27

576 78 1
                                    

Aku terbangun dengan air mata di pipiku. Kulihat kamarku yang terang dengan lampu ini. Jendela masih gelap, jam juga menunjukkan pukul 04.45. Terduduk aku menghapus air mata ini dulu.

Mimpi yang kusebut mimpi buruk itu menghantuiku bahkan sampai masuk sekolah. Selepas kuparkir rapi mobilku, aku berhenti di pintu parkiran. Kutatap langit di atasku. Tampak indah. Berbeda dengan perasaanku yang sekarang berantakan.

"Hebat banget lo, Bin. Bisa bikin gua yang mati rasa ini jadi suka sama lo," gumamku mengelus kepalaku dan berjalan.

Di depan sana, yang aku ucapkan namanya sedang berjalan. Hendak aku menyusulnya namun aku masih trauma dengan perlakuan Sihyeon kepadaku. Lantas aku harus apa?

Begitu dia berbelok, aku baru sadar dia bukanlah Soobin. Tapi Sanha. Dia melirikku sekilas dan lekas pergi.

"Ternyata dia pelampiasan gua," kataku berhenti mendadak di tengah-tengah para murid yang berjalan di sekelilingku.

Baiklah, aku akan cepat ke kelas saja. Para OSIS juga sudah membersihkan area lapangan dan membentang alas. Hari ini Hari Jum'at. Pasti ada acara lagi.

"Silakan, murid-murid yang sudah datang harap berkumpul ke lapangan dan membawa buku serta alat tulis. Jum'at cerdas akan dimulai sebentar lagi," kata guru yang mengumumkan itu di pengeras suara sekolah.

Kuambil asal bukuku yang ada di tas dan alat tulisnya. Aku pun keluar dari kelas sambil berlari. Banyak yang sudah berkumpul, hanya aku yang ada di koridor ini.

"Karina!" panggilku dan dia menoleh. Aku duduk di sampingnya.

"Lihat Yeji, lo?" Aku menggeleng.

"Gua aja baru sampe."

Agak lama, kami berdua menemukan Yeji yang duduk bersama dengan Yiren. Karina mengajak Yeji untuk sebaris dengan kami, Yiren juga. Aku jadi agak canggung dengannya. Juga aku tidak ingat dimulai dari mana mimpiku semalam.

"Kemarin hujan ga 'sih?" tanyaku memulai pembicaraan. Acara juga belum dimulai.

"Iya, loh. Gua disuruh ambil jemuran ama mak gua. Mana pas enak-enaknya tidur lagi," sahut Yiren di ujung sana.

"Untung mak gua ga jemur-jemur kemarin," balas Yeji.

"Emang kenapa?" tanya balik Karina.

"Gapapa 'sih. Berarti kita pulang, belum hujan 'kan?" Mereka semua menggeleng.

"Hehe, yaudah. Jas hujan gua hilang soalnya, takut adek gua yang pake," ujarku membuat mereka ber-oh ria dan tertawa.

Ternyata mimpi itu dimulai saat hujan. Saat para siswa seluncuran di depan kelas. Hal itu mungkin akibat ingatan yang pernah terbuat di depan lab komputer.

Jum'at cerdas berjalan dengan lancar. Kami disuguhkan dengan berbagai acara yang cukup seru. Dapat memberikan wawasan dan hiburan bersamaan.

Seperti sekarang, aku sudah selesai merangkum pidato yang dibawakan oleh teman Yuqi barusan. Kertas ini akan dikumpulkan kepada ketua kelas dan berikutnya ke wali kelas.

"Tanggal berapa?" tanya Yeji pada kami.

"Tiga belas Maret," jawab Karina. Aku teringat sesuatu.

"Heh, lu! Habede!" ucapku sambil menepuk punggung orang di depanku dengan pulpen. Dia pun menoleh.

"Woah, makaseehhh! Emang cuman lo doang yang inget sama gua, Li!" Dia mengajakku untuk tos. Namun tos yang pernah kami buat saat kelas 10.

Agar dia senang, aku melakukannya. Aku juga senang kala dia senang aku mengingat tanggal ulang tahunnya. Tak sengaja aku melirik seseorang di ujung sana, dia melihatku. Ah, astaga. Jantungku kembali tidak aman.

It's Oke ft.Lia ITZY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang