Malam hari resepsi dilaksanakan, banyak dari tamu undangan kami adalah teman-teman SMA kami. Salah satunya adalah—
"Congrats, bro! Akhirnya lo nyusul juga!" ucap Yeonjun memeluk Soobin. Dia tampak bahagia saat temannya juga bahagia.
"Iya, makasih. Silakan, prasmanannya menunggu," kata Soobin sambil mempersilahkan Yeonjun menuju area tempat makan.
"Ah, lo mah bisa aja." Lalu mereka berdua saling tertawa.
"Selamat, ya, Li." Istri Yeonjun memelukku. Tidak ada alasan untuk tidak membalasnya.
"Makasih, Mbak Yej."
"Cepet nyusul, ya," katanya yang wajahnya masih di belakang sana. Dia tidak melihat raut bingungku.
"Nyusul apa lagi? Gua 'kan udah nikah," protesku.
"Ya.." Seketika aku berpikir—
"Jangan-jangan.. lo?" Yeji sedikit tertawa di belakang sana.
"Ehh! Selamat, ya!" ucapku senang karena tidak menyangka sama sekali. Junior mereka sedang ada di dalam perut Yeji sekarang.
"Enam minggu," kata Mbak Yeji kala kutanyakan sudah berapa lama.
"Ohh, jaga baik-baik, ya. Kesehatannya, pola makannya, olahraganya."
"Iya, Li, iya. Lo jangan bilang mulu. Lo nyusul juga." Ucapan Yeji secara tidak sengaja membuatku melirik Soobin. Dia melirikku dengan tatapan 'Hah? Apa?'. Namun aku lekas mendorong pundak Yeji pelan.
"Lo 'tuh, ya. Astaga!" Dan dia pun tertawa puas.
"Yaudah, congrats, ya, kalian! Kapan-kapan harus ketemu lagi, ya." Yeonjun mengajak Yeji untuk beralih.
"Oke!"
Hari-hari berikutnya, menjadi hari-hari yang berbeda bagiku dan bagi Soobin. Aku yang biasanya hanya membantu Umi memasak, jadi harus memasak sendiri. Soobin yang biasanya memasak sendiri, jadi aku yang memasak untuknya.
"Bisa masak kamu?" tanyanya yang berada di belakangku melihat bagaimana tanganku bekerja.
"Dari kemarin-kemarin juga aku masak. Udah tiga bulan, loh, aku nikah sama kamu, masa kamu belum pernah lihat aku masak?"
Soobin terdiam. Wajahnya heran melihat diriku.
"Tanggal, ya?" Aku meliriknya malas. Setelahnya, entah kenapa aku merasa mual dan lekas menuju wastafel.
"Loh, Li. Kenapa?!" Laki-laki itu panik. Tidak bisa aku menjawab pertanyaannya karena aku merasa sangat lemas. Akhirnya dia pun membawaku untuk duduk dulu. Dia memijit-mijit pundakku.
"Masuk angin, ya?" Kepalaku menggeleng. Berusaha aku bernapas karena rasanya tubuhku sangat lelah.
"Periksa, ya?" Dia memunculkan wajah tersenyumnya di depanku. Lekas aku singkirkan. Malas aku melihat wajahnya.
"Nanti kalo kenapa-napa, gimana coba?"
"Udahlah, keburu gosong nanti." Kakiku berjalan menuju kompor lagi. Begitu dia menyusul di depanku, aku berlari menuju wastafel lagi.
"Tuhkan," katanya mengelus-elus pundakku. Namun tidak ada yang terjadi. Aku tidak mengeluarkan apapun.
Duk! Tanganku yang mengepal memukul pinggiran wastafel. Kesal sekali tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengurangi efek ini.
"Jangan-jangan kamu hamil, Li?" Lekas kulirik Soobin dari cermin di depanku. Dia tidak mengurangi senyumnya.
"Kamu 'tuh, ya—" Aku kembali mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Oke ft.Lia ITZY (END)
FanfictionSemua orang mengenalnya, aku saja yang terlambat. Ketika orang-orang mengumpulkan fokus ke arahnya, aku menoleh arah lain. Waktu memang tepat, aku mengakui itu. Lalu tiba-tiba saja aku mempercayai suatu kebetulan. Sudah berapa lama dia di sini? Aku...