Chapter 22 (Sudah Kuduga)

159 10 5
                                    

Dengan kedua tangannya yang masih menodongkan kedua Tarkul itu pada Noel, Marine perlahan lahan menoleh ke arah Flare yang berada di belakangnya.

"Aaahh, Flare. Kau datang juga ternyata."

Flare yang sudah beberapa langkah ke dalam kamar Noel itu langsung mengarahkan kedua telapak tangannya ke arah Marine dan berjalan memutarinya secara perlahan.

"Tenanglah, Marine. Kumohon tenanglah."

Beberapa pelayan dan para penjaga yang berada di belakang Flare mengikutinya.

"Apa? Apa kau akan bilang jika aku melakukan hal ini, tidak ada hasil yang akan kudapat?"

"Tentu saja."

Dengan seringai yang terlihat di bibir Marine, ia langsung menarik alis kanannya dengan santai.

"Lalu? Memangnya kenapa?"

Flare seketika terdiam, dan tidak bisa berkata apa apa lagi.

Marine pun dengan santai langsung menoleh ke arah Noel kembali.

"Aku hanya ingin mengakhirinya seperti dia mengakhiri Rushia."

"Aku mohon, Marine. Tunggu dulu."

Raut wajahnya yang tenang menghilang, dan berubah menjadi amarah kembali. Marine pun menoleh ke arah Flare lagi.

"Apa yang harus kutunggu? Apa aku harus menunggu Rushia bangkit dari kematian?"

Flare langsung terlihat serius.

"Kau melupakan sesuatu."

"Apa!"

Gadis berkulit coklat manis itu langsung menoleh ke arah salah satu pelayan di sana. Pelayan wanita langsung mendekatinya dan memberikan sesuatu pada Flare.

Dengan penuh rasa percaya diri, Flare langsung memutarkan kembali tubuhnya ke arah Marine sembari menunjukan sebuah permata hijau yang terbalut oleh kain.

"Ini."

Melihat permata itu, kedua alis Marine langsung mengkerut. Bibirnya yang terus terbuka mencoba untuk mengeluarkan kata kata. Tapi tidak ada kata kata yang ingin keluar dari mulutnya.

"Kau terlalu jauh menjatuhkan dirimu pada jurang balas dendam hingga melupakan sesuatu yang sangat berharga. Dan hal itu jugalah yang diberikan oleh orang tersayangmu bernama Rushia."

Marine langsung mengalihkan pandangannya dari Flare.

"Jika permata ini saja kau lupakan, bagaimana dengan permintaan terakhirnya? Apa kau pikir juga balas dendam ini yang diinginkannya?"

Perlahan lahan kedua tangan Marine yang menodongkan Tarkulnya pada Noel langsung melemah dan melepaskannya hingga membuat kedua Tarkul itu menghilang dalam cahaya kuning.

Kedua kakinya melemas tak berdaya membuatnya jatuh terduduk. Kepalanya yang menghadap ke bawah secara perlahan melihat keadaan Noel yang masih takut akan kehadiran dirinya.

"Lalu aku harus bagaimana?"

Sinar mata kanannya meredup dan menghilang, lalu air matanya yang keluar membuat hatinya semakin sakit, ia memeluk dirinya sendiri dengan begitu kuat.

"Aku sangat merindukan dirinya. Aku sangat menginginkan pelukan hangatnya. Aku sangat sangat sangat menginginkannya."

Flare dengan hatinya yang tenang, mendekati Marine dengan berhati hati.

"Sekarang kita hanya harus melupakan kejadian itu. Lalu mencari cara bagaimana caranya kita bertemu dengannya. Aku yakin pasti ada caranya."

Marine tidak mendengarkan perkataan Flare, kepalanya dipenuhi oleh kehadiran Rushia dan rasa ingin bertemu dengan Rushia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Houshou MarineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang