SD 7

170 11 0
                                    


"Ayo kita balas dendam!"

Teriakan itu bersamaan dengan munculnya semua cahaya yang begitu terang, menyilaukan. Sampai perasaan mencekik tiba-tiba muncul membuatnya tak bisa bernafas.

"Ayo kita balas dendam!"

Teriakan itu tambah menggema, namun tak ada apapun yang bisa ia lihat. Hanya cahaya yang menyilaukan. Nafasnya semakin tersengal-sengal sangat sulit rasanya untuk bernafas.

"Ayo kita balas dendam!"

"Akhhh!!!"

Natasha langsung terduduk setelah sadar dari tidurnya, nafasnya masih memburu. Ia memegangi lehernya yang masih terasa sakit. Mimpi itu masih membayangi dirinya, terasa sangat jelas.

"Mimpi apa itu." Gumamnya

Ia mengedarkan pandangannya dan sadar jika ia berada di tempat yang lain lagi. Dengan tergesa-gesa ia bangkit dan melihat kalender.

"2024."

Kepalanya terasa sakit, ia tak tahu harus berbuat apa. Air matanya menetes.

"Apa ini? Kenapa aku kembali ke tahun 2024? Apa semua yang terjadi beberapa hari ini  hanya mimpi?"

Tok tok tok

Terdengar ketukan dari pintu kontrakannya, ia menghapus air matanya dan keluar dari kamarnya.

Melihat dirinya yang benar-benar nyata dan juga kontrakannya, membuat dirinya kembali sesak. Tapi sekeras mungkin ia berusaha menguatkan dirinya, dan melangkah membuka pintu.

'Ceklek'

"Tasha! Lo ngapain aja? Kenapa telepon gue gak lo angkat?"

Natasha tertegun melihat orang yang berdiri di depannya.

"Ara?"

"Iya ini gue Ara sahabat lo, terus mata lo kenapa sembab? Lo habis nangis ya?" Masih berada di tengah keterkejutannya, Natasha hanya diam membatu.

"Udah masuk dulu aja, kayaknya Natasha masih linglung." Kata Ferdi yang tiba-tiba muncul dari belakang Ara.

Ara mendorong Natasha masuk, dan duduk di sebuah kursi kayu di ruang tengah kontrakan Natasha.

"Lo nangis karena ke ingat sama tante Dinda dan om David ya?" Tanya Ara pelan, ia memegang bahu Natasha lalu menariknya ke dalam pelukannya.

"Udah tenang aja, gue sama Ferdi akan selalu berada di samping lo. Ya walaupun lo gak mau terima bantuan dari gue sama Ferdi."

"Hah? Maksudnya?" Tanya Natasha kebingungan, ia melepaskan dirinya dari pelukan Ara.

"Lo cuma terima bantuan dari Yuni, dan menolak kalau itu dari gue maupun Ferdi." Jawab Ara. Melihat raut kebingungan Natasha, membuat Ferdi agak khawatir.

"Lo sakit? Atau Yuni pernah ngomong sesuatu sama lo lagi?" Tanya Ferdi yang sedari tadi hanya diam.

"N-nggak gue baik-baik aja, cuma baru bangun tidur, jadi agak linglung." Jawab Natasha.

"Lo gak bohong kan?"

"Nggak lah, ngapain juga gue bohong."

Suasana berubah menjadi canggung, karena tak ada lagi yang bersuara.

"Ngomong-ngomong kalian pada gak sibuk atau kerja hari ini?" Natasha sengaja bertanya untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.

"Gue sih lagi free, gak buat konten." Jawab Ara

"Kalau lo gimana?" Tanya Natasha pada Ferdi.

"Gue juga lagi senggang."

"Tumben lo gak latihan?" Tanya Ara

SATU DEKADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang