Behind The Scene (Soobin)

804 57 2
                                    

Aku Soobin Saputra. Salah satu siswa paling tampan, paling kalem, dan paling keren di SMA ini. Menurutku. Menurut orang lain, bisa saja berbeda. Tapi aku yakin mereka berpikiran sama.

Hanya satu kata Beomgyu kekuranganku, aku belum mendapatkan gadis yang memang baik untukku. Memang, sebelumnya aku pernah punya pacar. Namun dia berperilaku tidak baik dan berakhir aku memutusnya. Namanya Sihyeon. Sudah 2 bulan aku memutusnya.

Sejak itu, aku masih mencari-cari penggantinya dalam diam. Siapa yang akan menarik perhatianku di SMA ini. Kalau aku sampai tahu dia, berarti dia hebat. Kata siswa kalem yang demen game dan jarang keluar kelas karena takut ponselnya bakal dirampas.

Tapi seketika aku teringat seseorang. Si Sabrin. Anak perempuan kelas sebelah yang pernah kehilangan jam tangannya dan aku yang menemukannya. Awalnya aku hanya bergumam 'wah' saat menatapnya. Namun semakin hari, rasanya kami sering bertemu walau tidak saling menyapa. Tidak hanya 'wah' lagi perasaanku.

Penasaran dengannya, aku rela pergi keluar kelas entah ke kantin atau ke koperasi untuk membeli minimal air mineral atau pulpen agar bisa melihatnya di kelas sebelah. Menunggunya di luar kelas hanya membuat lelah, dia juga jarang keluar kelas. Aku pernah mencobanya.

Dengar dari berita, katanya dia anak pintar. Begitu aku telusuri, ternyata dia pemegang peringkat satu paralel kelas 10 semester 2. Semester sebelumnya dia masih di peringkat dua. Sedangkan setelah aku ikuti perkembangannya di kelas 11 semester 2, dia turun drastis. Tidak ada di sepuluh besar.

Dengar dari berita lagi, ternyata dia sudah ada yang punya. Rapuh hatiku mendengarnya. Renjun kelas IPS 1. Kalau bukan gara-gara Beomgyu yang mulutnya bocor kayak ember pecah, aku tidak akan berurusan dengannya.

Aku pernah berantem dengan Renjun. Hal itu dipicu karena aku sedang melihat pacarnya dalam waktu lama saat jam olahraga. Kebetulan jadwal olahraga kami bertiga berbarengan.

Tidak berbuntut panjang urusanku dengan Renjun. Karena aku juga minta maaf dan bilang tidak akan lagi melakukan itu. Tidak banyak yang tahu hal ini. Renjun juga merahasiakan ini pada pacarnya.

Mulai hari itu, aku menjauhi Sabrin. Aku sudah tidak keluar kelas lagi dan tetap berada di sana sampai pulang. Semakin kesal aku kala tidak fokus sama sekali saat bermain game. Maka dari itu, aku mencari pelampiasan yang bermanfaat. Matematika. Hanya itu yang bisa membuatku fokus untuk menyelesaikan masalah hidup.

Masalah satu selesai. Aku bisa mengendalikan perasaanku terhadap siswi itu. Tanpa kusadari aku sudah menyukainya sejak awal kami bertemu. Tapi berikutnya, masalah baru muncul. Sekolah memberikan peringkat untuk setiap mata pelajaran untuk memberi motivasi bahwa pintar itu bukan karena bisa mengerjakan matematika saja. Tapi pelajaran lain juga.

Namun bukan itu masalah utamanya. Melainkan namaku yang tiba-tiba naik roket berada di urutan paling atas. Nomor satu. Peringkat satu. Mata pelajaran matematika. Begitu melihat peringkat paralelku, dua, namaku berada di sana.

Kulirik seseorang di sampingku, dia langsung pergi tanpa melihat namanya terlebih dahulu. Dia hanya mengantarkan temannya untuk pergi ke mading tempat pengumuman peringkat ditempelkan.

Penasaran mengapa dia meninggalkan temannya begitu saja tanpa pamit, aku mengikutinya. Sampai berada di belakang kelas, aku terkejut dia tiba-tiba berjongkok menutupi wajahnya dengan lengannya. Dia menangis. Hatiku hancur.

Saat masuk kelas 12 awal, aku mencari-cari namaku di IPA 2. Namun tidak ada. Ternyata aku pindah ke IPA 1. Ada nama belakang 'Sabrin' di sana. Chalia Sabrin. Seperti itu nama lengkapnya. Aku baru ingat.

Sebentar, Chalia Sabrin? Kala aku cek kembali ke mading, ternyata benar. Aku tahu alasan dia menangis saat itu. Dia turun drastis sampai di bawah peringkat sepuluh besar. Pasti menyakitkan.

It's Oke ft.Lia ITZY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang