2

2.5K 190 5
                                    

Mampus aku ketahuan bolos —walaupun sebenarnya tidak niat begitu— oleh Kak Seokjin. Di kantin yang tenang ini ternyata ada sebuah gerombolan yang bisa membuat ketenangan itu menjadi keramaian, merekalah gerombolan para teman-teman Kak Seokjin itu.

Mereka memakai baju santai padahal yang kuingat jika kami berada di sekolah, hendaknya harus memakai seragam. Namun aku baru ingat, mereka lulus tahun ini.

"Bolos, ya?" tanya seorang tampan yang tiba-tiba menaruh wafer cokelat di meja kantin. Dia melirik ke arahku.

"Nggak 'tuh," balasku menerima wafer itu. Sudah biasa dia seperti ini. Btw, dia tetanggaku.

"Temen lo suka banget ya sama Taehyung?"

"Uhuk! Uhuk!" Aku terbatuk. Ingin mengetahui apa maksudnya, kepalaku menoleh ke belakang.

"Yeji, astaga!!" teriakku sambil berlari ke arahnya.

Bisa kulihat dia sedang tersenyum menunggu Kak Taehyung mengetik sesuatu di ponselnya. Kupastikan dia meminta nomor ponsel kakak itu. Bukan apa-apa lagi, itu pasti.

"Eh, Yeji. Itu temen kamu 'kan?" tanya Kak Taehyung saat sadar kalau aku bergerak ke situ.

"Nah, iya, kak. Kenalin, dia Lia." Kak Taehyung langsung memberi tangannya tanda jabat tangan. Aku yang hendak membalasnya malah mendapati tangan itu sudah dibalas duluan.

"Lo apaan 'sih?!" kesalku pada Kak Seokjin. Tatapanku menyiratkan tak terima di sana.

"Dahlah, balik sono. Baru kelas 12 aja sok-sok an bolos." Mataku meliriknya acuh. Sedangkan Yeji di sampingku sudah melompat-lompat kegirangan.

"Nah, makasih, ya, kak! Ayo, balik, Li!" Tanpa sepersetujuan dariku, Yeji dengan cepat menarik tanganku. Sial, dua orang ini menghalangiku untuk dekat dengan Kak Taehyung. Mengapa mereka?!

"Ih, lo rusuh banget 'sih, Yej!"

"Tenang aja, elah. Tetep gua kasih kok nanti nomernya Kak Taehyung. Tapi traktir gua starbucks dulu."

"Banyak maunya lo. Kemaren kita udah ke mcd dan itu pun gua yang bayar."

"Eh, ya, maap. Itu sengaja. Lo mau kagak?"

"Kagak deh, ga mood."

"Yah, ngambek nih anak."

Aku tidak lagi memperdulikannya. Kakiku berjalan begitu saja sampai dia tidak bisa menyusulku. Karena kurang memperhatikan, aku pun tersandung.

Yeji sudah tertawa terbahak-bahak di belakang sana. Aku tidak ingin menoleh karena bisa saja aku langsung menyerangnya. Sudah tidak membantu, malah ketawa. Alih-alih berhenti untuk membersihkan lutut, aku langsung berjalan lagi.

"Assalamualaikum," ucapku kala kaki kananku sudah memasuki kelas.

"Waalaikumsalam."

Hah? Ada yang jawab tapi tidak ada murid yang bisa kulihat. Tidak ada orang di sini!! Tapi ternyata, semakin ke belakang, aku melihat para siswa sedang duduk di lantai bawah. Yang dua bermain catur mini. Dua yang lain sedang mabar. Yang duanya lagi menghilang.

Baiklah, kukira penunggu. Alhasil aku tarik bangkuku dan duduk di sana. Menikmati wafer cokelat yang diberikan Kak Seokjin dengan mata yang tertutup. Jujur, aku mengantuk.

Sesekali aku membuka mata hanya untuk mengambil satu per satu wafer itu dan kumasukkan ke dalam mulutku. Selebihnya, aku memejam.

"SAMLEKOM!!" Aku menjawab di dalam hati. Tanpa suara. Namun sebenarnya aku hampir tersedak lagi. Untungnya masih bisa dinetralkan kembali.

"Heh, Lia lu itu dicariin juga!" lanjut seseorang yang kurasa sekarang ada di depanku. Dia juga yang salam tidak selow barusan.

"Lah, tidur?" tanyanya pada diri sendiri sesekali membuka rangkaian rambut yang menutupi wajahku. Aku sempat menyembunyikan wajah kantukku ini. Wafer yang dikasih Kak Seokjin juga sudah habis.

It's Oke ft.Lia ITZY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang