Chapter 08

351 48 1
                                    

- 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 -

Jaemin mengetuk pintu kamar di bagian tengah, kamar para perempuan. Ningning membukakan pintu untuknya. Tetapi Jaemin tidak berniat masuk. Bisa-bisa Chenle menghajarnya jika ketahuan masuk ke kamar ini seenaknya.

"Ada apa?" Tanya Jaemin dengan malas.

"Sorry, gue ga maksud ganggu tidur lo." Giselle menjawab dengan sesekali menggigit bibir bawah. Ia sedikit menyesal telah menelepon Jaemin di jam 11 malam lebih.

Habis bagaimana lagi. Renjun sengaja me-reject panggilannya, anak itu sangat tidak ingin diganggu. Chenle bukan tipe orang yang bersedia disuruh-suruh, keliru jika menghubunginya. Mark dan Jisung baru saja tiba, bahkan mereka sudah merepotkan kedua orang itu. Haechan tidak aktif. Dan Jeno, Giselle tidak sudi menghubunginya.

"Langsung aja. Kenapa lo maksa-maksa gue kesini?!"

Giselle berdecak sebal karena nada bicara Jaemin meninggi. "Karina takut ke dapur, kita butuh mangkok sama sendok. Lo tau, dia belum makan loh." Giselle menoleh ke arah Karina yang hanya menunduk, tidak berani menatap lelaki yang berdiri di depan pintu kamar mereka itu.

"Haechan ga aktif, gue ga tau harus minta tolong siapa lagi. Anaknya mau nangis padahal Winter udah nawarin bakal nemenin. Tapi dia beneran takut ke dapur."

Jaemin tidak menyahut sama sekali. Ia terdiam memperhatikan Karina yang rambut panjangnya terikat rapi malam ini. Kedua tangan gadis itu ada di pangkuannya, dan sedikit bergetar. Jaemin menghela napas dalam, sepertinya gadis itu menyembunyikan sesuatu.

Tanpa banyak protes, Jaemin meninggalkan tempat itu. Berjalan ke arah tangga lantai dasar. Ia dapat mendengar pekikan senang Giselle dan Ningning. Sepertinya kedua gadis itu juga ingin mencicipi seblak milik Karina yang sudah dibelikan oleh Mark dan Jisung.

Di tangga, Jaemin melihat pintu dapur terbuka. Ada suara rebusan air juga. Kemudian suara tawa seseorang. Jaemin mengernyitkan keningnya. Semua perempuan ada di kamar mereka, tetapi suara tawa dari dapur juga suara perempuan.

"Kalau begitu saya tinggal dulu ya. Sudah malam."

Itu Irene. Ia tampaknya habis berbincang dengan Mark Lee yang tengah menuang bumbu-bumbu mie instan ke piring. Melihat segelas air putih yang ada di tangan Irene, Jaemin tahu bahwa wanita itu mengambil air minum, untuk dikonsumsi pagi hari.

"Oh? Jaemin? Ada yang perlu saya bantu?" Irene menyapanya dengan wajah cerah, sepertinya masih belum habis sisa tertawanya.

"Saya mau ambil mangkok. Karina minta tolong karna dia takut ke dapur."

"What's wrong? Kenapa dia takut?" Mark bergabung, bertanya tanpa menoleh.

"Ga tau lah, namanya juga cewe." Jaemin melewati Irene yang terdiam cukup lama, sebelum keluar dari dapur tanpa berkata apa pun lagi.

"Lo ngomongin apa sama Mbak Irene?" Jaemin melempar pertanyaan pada Mark yang kali ini membangkit mie yang telah ia rebus.

"Beliau kasih saran bumbunya dimasukkin dalam panci pas mie nya masih direbus. But, you know, gue lebih suka kaya gini," jawab Mark sambil mengaduk mie goreng yang ia bagi ke dalam dua piring yang sudah diletakkan bumbunya.

The Documentary || NCT Dream X AespaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang