"WHAT?! LO UTANG CERITA KE GUA, BIN!!"
"Iya, iya. Kapan kapan aja. Udahlah jan melotot gitu 'kan jadi ilang cantiknya."
Seketika aku memasang ekspresi datar. Baru kali ini dia mengakuiku cantik.
"Yaudah, gua pulang, ya."
Sepeninggalan Soobin, aku tunda sarapan because i'm kudu mandi dulu. Bajuku basah, celanaku juga. Penampilanku berantakan.
Sehabis mandi, barulah aku sarapan. Ternyata Umi belum selesai sarapan, sedangkan yang lain sudah. Yaudah, mending sarapan sama Umi. Jarang-jarang kami begini.
"Habis i—
"Ke mana?" tanyaku antusias. Seperti sudah pro saja disuruh mengantarkan barang ke tetangga.
Umi tersenyum melihat reaksiku.
"Rumah Renjun."
Aku hanya oh saja. Aku kira ke rumah Taehyun.
"Assalamualaikum," salamku menunggu tuan rumah membukakan pintu. Tadi pagarnya dibuka, aku bisa masuk sendiri.
"Waalaikumsalam." Ternyata Renjun yang buka.
"Nih, buat mamah lo. Dari Umi gua." Kuberikan bingkisan ini dan dia menerimanya dengan senyum.
"Makasih, ya. Tapi, Li—
Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku membiarkannya sebentar dan tetap menatap Renjun mempersilahkannya melanjutkan bicara.
"Gapapa, deh. Lo angkat aja," katanya. Baiklah, kalau begitu.
"Halo?"
"Habis ke rumah Renjun langsung pulang, ya. Abi minta tolong anterin barang ke pabrik."
"Oh, oke, mi."
Tutt! Panggilan diakhiri.
"Gua suruh cepet balik sama Umi, Jun. Lo mau bilang apa barusan?" tanyaku menyimpan ponsel itu di saku.
"Ah, ngga kok. Kapan-kapan aja. Hati-hati, ya."
Aku mengangguk terus keluar dari rumah Renjun. Untung ga terlalu jauh jaraknya. Nyanyi satu lagu, sampai.
"Kenapa, mi?" tanyaku yang sudah masuk ke rumah.
"Nih, anterin ke pabriknya Abi. Cepetan, ya." Beliau memberikan bungkusan kepadaku. Sepertinya makanan.
"Piyo mana, mi?"
"Keluar bareng temennya. Lah, oh, iya, dia 'kan bawa mobil kamu."
"Loh? Udah dapat SIM dia?" tanyaku terkejut. Kena tilang, ga lucu.
"Belum, tapi dia bisa bawa mobil. Gapapa, kamu bawa motor kamu aja." Mau tidak mau aku harus mengangguk dan pasrah saja membawa Rio— motor matic kesayanganku.
"Misi, om. Abi di mana, ya?" tanyaku pada salah satu karyawan yang baru saja keluar dari gerbang pabrik.
"Oh, anaknya Pak Sungjae, ya? Abinya ada di kantor sebelah sana."
"Makasih, ya, om." Omnya mengangguk dan aku pun masuk ke kantor yang ditunjuk barusan. Terlihat sibuk para people di sini.
"Assalamualaikum," ucapku sambil membuka suatu ruangan berlabel nama Abi. Langsung terasa dingin karena ada AC-nya.
"Waalaikumsalam. Dah bawa?"
"Iya ini, bi." Aku menaruh barang yang dikasih Umi tadi di atas meja utama.
"Mau langsung pulang?"
"Iya, bi. Kenapa?"
"Kirain mau jalan. Nanggung soalnya kamu udah di luar rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Oke ft.Lia ITZY (END)
FanfictionSemua orang mengenalnya, aku saja yang terlambat. Ketika orang-orang mengumpulkan fokus ke arahnya, aku menoleh arah lain. Waktu memang tepat, aku mengakui itu. Lalu tiba-tiba saja aku mempercayai suatu kebetulan. Sudah berapa lama dia di sini? Aku...