SD 20

100 6 0
                                    

🍀🍀🍀

Saat ini Natasha sedang dalam perjalanan pulang, tapi sebelum itu ia memilih mampir di supermarket untuk membeli beberapa camilan, karena stok camilan di kamarnya hampir habis. Tak lupa tujuan utamanya, pembalut. Karena ia sedang kedatangan tamu bulanan yang membuat moodnya sangat tidak stabil.

"Totalnya Rp. 270.000 kak"

Natasha mengeluarkan tiga lembar uang merah dari dompetnya.

"Terima kasih."

Ia langsung keluar dari supermarket begitu selesai membayar.

"Biar saya saja yang bawa, kenapa nona tidak memanggil saya?" Sopir Natasha langsung mengambil alih barang bawaan yang di bawa Natasha.

"Tidak apa-apa pak." Kata Natasha saat melihat raut bersalah sopirnya itu.

"Ayo kita berangkat."

Semakin mendekati ujian akhir Natasha kesibukannya juga ikut bertambah, terhitung sudah tiga hari sejak kejadian ia marah pada Akhtar. Tak tahu itu pantas di katakan marah atau apa, karena ia juga tak tahu kenapa iya marah. Dasar cewek.

☘️☘️☘️

"Ayah bagaimana cara membujuk perempuan yang sedang marah?"

"Hahahaha hahaha kamu lagi marahan sama Natasha? Karma itu siapa suruh sering ngetawain ayah sama bunda kalau lagi marahan."

Akhtar mendengus kesal saat melihat ayahnya yang asik menertawakan dirinya, sepertinya ia salah bertanya pada ayahnya. Tapi pada siapa ia harus bertanya? Sandi? Gengsi nya terlalu tinggi, apalagi ia baru saja mengenalkan Natasha padanya, masa sudah marahan saja.

Jujur ia hampir frustasi karena sudah di diami oleh Natasha selama tiga hari, pesannya bahkan tidak di baca.

"Ayah jangan ketawa aja, bantuin kek cari solusi."

"Hahahaha tunggu ayah masih pengen ketawa, lucu tahu dengar nya. Kapan lagi lihat kamu galau, ini kejadian langka."

"Ckk, lebih baik aku bertanya kepada bunda saja kalau begini." Akhtar beranjak dari tempat duduknya.

"Duduk kembali, jangan ganggu bundamu dengan pertanyaan sepele seperti ini."

"Ayah lama."

"Dasar tidak sabaran."

"Makanya cepetan."

"Iya sabar, pertama-tama cari tahu dulu kenapa Natasha bisa marah sama kamu. Atau penyebabnya, ayah yakin pasti kamu yang membuat masalah. Karena anak sebaik Natasha tidak mungkin marah jika tidak ada sebabnya."

Lihatlah bahkan di saat seperti ini Deven masih bisa menyudutkan dirinya. Dengan serius akhirnya ia menceritakan kronologi kejadian sebelum Natasha marah padanya.

"Jadi selama pendekatan ini kamu belum memperjelas status mu dengan Natasha?"

"Iya."

"Terus hari itu kamu nembak dia pakai kata-kata seperti itu dengan muka datar?"

"Hmm, sepertinya iya." Akhtar sedikit berpikir sebelum menjawabnya.

"Kamu langsung mengajak dia jadi pacar tanpa basa-basi terlebih dahulu?"

"Iya."

"Di dalam mobil?"

"Iya."

"Si monyet."

'Bugh'

Karena kesal Deven langsung melempar Akhtar dengan bantal sofa yang ada di dekatnya.

"Ayah kenapa sih?" Tanya Akhtar dengan kesal, ia tak salah apa-apa tapi langsung di lempar bantal sofa, siapa yang tidak kesal coba. Walaupun tak sakit, tapi tetap saja.

SATU DEKADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang