Chapter 15

476 53 8
                                    

- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -

"Wait, what?! Kerasukan??" Mark menatap sepenuhnya kepada Karina yang menceritakan kronologinya kepada teman-temannya yang saat ini berkumpul di kamar para perempuan.

"Kalau kata orang sini, lemah bulu¹⁴. Kayanya ini bukan pertama kalinya Ningning kesambet jin," akhirnya Jisung membuka suara setelah lama bungkam.

Mark mengusap wajahnya, frustasi. Ia kemudian mendekati sepupunya, menanyakan keadaan Haechan. Ia menjadi lebih tenang saat mendengar jawaban Haechan bahwa ia aman bersama Winter, Karina membawa mereka ke halaman dan bertemu Renjun kemudian, saat Jisung menangani Ningning.

"Mbak Irene berangkat ke kota. Beliau ada urusan penting," kata Mark dengan ragu. "Gue udah tanya ke petugas dan mereka bilang mereka ga tau apa-apa. Pak Jaehyun juga bilang mereka harus nunggu Mbak Irene. Dia juga ga tau soal penunggu disini."

Semua menunduk dalam. Menyembunyikan rasa takutnya masing-masing. Itu berarti mereka harus bertahan lagi. Menghadapi gangguan yang bahkan mereka sendiri tidak tahu penyebabnya, mengapa gangguan-gangguan ini terus mengitari mereka. Kalau sudah menemukan kejelasan, barulah mereka akan mengambil tindakan.

Jika mereka memang tidak diizinkan berada di sana, Mark akan memutuskan untuk memulangkan mereka dan rela merombak laporan izin Dernier Travail mereka. Tetapi jika ada syarat untuk mereka tetap di sana menyelesaikan tugasnya, mereka akan berusaha melakukan apa pun.

Misalnya jika para penunggu tempat itu ingin mereka tidak berkata kasar, tidak minum-minum dan sejenisnya, Mark akan tegaskan kepada teman-temannya. Sayangnya, Irene sedang tidak ada di sini, mungkin ini lah mengapa Jaehyun jadi menginap di tempat itu, mengawasi langsung para petugas yang harusnya dikepalai oleh Irene.

"Gimana kalau.." di tengah keheningan mereka, Jisung tiba-tiba bergumam. "Bukan kita yang bikin mereka akhirnya mengganggu."

"Maksud lo?" Renjun yang sedari tadi diam, melempar pertanyaan. Ia seperti satu-satunya yang tidak paham disini. Baru saja habis menghubungi sang kekasih, mendapati Karina yang merangkul Haechan dan Winter, kemudian mengatakan sekilas tentang Ningning yang kesurupan.

"Mungkin mereka emang udah nungguin kita, dan karna satu alasan akhirnya mereka gangguin kita."

"Jangan berbelit-belit, Park Jisung," tegur Chenle.

"Lee Haechan." Semua memandang Haechan saat Jisung menyebut namanya. "Lo jadi yang paling sering didatengin. Gue tau lo selalu mimpi buruk, tapi lo pendam sendiri. Lo mimpi di datengin makhluk-makhluk penunggu disini."

Mark segera mendekati sepupunya. "Is that true? Lee Haechan why didn't you tell me about it??" Mark segera memeluk Haechan saat lelaki itu hampir menitikkan air mata.

Giselle segera bergabung dan memeluk Haechan dengan erat. Yang lain hanya terdiam, tidak tahu harus berbuat seperti apa. Mereka tidak sedekat itu dengan Haechan, Mark dan Giselle.

"Awalnya gue mulai ngira Haechan diincar, tapi itu ga bener karna ternyata Giselle juga diganggu." Jisung melanjutkan dan kali ini semuanya benar-benar memfokuskan atensi mereka pada anak itu. "Mark, mereka aslinya gangguin lo. Karna lo pemimpin yang selalu merhatiin anggota lo. Jadi, dua orang yang lo sayang mereka ganggu, dan itu otomatis juga bakal gangguin lo. Akhirnya lo cuma fokus jagain dua orang itu, dan mulai lupa sama yang lain. Pelan-pelan, dia deketin yang lain karna lo lengah, dan memulainya dengan cara merasuki Ningning."

Jaemin menganga mendengarnya, mengangkat lengannya di mana bulu-bulu halus di tangannya mulai berdiri. Penuturan Jisung cukup masuk akal bagi mereka.

"Lo tau ini dari mana?" Giselle menatap Jisung lekat, sepertinya menjadi satu-satunya yang tidak percaya.

The Documentary || NCT Dream X AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang