04 - Makan Malam

3.4K 357 6
                                    

Reyhan lalu menatap punggung Gavin yang menjauh itu.

"Gue harap si curut bener-bener serius sama Rafa. Gue gak mau Rafa disakitin para bajingan lagi."  gumam Reyhan dengan tatapan sendunya, kembali mengingat cemoohan yang dilontarkan pada adiknya.

.
.
.
.

"Cepetan buka mulutnya aaakk..."

Rafael menggeleng dan menutup rapat mulutnya. Sedangkan Gavin hanya bisa menghela nafasnya kasar.

Rafael mencoba meraih mangkok yang Gavin pegang erat, namun mangkok di tangannya selalu Gavin hindarkan.

"Gue bisa sendiri, kak! Sini bawa!!"

"Biarin kakak aja. Gakpapa sekali-kali nyuapin dede bayi... AAAAKKK!!"

'Anjir enteng banget kak Gavin bilang dede bayi ke gue... jantung gue yang jedag-jedug ini ANJISHHSHSGS!!!'

Rafael lagi-lagi mengalah lalu membuka mulutnya lebar-lebar. Bersiap menerima suapan yang Gavin berikan.

"Nah bagus... Lagi-lagi, AAAKK"

Belum sempat Rafael menelan bubur di mulutnya, Gavin kembali menyodorkan sesendok penuh bubur ke mulut Rafael membuat si Beta merengut kesal.

"Iwni bwelum abwiss!!"

"Uhh iya maaf, cupcupcup..."  ucap Gavin dengan telapak tangan besarnya menepuk pelan pipi Rafael yang mengembung.

Seketika kedua pipi bulat Rafael itu memerah. Jika saja Rafael tak menahan dirinya, bisa-bisa bubur di dalam mulutnya kini sudah ia semburkan ke wajah tampan Gavin.

Perlakuan sahabat dari kakaknya ini sungguh aneh bagi Rafael!

Setelah memakan habis bubur di mangkok yang Gavin pegang. Rafael lalu meneguk habis segelas air mineral yang tentunya Gavin tadi bawakan.

"Nah sekarang minum obatnya."

Gavin terlihat membuka bungkusan paracetamol lalu memberikannya pada Rafael yang segera diteguk olehnya.

Gavin menepuk tangannya, "Wih hebat... padahal paracetamol pait kan."

"Gue udah SMA ya, anjir! Ya kali gue kagak bisa nelen obat, haha."  ucap Rafael dengan sangat bangga.

"Idih... idihh... songong banget."

Rafael lalu menjulurkan lidahnya ke arah Gavin.

Gavin hanya terkekeh lantas ia meraih sesuatu di tas reusable dengan logo Indoapril berwarna biru di nakas Rafael.

"Nih pake ini."

"HEH APA-APAAN!! gue bukan bocil kak!!... gak, gak, gak! gue gak mau pake!!" tolak Rafael saat Gavin hendak menempelkan sebuah koolfever untuk anak-anak padanya.

"Pokoknya pake. Biar cepet sembuh lo. Masa senin nanti lo gak sekolah, baru juga minggu ke-dua sekolah."

"YAUDAH!!"

Dengan wajah garangnya Rafael lalu meraih tangan Gavin yang memegang koolfever itu lalu menempelkannya di dahi Rafael.

"Puas kakak Gavindra Atmaja?"  ucap Rafael penuh penekanan juga dengan senyuman yang ia paksa.

Mate - BxB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang