Sepanjang jalan mereka bertiga tidak berhenti bercanda. Ada saja juga yang mereka bicarakan. Sedangkan aku, aku terdiam. Barulah sampai di tempat tujuan kami, aku mulai berbicara—
"Ookkee, mmeennddiinngg gguuaa ppuullaanngg aajjaa." —sambil berbalik dan berjalan menjauh. Ternyata Piyo juga melakukan hal yang sama.
"Jangan gitu, dong." Soobin menarik tasku alhasil aku berhenti.
"Lagian ga bakal serem-serem amat kok," kata Taehyun mendorong pelan Piyo untuk kembali memasuki wahana.
"Udah, ayo!" Badanku diputar arahnya. Sekarang rumah hantu yang tampak seram itu berada di depanku.
"Demen banget beginian!" kesalku dan kudengar Soobin tertawa di belakang sana.
"Lebih serem lo kalo marah 'sih, tenang aja," ujarnya lalu kulirik. Wajahnya sudah hampir tak terlihat karena sekeliling kami sudah gelap.
"Lain kali jangan yang se—
"Ga bisa, ini harus, sekali-sekali," sahut Taehyun di depan sana.
"Awas, lo, ya!"
Awalnya memang belum terasa begitu seram. Hanya gelap dan sedikit putih-putih di pojok ruangan. Semuanya masih patung hantu pada umumnya. Taehyun bahkan berani berfoto bersama dengan Mbak Kunti. Aku yang jadi fotografernya jadi ngeri-ngeri tapi harus profesional.
"Nah, bagus. Ga kayak Soobin, ngeblur mulu kalo suruh foto," ungkap Taehyun begitu jujur. Aku melirik Soobin yang terkena cahaya layar ponsel Taehyun. Dia ingin menggigit anak itu.
"L-lo, tolong lihatin. Di kaki gua ada apanya?" Piyo datang kepadaku dengan tubuh yang bergetar. Anak ini memang tengil tapi penakut. Lantas aku melihat kakinya, tidak ada apa-apa.
"Cuma kaki seribu 'sih." Refleks langsung, kakinya melompat-lompat. Suaranya yang berteriak itu terdengar hampir menangis. Aku harus menenangkannya karena di sini bukan hanya kami pengunjungnya.
"Gua cuma bercanda, bocil. Diem napa?" bisikku pada telinganya dan dia langsung diam. Dipegangnya kakinya sendiri. Kurasa, sekarang dia menatapku datar.
Tanpa berkata apa-apa lagi, dia lanjut berjalan bersama Taehyun di depan sana.
"Bisa bercanda juga lo ternyata," kata Soobin sambil terkekeh lalu melewatiku. Aku yang tidak mau sendirian lantas mengikutinya.
"Lo sama Taehyun suka beginian?" Kurasa dia menoleh.
"Iya, gua kira dulu kami selalu bertentangan. Tapi setelah mengenal satu sama lain, ternyata kami punya kesenangan yang sama." Lalu dia berhenti, aku juga ikut berhenti. Ada sebuah cermin dengan lampu di sekelilingnya, jadi dia bercermin dulu.
"Oh, haha. Coba sini." Dia menggeserku ke depan cermin itu. Kulihat wajah cantikku di sana, seperti biasa. Namun beberapa detik kemudian, wajah itu berubah horor dengan banyak luka dan jahita—
"AAAA! Lo jahil banget 'sih!" geramku memukul pundaknya. Dia malah tertawa.
"Persis waktu gua ikut keluarga Taehyun di wahana kayak gini. Sejak itu kami semakin dekat," ujarnya sambil kudengarkan. Kami kembali berjalan lagi.
"Tapi kenapa lo tiba-tiba jadi kakak angkatnya Taehyun?" tanyaku karena kurasa dia belum pernah menceritakannya.
"Ah, soal itu. Lo pernah lihat berita tentang pembunuhan pemilik taman hiburan tiga tahun yang lalu, ngga?"
"Pernah 'sih. Rame banget 'kan waktu itu. Taman hiburan kota yang di sana itu 'kan?" Aku menunjuk arah yang kumaksud. Memang ada taman hiburan di sana, sekarang sudah ditutup dan kabarnya diganti di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Oke ft.Lia ITZY (END)
FanfictionSemua orang mengenalnya, aku saja yang terlambat. Ketika orang-orang mengumpulkan fokus ke arahnya, aku menoleh arah lain. Waktu memang tepat, aku mengakui itu. Lalu tiba-tiba saja aku mempercayai suatu kebetulan. Sudah berapa lama dia di sini? Aku...