2 bulan kemudian..
"IHHH, SOOBIN MANA 'SIH DARI TADI GA DATENG DATENG. KESEL GUA!!!"
"Sabar dulu, Li. Mungkin dia masih di jalan." Yeji mencoba menenangkanku yang tingkat kesabarannya sudah naik ke permukaan.
"Tapi kok lama banget 'sih, Mbak Yej. Upacara perpisahannya 'kan kurang dua puluh menit lagi."
"Udah, udah. Mending lo sabar aja dulu. Bentar lagi juga dateng kok. Kasihan make up lo jadi berantakan nanti."
Fuh, aku menghembuskan napasku pelan. Memang, kami sudah akan melaksanakan upacara perpisahan. Hari yang seharusnya dihiasi dengan ketenangan menjadi kepanikan luar biasa saat Soobin sama sekali tidak bisa dihubungi sedari tadi. Waktunya sudah mepet, harusnya dia sudah datang.
"SOOBIN LAMA BANGET, ASTAGA!!"
Drrt, drtt, drrt! Ponselku bergetar. Tampak nama Soobin di sana. Segera aku angkat panggilan itu dan mendekatkannya ke telingaku. Sekitar ramai sekali soalnya.
"Halo, Bin. Kamu di mana? Acaranya kurang dua puluh menit, loh," tanyaku sambil keluar dari aula dan diikuti oleh Yeji. Tempat itu menyulitkanku mendengar.
"Maaf. Dengan keluarga saudara Soobin Saputra?" Alisku bertaut. Ini bukan suara Soobin.
"I-iya. Sa-saya pacarnya," jawabku dan baru sadar aku terlalu jujur dengan itu.
"Saudara Soobin Saputra mengalami kecelakaan dan sekarang dirawat di Rumah Sakit Cempaka Putih. Bagi keluarga korban diharap secepatnya menemui pihak rumah sakit."
"APA?! GIMANA, GIMANA?!"
Tutt! Sepertinya pulsanya habis. Kucoba untuk telepon ulang namun aku baru ingat aku tidak punya pulsa ataupun paket data.
"Astaga, yang bener aja!" Kutarik tangan Yeji menuju mobil Yeonjun. Sebelumnya aku juga tarik tangan Yeonjun dan minta izin untuk meminjam mobil dia.
Sekarang kami bertiga sudah ada di dalam mobil Yeonjun. Aku yang menyetir. Kulajukan kendaraan ini cepat-cepat ke rumah sakit yang dimaksud tadi. Perasaanku campur aduk. Antara khawatir, kesal, dan ragu. Tapi aku berusaha fokus membawa diriku dan teman-temanku selamat sampai sana.
Sampainya di IGD, benar saja. Ada yang langsung mendatangi kami bertiga.
"Dengan keluarga Soobin Saputra? Pasien belum sadar dan masih ada di ruang IGD," ucapnya sambil menunjukkan kami jalan menuju tempat yang dimaksud.
Aku bisa melihat Soobin belum sadar di sana. Infusnya terpasang. Benar Soobin 'kah? Tapi dari jauh aku sedikit ragu. Saat aku mendekat—
"Bin. Bangun dong, Bin. Temenin aku di sini," ucapku berusaha menahan tangisku saat melihat Soobin tertidur lemas seperti itu.
Suara dan gelombang detak jantung yang digambarkan di dalam sebuah alat di sampingnya sungguh membuat perasaan semakin berantakan.
"Soobin, bangun, dong, astaga."
"Aku udah bangun kok."
Hah?! Aku menoleh ke belakang. Loh—
"Yang kamu tangisin barusan itu Sanha, kakak aku."
Dengan segala rasa kesalku aku lekas memeluknya dan memukul punggungnya berkali-kali.
"Kamu 'tuh bikin orang khawatir aja! Berani banget kamu!" Namun dia pasrah dan mencoba menenangkanku perlahan.
"Ha? Hng? Di mana gua?" Tiba-tiba suara lelaki membuat pandangan kami berempat menuju ke arahnya.
"Kak. Lo udah sadar? Ada keluhan apa?" tanya Soobin bertubi-tubi sambil mendekati Sanha yang baru sadar barusan. Sedangkan Yeonjun sudah memanggil dokter untuk mengecek keadaan Sanha.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Oke ft.Lia ITZY (END)
FanfictionSemua orang mengenalnya, aku saja yang terlambat. Ketika orang-orang mengumpulkan fokus ke arahnya, aku menoleh arah lain. Waktu memang tepat, aku mengakui itu. Lalu tiba-tiba saja aku mempercayai suatu kebetulan. Sudah berapa lama dia di sini? Aku...