- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -
Kelopak matanya terpaksa harus dibuka, meski ia sangat-sangat mengantuk. Dan Mark Lee sudah menebak, pasti sepupunya yang menyebabkan ngilu di pelipisnya itu.
Sudah biasa.
Setiap kali mereka tidur bersama entah menginap di rumah Haechan atau rumah Mark sendiri, Mark selalu menjadi korban kekerasan Haechan yang masih terlelap. Entah tertendang dari atas ranjang, rambut dijambak hingga perutnya ditindih sampai Mark seperti ibu hamil yang terkena morning sick, mual.
Kali ini, tumit kaki Haechan tidak sengaja mengenai kepalanya. Mark tidak bisa marah juga karena ia tahu Haechan mungkin mengalami mimpi buruk atau semacamnya.
Ia bangun dan duduk bersandar pada ranjang di mana Ningning masih tiduran di sana, dengan mata yang fokus pada ponsel. Mark memperhatikan sekitar, sudah menduga akan mendapati Jisung dengan Jaemin di belakang bagian kanannya, baru saja selesai beribadah.
Ia juga melihat Jeno yang terbaring damai di samping Chenle yang juga sudah membuka mata. Terkekeh melihat salah satu temannya tampak masih sangat tampan meski tertidur, rambutnya sama sekali tidak berantakan dan kulitnya masih bersih, sedikit pucat.
Mark menoleh ke arah Renjun, yang duduk membelakangi pintu kamar, dengan sebuah buku berwarna biru di tangannya. Ia tampak fokus membaca, membuat kening Mark mengkerut dalam. Ia tahu Jeno dan Renjun habis berjaga, jadi normal jika menemukan Jeno sudah tepar. Namun berbeda dengan Renjun yang malah membaca.
"Renjun lo belum tidur sama sekali?"
Renjun hanya mendongak, kemudian mengangguk satu kali. Mark menaikkan alis kanannya saat Renjun kembali membaca.
"Dia baca Paritta¹⁹," ucapan Chenle yang menangkap kebingungan seorang Mark Lee. "Tebakan gue mereka abis kena gangguan semalem."
Ah. Mark mengangguk paham sekarang. Dirinya pun juga membawa Alkitab, masih ada di ranselnya.
"Semalem gue denger suara musik adat.." Jisung yang selesai memimpin doa, berucap sambil melipat sarungnya. "Dia datang lagi. Pas gue keluar dia udah ga ada. Yang ada malah Jeno pingsan di hadapan Renjun."
Winter yang duduk di atas ranjang menutup mulutnya dengan refleks. Mulai gemetar membayangkan apa yang terjadi pada Jeno sampai ia pingsan. Ini Lee Jeno. Dia bukan tipe orang yang penakut, setidaknya di antara mereka semua, Jisung, Chenle dan Jeno adalah tiga orang yang berani maju jika gangguan menghampiri mereka, seperti saat Ningning kesurupan.
"Sekarang dia masih tidur, biarin aja dulu dia istirahat." Chenle yang ada di samping Jeno berucap.
Mark mengangguk, masih terdiam. Ia mulai berpikir mengapa saat ia dan Chenle berjaga, sama sekali tidak ada hal yang ganjil. Bukan berarti Mark ingin diganggu, ia hanya merasa bahwa teman-temannya saja yang mendapati gangguan, mengapa dirinya tidak mengalaminya? Ia juga ingin tahu apa yang dirasakan Haechan agar dapat memahaminya. Mark ingin mempercayai Haechan namun sulit sebab ia bahkan belum melihat dengan jelas sosok yang selalu menghantui mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Documentary || NCT Dream X Aespa
FanfictionMereka hanya sebelas orang remaja yang berniat menyelesaikan tugas akhir dari sebuah Akademi Film, tempat mereka menuntut ilmu perfilman. Sayangnya, tugas ini sungguhan akan menjadi akhir dari segalanya. NCT Dream X Aespa Misteri ; Sedikit Horror