SD 2

224 15 0
                                    


Hari ini adalah awal bagi Natasha untuk mengubah takdirnya, kali ini ia bagun tanpa alarm maupun teriakan dari mommy nya.

Natasha menatap dirinya dalam pantulan cermin, ini adalah tampilannya sepuluh tahun lalu. Wajahnya masih cantik dan terawat, dulu saat akan kuliah kulit dan wajah Natasha rusak, dan itu semua berkat dari skincare yang di rekomendasikan Yuni untuknya, padahal tanpa banyak skincare atau bedak yang berlapis-lapis wajah Natasha sudah cantik, cukup memakai perawatan kulit yang seadanya saja sudah cukup .

Tapi karena Yuni selalu berkata jika Agung sangat suka dengan cewek yang full makeup, ia jadi memakai makeup yang bahkan ia tak tahu. Sekarang ia pastikan untuk tidak akan termakan rayuan Yuni lagi.

Natasha beranjak dari tempatnya, ia turun menghampiri mommy dan Daddy nya yang telah menunggunya sarapan.

"Pagi mom, dad." Sapa Natasha

"Pagi sayang." Ucap meraka bersamaan.

"Mau sarapan apa, Roti atau nasi goreng?" Tanya Dinda, Natasha menatap makanan yang ada di depannya. Sudah lama ia tak sarapan terlebih memakan makanan seperti ini.

"Mau roti aja mom."

Natasha sangat menikmati makanannya, ia sampai tak sadar sedang di perhatikan oleh kedua orang tuanya.

"Makannya lahap banget, lapar ya?" Tanya Dinda, Natasha lupa jika dirinya yang di masa lalu selalu ogah-ogahan ketika sarapan.

"Iya nih mom, kayaknya efek bangun kepagian."

"Ya udah ini makan lagi sampai kenyang, nanti mau upacara kan." Dinda ingin menambahkan roti ke piring Natasha, tapi Natasha menahannya karena ia sudah kenyang.

"Udah ma, Natasha sudah kenyang. Takut telat juga." Natasha segera bangkit dari duduknya.

"Susunya di minum dulu." Kata Dinda memperingati. Natasha kembali duduk lalu menghabiskan segelas susu itu.

"Udah habis."

"Natasha berangkat dulu ya mom." Natasha berpamitan kepada Dinda, ia mencium tangannya.

"Berangkat sama daddy aja, nanti pulangnya di jemput sama pak Slamet." David ikut berdiri dari duduknya. Pak Slamet adalah supir pribadi di rumah mereka.

"Oke dad." Kaya Natasha menyetujui.

☘️☘️☘️

Sesampainya di sekolah Natasha berpamitan kepada daddy nya.

"Bye daddy semangat kerjanya." Kata Natasha sambil melambaikan tangannya. Ia masih berdiri di depan gerbang sekolahnya, sampai mobil David sudah tak terlihat.

Natasha mengambil nafas panjang, sudah lama dia tak pernah ke sekolah ini. SMA Star Force, sekolah swasta elit yang terkenal di kalangan anak-anak para konglomerat, pengusaha dan lainnya sebagainya.

Di sekolah ini tak menerima anak beasiswa, dikarenakan pihak sekolah tak ingin ada yang namanya perundungan dan perbedaan kasta. Walaupun demikian banyak siswa berprestasi di sekolahnya, mungkin karena mereka anak-anak dari orang berada jadi banyak di antara mereka yang di tekan untuk menjadi yang terbaik. Mengikuti les atau kelas privat itu hal biasa di sekolahnya, tapi berbeda dengan mereka, Natasha hanya mengikuti ekskul OSIS, itu pun sebagai anggota pasif.

Orang tua Natasha tak pernah memaksa atau pun menekannya untuk menjadi yang terbaik, mereka hanya mendukung seluruh keinginan Natasha. Mungkin itulah sebabnya Natasha menjadi manja dan tidak mandiri.

"Natasha!"

Natasha langsung berbalik ke arah orang yang memanggilnya, ia sangat tahu suara ini, Yuni Amelia Kasman. Ia menarik nafas dalam-dalam, mempersiapkan mentalnya.

"Kenapa juga harus dia yang pertama gue liat di hari yang baik ini." Batin Natasha.

"Dari tadi aku panggilin kok gak nyaut-nyaut." Yuni berdiri di hadapan Natasha dengan nafas yang tidak beraturan.

"Maaf, gue gak dengar." Yuni menatap Natasha heran, tidak biasanya Natasha berkata lo gue jika berbicara dengannya dan juga baru kali ini Natasha cuek padanya.

"Gak papa kok, tadi kamu di anterin sama daddy kamu ya?" Tanya Yuni sekedar untuk basa-basi.

"Iya." Jawab Natasha, ia mulai melangkah masuk ke sekolahnya.

Jika di tanya bagaimana bisa Yuni sekolah disini, itu karena ayah tiri Yuni, ayahnya Agung.

Namanya Kasman, seorang pengusaha batu bara. Mereka menikah Karena ibu Yuni berhasil meluluhkan hati Kasman yang saat itu seorang duda, setelah menikah, Yuni mendapatkan marga Kasman dan meminta untuk di sekolahkan di SMA Star Force. Sebelumnya Yuni bersekolah di SMA negeri, ia menjadi siswa pindahan saat ia masih kelas XI.

"Kemarin aku sama keluarga pergi liburan ke Bali, aku juga beliin kamu oleh-oleh. Di sana banyak banget aksesoris yang keren-keren lain kali kita harus pergi liburan berdua pasti seru banget." Sedari tadi Yuni tak berhenti bercerita tentang liburannya Natasha sampai muak mendengar nya. Dulu juga seperti itu, Yuni sangat suka menceritakan hal-hal yang tidak penting, bedanya sekarang ia tak peduli lagi.

Mereka sampai di kelas mereka, XII IPA 1. Kelas unggulan, walaupun Natasha tak segiat siswa yang lainnya, ia tetap berada di peringkat lima besar. Bisa di bilang itu sudah gen dari keluarganya sebagai orang yang cerdas, tapi tidak cerdas dalam memilih teman.

"Selamat pagi semua." Sapa Yuni dengan semangat, mungkin Dimata para lelaki Yuni itu menggemaskan, para anak perempuan yang melihat Yuni juga membalas sapaannya.

Berbeda dengan Yuni yang sangat ramah, Natasha cenderung pendiam. Ia hanya berbicara pada orang tertentu saja, dan hal itu banyak yang mengira dia adalah anak yang cuek.

Sebelum berteman dengan Yuni, sebelumnya ia juga memiliki teman sewaktu kelas X. Tapi setelah kedatangan Yuni, entah kenapa mereka perlahan- lahan menjauh dan sampai sekarang Natasha tak tahu apa alasannya sehingga mereka langsung menjauhi dirinya.

"Selamat pagi juga adek manis." Fadli muncul dengan senyum bak om om pedofil.

"Gak usah senyum kek gitu lo, tuh liat anak orang jadi takut." Kata Ferdi, Yuni melebarkan senyumnya ketika melihat mereka berdua. Sementara Natasha, ia memilih abai dan menuju ke kursinya.

"Aku gak takut kok, soalnya fadli bikin gemes."
Kata Yuni sembari tersenyum. Fadli tersenyum lebar mendengar ucapan Yuni.

"Yang bilang lo takut siapa?" Tanya Ferdi dengan sinis.

"Lo kan sukanya sama cowok yang jamet, jadi pantaslah gak takut sama dia." Lanjut Ferdi. Berbeda dengan teman-temannya, Ferdi sangat sinis dan abai terhadap Yuni, bukan hanya Yuni tapi kepada seluruh siswi. Dan tak ada yang tahu alasannya, padahal dulu Ferdi sangat friendly terhadap semua orang, tapi saat naik kelas XI ia tiba-tiba berubah.

"Ferdi kamu kok jahat banget sih sama aku." Yuni memperlihatkan muka sedihnya.

"Lo kalau ngomong di pikir-pikir dulu dong, adek Yuni kan jadi sedih." Kata Fadli, kemudian ia mulai menenangkan Yuni yang sedang sedih itu.

"Firdi kimi kik jihit bingit simi iki, iyuh jijik tahu." Kata Ferdi, kemudian ia berjalan ke arah bangkunya. Sekarang Yuni benar-benar menangis.

"Udah gak usah di dengerin ferdi emang begitu orangnya." Kata Fadli, kemudian ia menuntun Yuni untuk duduk di bangkunya.

Yuni sebangku dengan Andira, sedangkan Natasha ia tak memiliki teman sebangku. Natasha juga duduk di barisan paling belakang, didepannya ada Yuni dan Andira, disampingnya ada Fadli dan Ferdi.

"Kek monyet di senggol dikit langsung monyong." Gumam Ferdi.

Natasha yang tak sengaja mendengar itu tersenyum menahan tawanya.

'baru kali ini gue dengar monyet moyong' batin Natasha.

"Lo kenapa nahan tawa? Ada yang lucu?" Natasha langsung menatap kearah sumber suara itu.

Dia adalah Arjuna Prawira Hardjaya.

Maliee 🐰

SATU DEKADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang