Beberapa hari berlalu...
- - -
Kicauan burung-burung yang hinggap di pepohonan mulai terdengar di hari sabtu yang cerah.
Kicauan merdu tersebut bagaikan alarm alam yang dapat membangunkan siapapun yang mendengarnya, tak terkecuali Rafael yang masih tergulung selimut kini mulai menggeliat di atas ranjangnya.
"Hoaaam..."
Kedua mata Rafael mulai mengerjap pelan, tangan kanannya terjulur ke atas, meraih ponsel yang ia letakkan di headboard ranjangnya.
*Click
"Hah?! JAM SEBELAS?!"
Dengan beringsut Rafael menghempaskan selimutnya ke sembarang arah lalu turun dari ranjang empuknya.
Baru saja menapakkan kakinya ke lantai kamarnya yang dingin, tiba-tiba kepala Rafael terasa berputar membuat kedua tangan Rafael meremas kuat rambutnya.
"Shh... anjir, kok pusing..."
Perlahan Rafael melangkahkan kakinya keluar kamar.
Namun saat pandangannya mengarah ke ruang tamu, sosok yang beberapa hari tak terlihat di rumahnya kini sedang duduk santai sambil memainkan ponsel di sofa, mengenakan hoodie hitam serta celana basket berwarna navy.
Kedua mata Rafael yang tadinya enggan membuka, kini telah membulat sempurna. Sesekali kembali mengerjap karena tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Rafael mendekatkan dirinya ke sofa, dimana Gavin tengah duduk santai seperti biasanya.
Jari telunjuknya lalu Rafael bawa untuk menyentuh pipi Gavin. Bisa saja dirinya saat ini berhalusinasi, bukan?
"EEEEH?! Kak Gavin?" saat jarinya merasakan permukaan kulit Gavin, disaat itu juga Rafael memekik dan tersentak hingga mundur beberapa langkah kebelakang.
Gavin hanya terkekeh melihat tingkah adik kandung dati sohibnya itu.
"Lo kira gue setan, hah?"
Setelah meneliti wajah Rafael, senyuman yang Gavin pancarkan tadi entah kenapa meluntur.
Gavin beranjak dari duduknya lalu dengan cepat berlari ke arah Rafael yang masih berdiri kebingungan.
Punggung tangan Gavin ia tempelkan ke dahi Rafael.
"Anjing... lo demam, dek?! Cepetan masuk kamar. Di luar dingin."
Rafael hanya terdiam, masih memproses jika kehadiran Gavin di rumahnya pagi-pagi begini bukan halusinasi dirinya.
"Ck!"
Melihat diamnya Rafael membuat Gavin tanpa aba-aba mengangkat tubuh Rafael dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"EH KAK TURUNIN!"
Gavin lalu menurunkan Rafael tepat di atas ranjangnya.
"Lo malah bengong sih!"
Gavin lalu meraih selimut milik Rafael lalu dibalutkan pada tubuh si empunya.
"Lo udah makan belum, dek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate - BxB
أدب المراهقين[ BL LOKAL x OMEGAVERSE ] [Apha x Beta] Rafael Karana, seorang remaja laki-laki Beta yang harus menelan pil pahit dalam kisah asmaranya. Rafael selalu ditolak mentah-mentah oleh pria yang ia sukai karena alasan, 'Rafael tak bisa mengandung.' Hal i...