Gavin dan Rafael pun berjalan berdampingan menuju kantin.
Melupakan sejenak kehadiran Hendra yang membuat mood mereka sudah hancur di pagi senin ini.
.
.
.
.
Masih di hari yang sama, akan tetapi langit tak lama lagi akan menunjukkan semburat jingganya.Kegiatan ajar-mengajar di SMA N Rajawali juga sudah hampir berakhir.
Beberapa kelas sudah dipulangkan, begitu pun kelas Rafael.
Sebelum pulang, seperti biasanya Rafael akan membuka ponselnya terlebih dahulu.
"Eh, kak Gavin ngechat." gumam Rafael lalu membuka pesan yang Gavin kirimkan tiga menit yang lalu.
Punya Rafael, titid! ga pake koma!😛
Dek, kakak ada urusan sebentar
jadi agak lama ke parkiran
16.05Kamu gakpapa kan nunggu
sebentar di parkiran, di motor
kakak? Atau kamu boleh
pulang bareng Reyhan aja
16.05Setelah membaca pesan dari Gavin, Rafael menggelengkan kepalanya.
"Gak... Kak Gavin kalo ada urusan pasti ngasi tau urusannya apa."
Rafael lalu berlari keluar kelasnya. Kedua kakinya melaju dengan cepat menuju kelas Gavin.
Rafael sampai di sana namun pintu kelas Gavin itu terlihat sudah tertutup rapat.
Kelas Gavin telah kosong.
Rafael mengumpat dengan nafasnya yang terengah-engah.
Tak sampai di sana. Rafael beralih menuju lorong dekat gudang sekolah yang ia tau bahwa di sanalah tempat para siswa sering kali melakukan pelanggaran.
Seperti contohnya sebagai tempat berkelahi, merokok, berhubungan s3ks, dan yang lainnya.
Dan benar saja, di lorong itu nampak dua remaja yang saling berhadap-hadapan.
"Kak Gavin..." gumam Rafael.
Rafael segera melangkahkan kakinya lebar-lebar menuju dua remaja yang ia lihat di lorong.
Kehadiran Rafael di sana membuat dua orang itu yang tak lain adalah Gavin dan Hendra memandang Rafael lekat-lekat.
Gavin yang dapat melihat jelas bahwa Hendra sedang menatapi kekasihnya itu lalu memundurkan langkahnya.
Gavin terus melangkah mendekati Rafael yang tengah berjalan ke arahnya.
Rafael terlihat panik, lalu segera memegang kuat kedua lengan Gavin.
"Kakak habis berantem sama dia? Kakak gak kenapa-kenapa kan?" ucap Rafael penuh khawatir.
Gavin menggeleng, "Kakak gak berantem. Kakak gakpapa, dek."
Gavin lalu menatap ke arah samping, tepat di mana Hendra berdiri.
Tatapan Gavin terlihat penuh amarah, walaupun dirinya tak mengucap satu patah kata pun.
Gavin lantas beralih menatap sepasang manik Rafael. Tatapan Gavin berubah 180 derajat menjadi tatapan penuh sayang untuk Rafael.
"Ayo dek, kita pergi dari sini."
Gavin segera meraih tangan Rafael, menautkan jemari mereka lalu berjalan bersamaan menuju parkiran sekolah.
Sesampainya di parkiran, Gavin terlihat sibuk memakai helmnya.
"Kak. Sebenernya kakak ada masalah apa sama kak Hendra itu?"
Sudah dengan helm di kepalanya, Gavin lalu menatap Rafael, "Dia suka sama kamu, dek. Dan kakak gak suka itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate - BxB
Teen Fiction[ BL LOKAL x OMEGAVERSE ] [Apha x Beta] Rafael Karana, seorang remaja laki-laki Beta yang harus menelan pil pahit dalam kisah asmaranya. Rafael selalu ditolak mentah-mentah oleh pria yang ia sukai karena alasan, 'Rafael tak bisa mengandung.' Hal i...