— 𝓣𝓱𝓮 𝓓𝓸𝓬𝓾𝓶𝓮𝓷𝓽𝓪𝓻𝔂 —
"EH AYAM! Ayam ayam ayam..." Ningning memegangi dadanya dan tubuhnya refleks menegang saat seseorang sengaja menepuk pundaknya dengan keras. "Ihhhh rese banget!!!"
Saat menoleh ke belakang, Renjun dan Karina sudah tertawa terbahak-bahak. Renjun sengaja mengagetkan Ningning, atas perintah Karina. Gadis itu tahu bahwa terkadang Ningning sedikit latah.
Dengan bibir mencebik kesal, Ningning masuk ke kamar Mark, Haechan, Jisung dan Jaemin, diikuti oleh Karina dan Renjun di belakangnya. Mark memang menginstruksikan kepada mereka untuk berkumpul setelah makan malam. Dan disinilah mereka, dihadapkan dengan Winter yang berdiri bersedekap tangan, mengamati Chenle dan Mark dengan cukup tajam.
"Ga ada minum-minum lagi ya." Sepertinya Winter masih kesal dengan acara minum-minum kemarin malam.
"Iya, iya. Duduk dulu coba." Chenle menarik Winter agar bergabung dengan mereka, duduk melingkar di lantai dengan kaki Giselle di tengah-tengah. Gadis itu satu-satunya yang duduk selonjoran.
Mereka semua terdiam dalam lingkaran yang tidak sempurna itu. Tidak ada yang ingin bicara. Chenle kemudian menyenggol lengan Mark, agar anak itu segera mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan.
"Oke sebelumnya gue minta maaf, mungkin abis ini lo pada mau sibuk atau istirahat. Tapi ini penting." Mark menepuk paha Giselle yang duduk di sampingnya. "Dia liat makhluk ghaib hari ini. Nari."
Semua mata kemudian tertuju pada Giselle yang meskipun duduk santai, ekspresinya tidak bisa bohong, ia tengah murung sekarang.
"Gue ga tau, gue juga ga pernah ketemu yang aneh-aneh. Tapi inget, Haechan liat di kamera, cewenya Renjun liat di vc dan Jaemin pernah bilang ke gue dia denger suara cewe ketawa. Jadi sebelum yang lainnya juga ngalamin, gue harus bilang ini. Sama sekali ga ada niat buat bikin takut, tapi gue mau kalian hati-hati lagi. Mau keluar kamar malem-malem, jangan sendirian. Dan kalau ada yang minta temenin, sesibuk apa pun lo, iyain."
Mereka kemudian mengangguk mengerti. Meskipun terlihat guratan cemas di wajah masing-masing. Terlebih lagi Haechan yang kali ini memeluk kedua kakinya.
"Besok gue bakal kasih tau Mbak Irene dan minta tolong buat ngatasin ini. Jadi buat malam ini, satu malam ini aja lagi please tahan. Denger suara apa pun, liat bayangan apa pun, langsung kabarin yang lain. Jangan dipendam sendiri." Mark dengan tegas kemudian memandang Winter, membuat gadis itu menelan ludah menyadari bahwa Mark mungkin sengaja menyindirnya. Karena sampai detik itu, Winter tidak menjelaskan apa pun yang terjadi padanya secara detail, terkecuali kepada Lee Jeno.
Jaemin yang mendengarkan sambil meminum sodanya, mengamati raut wajah teman-temannya. Hanya Park Jisung yang tampak tidak tertarik. Dan seperti biasa, ini wajar karena dia adalah Park Jisung, tidak perlu alasan apa pun. Yang menarik, Karina memangku tangannya yang sesekali bergerak gelisah. Dan juga Ningning yang menggigit bibir berkali-kali.
Jaemin juga menyadari hanya Chenle yang paling normal di antara mereka. Anak tunggal pengusaha konglomerat itu tampak santai saja. Jaemin menebak mungkin Mark sudah menceritakan pada Chenle sehingga ia tampak tidak peduli, namun tidak separah Jisung yang bahkan saat ini memejamkan mata, menyimpan kedua tangan di saku hoodie seolah tengah tenggelam dengan dunianya sendiri.
"Gue sama Chenle bakal begadang malam ini. Jadi langsung call aja kalau ada apa-apa. Oke?" Mark menatap satu per satu temannya, yang mengiyakan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Documentary || NCT Dream X Aespa
FanfictionMereka hanya sebelas orang remaja yang berniat menyelesaikan tugas akhir dari sebuah Akademi Film, tempat mereka menuntut ilmu perfilman. Sayangnya, tugas ini sungguhan akan menjadi akhir dari segalanya. NCT Dream X Aespa Misteri ; Sedikit Horror