo di sini ditemenin si kutu kupret ini kok. Semua scene dia hari ini bakal kita ganti."

Winter mengangguk pelan. Ia rasa juga belum sepenuhnya bisa beraktivitas ke sana-kemari, yang ada malah membuat khawatir dan mengganggu yang lainnya. "Boleh kan aku ga ikut dulu?"

"Of course, Winter. Kesehatan lo nomor satu." Perkataan Mark tersebut membuat Winter tersenyum lega.

Ia pun kembali beristirahat, menenangkan pikiran dan membiarkan teman-temannya untuk kembali melakukan shooting tanpa dirinya. Sebenarnya ia yakin di saat sudah ada Chenle, Mark dan Jaemin film yang mereka kerjakan akan berhasil dibuat. Kemarin ia sudah melihat bagaimana Mark mampu membimbing Jeno dan Karina dalam mengikuti naskah buatannya.

"Bubur lo keburu dingin, makan dulu." Jeno yang memang ditugaskan untuk menemaninya, membuka suara. Anak itu duduk di atas bed yang ada di sampingnya. Tirai pembatas sengaja tidak ditutup.

Winter menoleh ke arah troli yang tepat berada di samping ranjangnya. Sudah tersedia bubur, air putih, dan buah di sana. Melihat Winter yang hendak mengambil mangkok buburnya, Jeno segera turun dari bed dan membantunya.

 Melihat Winter yang hendak mengambil mangkok buburnya, Jeno segera turun dari bed dan membantunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bisa sendiri," potong Winter sebelum Jeno menyendokkan buburnya. Tangannya memang masih sedikit lemah urat, tetapi masih mampu untuk makan sendiri tanpa disuapi.

The Documentary || NCT Dream X AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang