Chapter 20

353 48 1
                                    

- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -

Di belakang bangunan yang sudah tua namun masih terlihat kokoh itu, terdapat hamparan persawahan hijau yang anehnya memang jarang didatangi petani. Namun sawah itu terlihat subur.

Hal inilah yang cukup membuat Chenle dan Jaemin keheranan. Mereka tengah merekam dan menangkap beberapa view untuk dijadikan klip sisipan sebagai transisi, tentu saja atas izin Mark.

"Tempat ini cantik. Gue ga percaya kalo cewenya Renjun liat hantu di sini." Chenle tampak menikmati pemandangan hijau kekuningan -karena sinar matahari yang terik- di hadapannya. Tangannya tersimpan di saku celana dan kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya.

Jaemin yang kali ini menunjukkan keahliannya dalam mengambil rekaman tanpa bantuan tripod dan semacamnya, hanya terkekeh pelan. Ia mungkin juga tidak akan percaya jika tidak mendengar cerita Karina tempo hari. Setelah melihat gadis itu gemetar di pelukannya, tentu saja memang ada penunggu di tempat itu.

"Tapi lo beneran ga ada liat atau ngerasa apa pun?"

"Iya tuh, gue sama Mark ga pernah ngalamin apa pun."

Bola mata Jaemin bergerak ke kanan, mulai serius memikirkan hal ini juga. "Apa karna kalian religius?"

"Jisung sama Winter gue liat juga lumayan religius," jawab Chenle.

"Bener juga, tapi kenapa Winter juga diganggu?"

Winter dan Jisung adalah teman sekelasnya. Jaemin cukup mengenal mereka. Mereka sering mengobrol bersama, meski hanya antara ia dan Winter, karena Jisung lebih sering mendengarkan. Mereka sudah akrab sejak tahun pertama menuntut ilmu di SM Film Academy.

Jaemin dan Winter bahkan mengenal kedua orang tua Jisung. Jisung dari keluarga yang paling berada di antara mereka bertiga. Ayahnya adalah seorang Manajer perusahaan asing, dan ibunya seorang guru sekaligus pendiri salah satu yayasan keagamaan. Hal ini lah yang mungkin membuat Jisung lebih teguh pendirian agamanya, di samping kemampuannya yang ternyata bisa melihat hal-hal ghaib.

Mengenai yang satu itu, Jaemin ingat Jisung pernah mengatakan padanya, ada perempuan yang suka terhadapnya, perempuan dari alam lain. Namun Jaemin menanggapinya dengan bercanda, karena ia mengira Jisung hanya menakut-nakuti. Sekarang, Jaemin merasa malu pada Jisung jika teringat akan hal itu.

"Ngapain lo? Ganggu sat!" Jaemin meneriaki Chenle yang malah melewati kameranya, membuat Jaemin harus meminta tolong Haechan untuk mengeditnya nanti.

Chenle berjalan ke arah timur dengan wajah penasaran. Berhenti tepat di depan sebuah persegi yang dibuat menggunakan semen dan pasir. Jaemin menghampirinya kemudian.

"Apa ini? Tempat pembuangan sampah?" tanya Jaemin.

Hoek!!

Tapi Chenle malah menjawabnya dengan wajah memerah dan menahan mual. "Jangan dideketin, bau busuk," lancangnya, menutup hidung dan mulut.

"Bener, kayanya ini bekas tempat sampah." Jaemin melongokkan wajahnya.

Ia sempat mengira itu semacam sumur. Tapi tidak, benar-benar dangkal dan kotor. Tidak ada sampah plastik, hanya ada sedikit rerumputan dan tanah. Bau busuk menyengat itu mungkin berasal dari sisa-sisa sampah.

The Documentary || NCT Dream X AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang