- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -
Bertepatan dengan Jisung yang turun dari kursi yang sudah ia tumpuk bersama Chenle, seorang pria yang sedari kemarin muncul itu mendekati mereka. Chenle yang di tangannya terdapat memori kamera yang sudah mereka ganti, tersenyum ramah meskipun tidak tahu siapa sebenarnya pria ini.
"Selamat pagi, kalian pasti mahasiswa yang PKL disini kan?" sapa lelaki itu.
Jisung dan Chenle saling pandang, tidak tahu harus menjawab bagaimana. Tetapi kemudian akhirnya Chenle mengangguk mengiyakan. Malas untuk menjelaskan tentang akademi tempat mereka menuntut ilmu.
"Perkenalkan saya Jung Jaehyun, pemilik baru tempat ini. Maaf baru sempat berkenalan, ada beberapa hal yang harus saya urus kemarin."
Kedua anak adam itu terkejut bukan main. Bukan keluarga pasien, bukan juga petugas baru. Pria ini ternyata pemilik Kwangya Pshycal Center.
"Sebelumnya direktur tempat ini ayah saya," lanjut Jaehyun masih dengan senyum ramahnya.
Mereka kemudian berkenalan dan saat Jaehyun bersalaman dengan Jisung, lelaki itu merasakan sedikit getaran aneh. Radarnya menangkap sesuatu yang ganjil pada aura Jaehyun. Tetapi Jisung mampu bersikap senormal mungkin, berusaha untuk tidak menimbulkan kecurigaan di mata Jaehyun.
Setelahnya mereka berbincang cukup banyak. Jaehyun menceritakan perihal sejarah tempat itu yang sebenarnya sudah sekilas mereka dengar dari Irene. Tetapi yang menarik, Jaehyun juga membahas peristiwa kebakaran di lantai empat yang menewaskan kakaknya, yang saat itu berkunjung katanya.
Hal ini yang membuat Chenle menggebu-gebu bercerita saat mereka sarapan bersama di kamar Mark, Haechan, Jaemin dan Jisung. Ada beberapa yang tidak percaya, namun akhirnya tidak bertanya lagi saat Chenle melemparkannya pada Jisung, dan anak itu menjawab dengan anggukan.
"Pantes, gue udah duga sih ada vibe CEO gitu orangnya," komentar Jaemin.
"Bukannya lo kemaren bilang tamu, teknisi apa segala," cibir Renjun.
"Gue juga mau bilang beliau presdir, cuma ga sempet, jadi cuma dalem hati aja."
Winter yang kemudian membereskan piring-piring bekas makan mereka hanya menggeleng dengan senyum manisnya yang sudah kembali. Matanya tidak sengaja melirik Jeno yang tampak melamun.
Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan Jeno, termasuk Park Jisung yang saat ini sangat tidak berkonsentrasi karena Mark mengajaknya mengobrol mengenai audio mixing, Mark meminta bantuan Jisung agar membantu Haechan nantinya, dan tentu saja Jisung mengiyakan.
Di sisi lain, Jeno merasa sedikit ada yang janggal. Chenle bercerita bagaimana ramahnya pemilik bangunan ini, wajahnya sangat bersahabat, berwibawa dan mudah berbaur. Deskripsi yang sangat bertolak belakang dengan yang Jeno temui kemarin. Pria itu tampak menatap tajam ke arahnya, seolah Jeno telah melakukan kesalahan yang fatal. Bahkan pria itu hanya diam dan tidak menyapanya.
"Ini punya siapa ga abis?" Suara Winter membungkam kebisingan dari berbagai penjuru ruangan itu.
Mark segera merangkak mendekat, menemukan terong goreng dan mentimun yang sama sekali tidak tersentuh di samping nasi dan lauknya yang hanya disantap sedikit. Mark dengan cepat meraih piring itu dari tangan Winter, kemudian mendekati sepupunya yang duduk di ranjang sambil bermain ponsel.
"Habisin makannya, Lee Haechan."
"Lo pikir gue ada nafsu makan di sini Mark?" bisik Haechan, dengan wajah yang sulit ditebak.
Mark menghela napas pasrah. Ia pun mengajak Haechan untuk berdiri. "Minta tolong anter ke dapur ya." Mark mengatakannya pada Winter yang langsung mengangguk. "Jam 9 kita kumpul di bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Documentary || NCT Dream X Aespa
FanfictionMereka hanya sebelas orang remaja yang berniat menyelesaikan tugas akhir dari sebuah Akademi Film, tempat mereka menuntut ilmu perfilman. Sayangnya, tugas ini sungguhan akan menjadi akhir dari segalanya. NCT Dream X Aespa Misteri ; Sedikit Horror